• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Thursday, November 20, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Lainnya

Kontroversi Pengangkatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

Celine Valleri by Celine Valleri
November 18, 2025
in Lainnya
Reading Time: 2 mins read
Pengangkatan Soeharto di prosesi upacara pemberian gelar pahlawan di Istana Negara pada Senin (10/11/25). (BBC/Aditya Pradana Putra)

Pengangkatan Soeharto di prosesi upacara pemberian gelar pahlawan di Istana Negara pada Senin (10/11/25). (BBC/Aditya Pradana Putra)

0
SHARES
16
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Presiden Prabowo Subianto secara resmi mengangkat Soeharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia menjadi pahlawan nasional pada Senin (10/11/25). Status ini diserahkan kepada dua anak Soeharto, yaitu Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) dan Bambang Trihatmodjo. Namun, keputusan ini menimbulkan banyak perdebatan di kalangan masyarakat. 

Berdasarkan hasil Survei Pengangkatan Pahlawan Nasional yang dilakukan oleh KedaiKOPI (kedaikopi.co), sebanyak 80.7% responden mendukung Soeharto menjadi pahlawan nasional. Alasan terbanyak yang dipilih adalah karena keberhasilan program swasembada pangan (78%) dan pembangunan Indonesia (77.9%) yang dilakukan Soeharto. 

Baca juga: Isu Nasional Penuhi Bulan Kemerdekaan 2025 

Di sisi lain, alasan masyarakat tidak setuju adalah karena merajalelanya korupsi, kolusi, dan nepotisme atau KKN (88%) di masa pemerintahannya. Hal ini sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR) Nomor XI/MPR/1998 yang menyatakan dugaan keterlibatan Soeharto dengan KKN. Alasan lain adalah karena adanya pembungkaman kebebasan berpendapat masyarakat dan pers (82.7%) serta pelanggaran Hak Asasi Manusia atau HAM (79.6%). 

Tidak hanya masyarakat, beberapa pakar juga ikut menyuarakan pendapat mengenai keputusan ini. Melansir kompas.id, Koordinator Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyatakan bahwa pemberian gelar kepada Soeharto mengkhianati nilai reformasi, demokrasi, dan keadilan. Mengingat bahwa dalam 32 tahun pemerintahannya terjadi banyak pelanggaran HAM, mulai dari Pembunuhan Massal 1965, Penghilangan Orang secara Paksa 1997-1998, hingga Kerusuhan Mei 1998. 

Amnesty International Indonesia juga mendesak pemerintah untuk membatalkan pemberian gelar kepada Soeharto. Melansir amnesty.id, keputusan ini memutarbalikkan sejarah, mengkhianati cita-cita reformasi 1998, dan menghina jutaan korban pelanggaran HAM. 

Selain Soeharto, Aliansi Keterbukaan Sejarah Indonesia (AKSI) juga menolak pengangkatan Sarwo Edhie Wibowo, kakek Agus Harimurti Yudhoyono. Sarwo Edhie merupakan Panglima Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)—saat ini disebut Kopassus–yang diperintahkan langsung oleh Soeharto untuk menumpas operasi G30S. Penumpasan tersebut memakan 3 juta korban jiwa yang diduga berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. 

Baca juga: Mengenang 32 Tahun Kematian Marsinah Lewat Aksi Kamisan Ke-860 

Kelompok “Jogja Memanggil” yang menginisiasi aksi unjuk rasa pada Senin (10/11/25) di Yogyakarta menyoroti pemberian gelar Soeharto yang bersamaan dengan Presiden ke-4 Republik Indonesia, Gus Dur dan aktivis buruh perempuan, Marsinah. Gus Dur merupakan salah satu tokoh yang mendesak penurunan Soeharto karena banyaknya pelanggaran yang dilakukan. Adapun Marsinah diduga dibunuh oleh militer Orde Baru milik Soeharto setelah memperjuangkan nasib buruh, dilansir dari bbc.com. 

Pemberian gelar pahlawan nasional diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada pemimpin terdahulu bangsa. Adapun gelar ini diberikan kepada sepuluh tokoh bersamaan dengan peringatan Hari Pahlawan. Akan tetapi, pemberian gelar ini malah menuai banyak penolakan dari masyarakat. 

 

 

Penulis: Celine Valleri

Editor: Jessie Valencia

Foto: BBC/Aditya Pradana Putra

Sumber: kompas.id, bbc.com, tempo.co, tirto.id, detik.com, amnesty.id, kedaikopi.co, TAP MPR Nomor XI/MPR/1998

Tags: HAMHari PahlawanKKNmiliterpahlawanpahlawan nasionalPolitikPrabowosoeharto
Celine Valleri

Celine Valleri

Related Posts

Foto segelas matcha di atas meja. (freepik.com)
Iptek

Matcha: Tidak Berasal dari Negeri Sakura, tetapi dari Tiongkok?

November 17, 2025
Potret Rosa Parks saat bekerja sebagai penjahit pada 1956. (therealnews.com)
Lainnya

Kisah Rosa Parks dan Keberaniannya yang Mengubah Sejarah

November 11, 2025
Seorang wanita yang memeluk guling (freepik.com)
Iptek

Guling: Apa Kisah Rahasia Teman Tidur Kamu?

October 8, 2025
Next Post
Dua cosplayer yang berfoto di tengah keramaian Comifuro 21 yang dipadati pengunjung, pada Minggu (16/11/25) di ICE BSD City, Tangerang. (ULTIMAGZ/Victoria N. Gunawan)

Comifuro 21: Ketika Kegemaran dan Keinginan untuk Berekspresi Bersatu

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

15 − 3 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021