SERPONG, ULTIMAGZ.com – Tepat hari ini, 13 Mei, terjadi sebuah kisah drama menegangkan nan dramatis dalam penentuan juara dari Liga Inggris. Gol dari Sergio Aguero pada 93:20 yang pada akhirnya akan selalu dikenang oleh seluruh fans dari klub asal Inggris, Manchester City. Gol itu pula yang membuat Manchester City meraih juara Liga Primer Inggris setelah harus berpuasa selama 44 tahun lamanya.
2012, Manchester City bersaing ketat dengan klub tetangga sekota mereka, Manchester United. Pada pekan ke 37, baik antara City maupun United meraih 86 poin. City duduk di puncak klasemen berkat keunggulan selisih gol dengan United. Keduanya wajib hukumnya untuk meraih kemenangan pada laga terakhir mereka masing-masing. Siapapun yang mengalami seri atau kalah, akan gagal memenangi liga. Pada 13 Mei 2012, City menghadapi tim asal London, Queens Park Rangers di Stadion Etihad, sedangkan United harus bertandang untuk melawan Sunderland.
Seluruh pertandingan terakhir Liga Inggris dilangsungkan secara serentak dan bersamaan. Pada menit ke 20, Wayne Rooney membawa MU unggul atas Sunderland di Stadium of Light. Dengan demikian untuk sementara MU naik ke posisi pertama, City harus tergeser. Menjelang babak pertama usai, bek City, Pablo Zabaleta mampu mencetak gol ke gawang dari Patrick Kenny. 1-0 di Sunderland, begitupun di Manchester.
Babak kedua kembali dimulai. Awan hitam mulai merundung kesebelasan Manchester City. Berawal dari blunder fatal bek City, Joleon Lescott, membuat bola menjadi bebas dan mampu direbut oleh Djibril Cisse. Dengan tanpa rasa takut, Cisse memasukkan bola ke gawang yang dikawal oleh Joe Hart. Skor berubah menjadi 1-1 untuk membuat United merasa di atas awan.
Drama pertandingan kembali terjadi pada laga ini. Joey Barton, kapten dari QPR, harus menerima kartu merah setelah menyikut Carlos Tevez pada menit 55. Tak terima dengan keputusan dari wasit Mike Dean, Barton berulah kembali dengan menendang kaki Aguero dan kemudian meninggalkan lapangan. QPR harus puas bermain dengan 10 pemain.
Meskipun bermain dengan 10 orang, QPR mampu membuat Etihad kembali lesu. Melalui serangan balik cepat, Armand Traore melepaskan umpan silang ke dalam kotak penalti City. Jamie Mackie mampu memanfaatkan umpan tersebut dan kembali merobek gawang dari Joe Hart. 2-1 untuk QPR. Roberto Mancini, manager City, langsung bergerak cepat dengan memasukkan Edin Dzeko dan Mario Balotelli untuk meningkatkan serangan.
Dengan waktu yang tersisa, City harus berusaha keras untuk melancarkan serangan terus-menerus ke gawang QPR. Tujuannya satu: menang demi gelar. Dominasi City begitu besar. Meskipun demikian, ribuan suporter mulai banyak menangis karena skor belum kunjung berubah. Sementara itu di Sunderland, MU yang unggul 1-0 atas Sunderland, bersiap untuk berpesta sembari berdoa agar skor tidak berubah di Manchester.
Harapan mulai muncul. Pada injury time, Edin Dzeko mampu untuk menyundul bola masuk ke dalam gawang Kenny. Memanfaatkan umpan dari sepak pojok, Dzeko membuka harapan. Skor menjadi imbang 2-2. Butuh satu gol lagi untuk City agar dapat meraih gelar prestis tersebut. Mancini yang mulai gusar di pinggir lapangan tetap mengarahkan anak anak buahnya untuk tetap fokus.
