• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Friday, July 11, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

Lukisan Bali di Masa Depan dalam Pentas Indonesia Kita

by Audrie Safira Maulana
August 30, 2017
in Event
Reading Time: 2 mins read
Lukisan Bali di Masa Depan dalam Pentas Indonesia Kita

Salah satu adegan dalam pentas ke-25 Indonesia Kita "Laskar Bayaran" yang menampilkan Pangeran Lontong (Cak Lontong) yang sedang berdialog dengan Bli (Akbar) dengan maksud bergabung ke dalam Laskar Bayaran. Pentas berlangsung di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Jumat (25/08/17) dan Sabtu (26/08/17).

0
SHARES
250
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Teater Indonesia Kita kembali menyapa para penggemarnya dengan menyelenggarakan pentas ke-25 bertajuk Laskar Bayaran. Menyoroti eksploitasi budaya Bali berkedok pariwisata, lakon yang merupakan bagian dari tema besar Lintas Benua, Silang Budaya ini digelar pada Jumat (25/08/2017) dan Sabtu (26/08/2017) di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Putu Fajar Arcana, salah satu anggota tim kreatif Indonesia Kita menjelaskan bahwa mereka mengedepankan Bali pada pentas kali ini dengan maksud untuk menyadarkan masyarakat terhadap isu sensitif yang sedang dihadapi oleh Bali. Satu yang paling utama adalah eksploitasi kebudayaan.

“Bali sekarang menjadi topik yang sedang dibicarakan karena kita melihat problem yang paling sensitif, dan kemudian dia juga menjadi satu contoh dimana pengembangan industri wisata itu menemukan titik ‘keberhasilan’,” ujar Putu mengawali penjelasannya.

Tim kreatif melihat bahwa bukan tidak mungkin akan ada degradasi nilai budaya bila eksploitasi berkedok pariwisata Bali masih tetap masif dan tidak terkendali.

“Dalam kasus ‘keberhasilan’ ini kita sebagai tim kreatif melihat ada celah kalau pengembangan ini terus berorientasi. Misalnya pada tahun 2099, kalau eksploitasi terhadap kebudayaan dan ritual-ritual terus berlanjut seperti sekarang, maka kita boleh sedikit pesimistik. Kita mungkin tidak akan melihat Bali lagi,” jelas Putu.

Laskar Bayaran sendiri mengangkat cerita yang menyentil penontonnya dengan isu yang diangkat. Terdapat suatu negara yang dikuasai ketat oleh sebuah perusahaan multinasional bernama Paradize Capitol Corporation. Perusahaan ini mengontrol segala kehidupan rakyat mulai dari kehidupan sehari-hari, cinta, pikiran, bahkan kegiatan ritual mereka. Demi menjaga hegemoninya, Paradize Capitol Corporation membentuk sebuah tim keamanan bernama Laskar Bayaran.

Di balik semua kekuasaan itu, terdapat sebuah wilayah yang belum dikuasai oleh perusahaan tersebut bernama Hutan Gandamayu. Hutan Gandamayu merupakan wilayah gaib tempat para roh leluhur bersemayam. Selain itu, hutan ini juga menjadi rumah bagi The Last Bules, seorang ekspatriat yang dijaga agar tidak punah demi menjaga aset pariwisata dan warisan leluhur.

Bagi Paradize Capitol Corporation, Hutan Gandamayu adalah wilayah terlarang sebab wilayah tersebut dipenuhi pemberontak yang menentang kekuasaan mereka. Laskar Bayaran kemudian ditugaskan untuk memusnahkan para pemberontak dengan segala cara. Meskipun begitu, niat jahat tersembunyi di balik rencana itu akhirnya terkuak ketika seorang pangeran dari Perancis datang ke negeri tersebut.

Pentas yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini dibawakan oleh penggawa-penggawa teater Indonesia seperti Lola Amaria, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Agung Ocha, Angelina Arcana, Jean Couteau, Pino Confessa, Trio GAM (Gareng, Wisben, Joned), Anggis Devaki, Melyananda, dan Clekontong Mas.

Selain dihibur oleh penampilan yang diisi dengan dialog penuh humor, pentas ini juga disempurnakan dengan sentuhan visual tradisional berbalut kontemporer melalui penampilan wayang listrik karya I Made Sidia. Sementara itu, tata musik dibawakan oleh gitaris asal Bali Balawan bersama grup musiknya Balawan Gamelan Fusion.

Di balik semua sajian hiburan untuk penonton, tidak lupa pentas ini juga mengajak para penonton untuk bahu-membahu menjaga nilai-nilai luhur kebudayaan Bali untuk menghindari degradasi budaya yang ditakutkan oleh Indonesia Kita.

Penulis: Audrie Safira Maulana

Editor: Christian Karnanda Yang

Fotografer: Elvira Lisa G.

Tags: 2017balibudayadegradasieventindonesia kitalaskar bayaranLintas BenuaSilang BudayaTaman Ismail Marzukiteaterteater jakarta
Audrie Safira Maulana

Audrie Safira Maulana

Related Posts

Nyoman Paul tampil perdana di BNI Java Jazz Festival 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Nyoman Paul Debut di Java Jazz Festival 2025 dengan Album LUAP

May 31, 2025
IMDES 2025 menggelar Student Exhibition di area Nusakara, Universitas Multimedia Nusantara, pada Kamis (15/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

IMDES 2025 Angkat Tema Keberlanjutan: Mahasiswa Tunjukkan Gagasan Inovatif

May 17, 2025
Aksi Kamisan ke-860 digelar di seberang Istana Merdeka, Kamis (08/05/25), untuk mengenang Marsinah dan menolak wacana Soeharto sebagai pahlawan nasional. (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Mengenang 32 Tahun Kematian Marsinah Lewat Aksi Kamisan Ke-860

May 14, 2025
Next Post
Mencicipi Cita Rasa Otentik Khas Warung Makan Pi’an

Mencicipi Cita Rasa Otentik Khas Warung Makan Pi'an

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021