TAK BISA DIELAKKAN LAGI, Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam. Hal itu tercermin dari keanekaragaman sumber daya yang dimiliki oleh tanah yang dikelilingi dengan lautan yang luas, bahan tambang yang melimpah, dan hutan yang lebat. Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua setelah Brazil.
Sayangnya, seringkali kekayaan itu dieksploitasi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk kepuasan pribadi tanpa memikirkan dampaknya. Sementara itu, bencana alam terus berdatangan, tanah longsor dan banjir pun terjadi di mana-mana. Lalu, bagaimana peran kita sebagai manusia akan kerusakan tersebut?
Beberapa musisi yang tergabung dalam sebuah band bernama Simponi hadir untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Melalui lagu dan diskusi musikal, mereka melangkah ke berbagai tempat untuk mengedukasi masyarakat Indonesia, terutama anak-anak dan remaja sebagai generasi pemimpin selanjutnya.
Sindikat Musik Penghuni Bumi atau disingkat Simponi ini mewakili kepribadian band sekaligus aktivis yang peduli akan masalah lingkungan dan kemanusiaan.
Dengan peran M. Berkah Gamulya (playing-manager, Direktur Eksekutif BHACA), Rendy Ahmad (vokal-gitar), Rama Prayudha (bass), Bayu Agni (leadguitar), Teuku Khaiqal (drum), dan Sakti Sanjaya (vokal-gitar), lahirlah lagu-lagu bertemakan antikorupsi, antikekerasan perempuan dan anak, lingkungan hidup, juga kampanye isu kemanusiaan lainnya.
P O P U L ER U N T U K K EM A N US I A A N DAN PENDIDIKAN
Yang unik saat grup band ini terbentuk pada tahun 2010 tepatnya saat perayaan Sumpah Pemuda ke-82 adalah mereka merayakannya dengan tour ke 82 sekolah dan universitas selama 82 hari nonstop. Dalam kegiatan bertajuk Rock N’ Green Tour tersebut, mereka memperkenalkan keranjang kompos Takakura dan melakukan penyuluhan isu pemanasan global.
Keberhasilan kegiatan tour tersebut kemudian dicatat dalam Rekor MURI (Museum Rekor Dunia – Indonesia) dengan predikat “Kampanye Menahan Laju Pemanasan Global di Sekolah Terbanyak”.
Tidak berhenti sampai di sana, mereka berhasil menjadi Juara I dalam Kompetisi Internasional Sounds of Freedom 2014 di London lewat lagu berjudul Sister in Danger dan Juara II International AntiCorruption Music Competition (Fair Play 2012) di Belgia/Brasil lewat lagu Vonis/ Verdict. Band ini juga sempat menjadi salah satu juri dan ambassador Fair Play 2014 di Tunisia.
Terkait lingkungan hidup, Simponi telah dua kali mewakili Indonesia dalam Asia Pacific Environmental Youth Forum di Korea Selatan pada bulan Agustus 2011 dan Agustus 2012.
Beberapa kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup juga kerap mereka lakukan, seperti acara bertajuk HIJAUKUSTIK: Green Acoustic Roadshow di sembilan sekolah, Green Jakarta Tour with JAMIN, dan Rock N’ Green Sumatera Tour 2013 bersama Mongabay Indonesia & DMC Dompet Dhuafa.
Setelah sukses menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial dan meraih banyak prestasi di dalam dan di luar negeri, mereka berencana untuk terjun ke industri musik mainstream agar semakin dikenal
“Kita mau masuk ke industri musik agar terkenal. Tapi, popularitas tersebut untuk kemanusiaan dan pendidikan. Populer ituhal yang lumrah selama digunakan untuk kebaikan,” jelas M. Berkah Gamulya yang akrab dipanggil Mulya.
ALAM INDONESIA DI MATA SIMPONI
“Kami penghuni bumi dan bumi sampai detik ini cuma satu. Karena itu perlu dirawat. Percuma punya uang banyak dan pintar tetapi tidak bisa bernafas dengan bebas,” tegas Mulya.
Sesuai dengan namanya, Sindikat Musik Penghuni Bumi ini merasa memiliki tanggung jawab dalam merawat bumi, khususnya menjaga lingkungan.
“Di Indonesia, setiap satu jamnya, tanah seluas 300 lapangan bola hancur baik karena ilegal logging maupun legal logging. Kita ini salah satu negara yang paling parah kondisi lingkungannya,” ujarnya kembali.
Menurutnya, masalah besar menyangkutlingkungan akan dapat diatasi apabila Indonesia memiliki pemerintah yang tegas serta peduli. Ia merasa Indonesia butuh pemerintah yang pro terhadap lingkungan hidup karena semuanya tindakan rakus yang mengekploitasi alam Indonesia bergantung dari izin pemerintah.
Mengenai lingungan hidup, Simponi telah menciptakan lagu yang berbicara tentang alam, seperti lagu berjudul We Are Sinking yang menyinggung isu mengenai global warming.
“Bumi ini cukup untuk kebutuhan semua orang, tetapi dia tidak cukup untuk satu orang yang serakah,” tutup Mulya.
Penulis: Vonny Darmanto
Penulis: Ghina Ghaliya
Foto: Fransisca Theodora