JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Salah satu penampilan yang paling ditunggu-tunggu pada hari ketiga Synchronize Fest, Minggu (30/10/16) di Lake Stage adalah salah satu jebolan talenta musik indie di Indonesia, Barasuara. Membuat para penonton menanti sejak berakhirnya penampilan sebelumnya, Barasuara pun sukses ‘membakar’ panggung dengan aksinya yang membara.
Barasuara memulai penampilan mereka dengan menggelapkan panggung terlebih dahulu dan mengundang sorakan antusias para penonton yang telah menanti. Akhirnya, lampu pun langsung menyala, disusul alunan lagu Tarintih membuka penampilan mereka malam itu.
“Selamat malam Synchronize Fest, kalian siap menyalasuarakan malam ini?”tanya vokalis Iga Massardi kepada para penonton sebelum memainkan lagu berikutnya Nyala Suara.
Panasnya para penonton di akhir lagu Nyala Suara kemudian sedikit diturunkan saat kemudian Mengunci Ingatan dimainkan. Pada lagu itu, penonton justru cenderung lebih menikmati secara penghayatan dibanding kembali bergoyang semangat.
“Kalau agama urusan pribadi, mengapa kita membenci secara kolektif?” tanya Iga usai menyanyikan Hagia yang memang memiliki pesan keagamaan berbunyi: “Sempurna yang kau puja dan ayat-ayat yang kau baca. Tak kurasa berbeda, kita bebas untuk percaya”.
“Lagu ini untuk kalian para penunggang badai di Kemayoran malam ini,” ungkap Iga sebelum memulai lagu Menunggang Badai yang kemudian dilanjutkan dengan Taifun.
Selanjutnya, salah satu lagu yang paling dinanti-nanti oleh para penonton pun akhirnya dimainkan. Adalah Sendu Melagu yang membuat penonton terhanyut dalam suasana sendu, namun semangat dalam menyanyikan salah satu hits andalan mereka tersebut.
Api dan Lentera akhirnya menjadi lagu penutup penampilan Barasuara malam itu. Sudah terlanjur terbakar semangat dari lagu itu, para penonton pun langsung meminta mereka untuk memainkan lagu Bahas Bahasa yang belum dibawakan. Sayangnya hal tersebut tak bisa mereka wujudkan.
“Terima kasih Synchronize Fest! Kami tak bisa membawakan Bahas Bahasa malam ini karena waktu sudah habis,” tutup Iga.
Penulis: Richard Joe Sunarta
Editor: Kezia Maharani Sutikno
Fotografer: Richard Joe Sunarta