SERPONG, ULTIMAGZ.com – Dalam beberapa waktu terakhir, virus Zika menjadi perbincangan hangat di beberapa media nasional. Pasalnya, virus yang sedang mewabah di Amerika Latin, terutama di Brasil dan Kolombia ini sudah mulai memasuki Eropa dan Asia. Tapi, apa sih virus Zika? Dan bagaimana cara penularan, serta pencegahannya?
Virus ini termasuk dalam Flavivirus, yang termasuk dari kelompok Arbovirus. Arbovirus sendiri merupakan jenis virus yang ditransmisikan oleh nyamuk dan sejumlah serangga invertebrata (tanpa tulang belakang). Seperti dilansir dari Kompas.com, virus tersebut pertama kali diisolasi pada 1948 dari kera di Hutan Zika, Uganda.
Kemudian virus ini menyebar dan menjangkit manusia pada 1952 di Uganda dan Tanzania, kemudian melonjak dalam waktu singkat pada awal tahun 2016 di daerah Amerika Selatan dan Brasil. Beberapa negara di Afrika, Mikronesia, Amerika Latin, Asia khususnya Asia Tenggara, dan Karibia telah melaporkan tentang masuknya virus Zika.
Virus ini telah menyebabkan pandemi baru di negara bagian Amerika dan sekitarnya, dimana berdasarkan data World Health Organization (WHO), jumlah kasus meningkat drastis hingga 4000 kasus selama bulan Oktober 2015 sampai Januari 2016.
Penderita virus ini akan mengalami rasa sakit seperti nyeri sendi, demam, ruam pada permukaan kulit, dan rasa sakit kepala yang hebat. Jika penderitanya adalah ibu hamil, bayi dalam kandungan akan sangat berpotensi mengalami microcephaly, dimana kondisi neurologis kepala bayi mengalami penyusutan dan menyebabkan cacat permanen pada bayi. Hal tersebut banyak terjadi pada ibu hamil di Brasil.
Oleh karena itu, pada 15 Januari 2016, pemerintah Amerika Serikat melalui US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah memberikan travel alert untuk warganya yang sedang atau berencana untuk hamil, untuk menunda melakukan perjalanan ke negara-negara yang sedang terjangkit virus Zika ini.
Sejauh ini, ada 18 negara Amerika Latin dan Karibia yang melaporkan adanya infeksi virus Zika ini antara lain Brasil, Barbados, Kolombia, Ekuador, El Salvador, French Guiana, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras, Martinique, Meksiko, Panama, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Suriname dan Venezuela.
Virus Zika sendiri dilaporkan sudah masuk ke Indonesia pada 2015 lalu. Namun, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) berhasil mengisolasi virus tersebut sebelum menyebar luas ke masyarakat. Akan tetapi, pada 2013 silam, muncul laporan tentang penularan virus tersebut dari Indonesia di Australia.
Seorang warga Australia divonis terkena virus tersebut setelah melakukan perjalanan selama sembilan hari di Jakarta. Kemudian, kasus tersebut dipublikasikan pada American Journal Tropical Medicine and Hygiene. Dari kasus tersebut, disimpulkan bahwa virus ini memang terdapat di Indonesia dan mewabah di musim hujan.
Namun meski virus Zika telah terisolasi dan kasusnya terbilang sedikit di Indonesia, masyarakat dihimbau untuk tetap mewaspadai kemungkinan infeksi virus ini, mengingat Indonesia pernah dijangkit oleh virus tersebut. Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin untuk virus Zika, sehingga hanya ada tindakan preventif maupun pengobatan secara suportif .
Tindakan preventif yang dapat dilakukan cenderung sama seperti pencegahan virus DBD, yaitu pemberantasan sarang nyamuk, menjaga kebersihan lingkungan, terutama air, serta mensosialisasikan 3M (Mengubur, Mengurus, dan Menutup) yang sudah menjadi slogan Kementerian Kesehatan. Selain itu, bisa juga menggunakan penolak nyamuk (insect repellent), tidur di dalam ruangan berkawat nyamuk (mosquito nets), serta mengenakan warna baju yang cerah.
Sedangkan untuk penanganan suportif, istirahat yang cukup serta meminum banyak air mineral dapat dilakukan, setidaknya untuk jangka waktu tertentu.
Cara penularan virus ini tidak berbeda dengan virus demam berdarah (DBD). Pasalnya, nyamuk jenis Aedes Aegypti, jenis nyamuk pembawa virus DBD, yang menjadi pembawa dari virus Zika ini. Bahkan, selain membawa virus DBD dan Zika, nyamuk ini juga diketahui membawa virus Chikungunya.
Gejala yang ditimbulkan virus sakit kepala, munculnya ruam di bagian wajah, leher, hingga tubuh, sakit punggung, lemas, nyeri otot dan sendi, serta demam mendadak, namun bersifat sementara.
Sekilas, infeksi virus ini terlihat seperti infeksi virus DBD, sehingga sering kali tidak terdeteksi karena gejalanya terbilang cukup ringan. Namun ada perbedaan, yakni infeksi virus Zika tidak menyebabkan penurunan kadar trombosit.
Jadi, Ultimates, kenali virus Zika dan tetaplah waspada. Jangan sampai kesehatan kalian terganggu dengan virus ini. Salam sehat!
Penulis: Nathania Zevwied Pessak
Editor: Alif Gusti Mahardika
Sumber: health.kompas.com, promedmail.org, wired.co.uk, who.int
Foto: i.cba.ca; depkes.go.id