Keajaiban pun tiba pada menit 93. Melalui sebuah serangan dari tengah lapangan, Nigel de Jong menggiring bola kemudian memberikan bola ke Aguero. Aguero kemudian mengecoh dan melewati salah satu pemain lalu memberikan bola ke Balotelli. Balotelli kemudian memberikan umpan kepada Aguero dan Aguero menggiring bola tersebut. “AGUEERRROOOO!” seruan lantang dari Martin Tyler, komentator dari Sky Sports, melihat gol tersebut. Bola yang ditendang oleh Aguero akhirnya masuk ke dalam gawang dari QPR, tepat pada menit 93:20. Poin City menjadi 89, sama dengan Manchester United, namun unggul selisih gol. Skor akhir menjadi 3-2, tanda kemenangan City atas QPR dalam laga, sekaligus memupus harapan juara United yang awalnya besar.
Stadion Etihad menjadi berisik kembali. Tangis haru para suporter tuan rumah pecah setelah melihat gol tersebut. Aguero, sang aktor utama, kemudian berselebrasi dengan melepas jersey miliknya dan mengayun-ayunkan jersey ke udara. Semua pemain menghampiri Aguero untuk berterima kasih atas gol tersebut. Kompany, Samir Nasri, Balotelli dengan sigap langsung memeluk pemain berkebangsaan Argentina tersebut.
Suasana berbeda terjadi di Stadium of Light, Sunderland. Giliran punggawa United yang harus tertunduk lesu. Sir Alex Ferguson langsung masuk ke lorong pemain, Wayne Rooney menunjukkan mimik muka pasrah. Gelar ke 20 gagal dicapai oleh United, dan City mampu meraih gelar liga pertamanya di era Premier League.
Wajah bahagia dan haru bercampur dalam suasana pesta di Etihad. Ribuan suporter turun ke lapangan dan mencoba menghampiri beberapa pemain City setelah peluit ditiup oleh wasit tanda berakhirnya pertandingan. Suasana menjadi gembira kembali setelah kapten The Cityzens, Vincent Kompany, akhirnya mengangkat trofi Liga Inggris tersebut. Pesta usai pertandingan berlangsung di Etihad.
“Gelar ini untuk para suporter, mereka layak mendapatkannya. Sepakbola sungguh luar biasa. Saya belum pernah melihat hari terakhir seperti ini. Kami layak menjuarai liga. Ini adalah musim yang gila!” seru Mancini kepada Sky Sports seusai laga dikutip dari goal.com.
Tyler dengan seruan yang fenomenal tersebut juga memiliki kesan tersendiri mengenai pertandingan ini. “Anda mungkin tidak akan percaya bagaimana perjalanan Manchester City meraih gelar juara Premier League 2012 kecuali melihatnya sendiri. Jutaan penonton, termasuk komentator yang beruntung, punya privilese itu.” seru Tyler dikutip dari bola.net.
Semenjak saat itu, City hingga kini telah memenangkan 4 gelar Liga Inggris di era Premier League, yakni pada 2012, 2014, 2018, 2019. Musim 2011/2012 ini sendiri dinobatkan menjadi musim terbaik Liga Utama Inggris pada Penghargaan 20 Musim Liga Utama Inggris.
Untuk menghidupkan kembali euforia pada 8 tahun lalu, City akhirnya akan menayangkan ulang pertandingan penuh sejarah tersebut secara penuh. Pertandingan tersebut akan ditayangkan dalam City+ Watch Together, dimana dapat diakses bagi yang berlangganan dalam fitur tersebut.
Sejatinya, City kini telah banyak bertransformasi. Langganan bermain di Liga Champions, sering menjadi penantang serius dalam perburuan gelar, dan menjadi kampiun dalam kompetisi lokal seperti Piala Liga Inggris. Patut ditunggu dalam masa depan, apakah kesebelasan asal Manchester ini dapat mengangkat trofi paling prestisius di seluruh Eropa, yakni Liga Champions. Dengan semangat 93:20, seharusnya City mampu untuk melakukan itu. Kita tunggu saja di masa depan.
Penulis: Frengky Tanto Wijaya
Infografik: Frengky Tanto Wijaya
Editor: Xena Olivia
Foto: Sky.com
Sumber: bbc.com, goal.com, kompas.com, wikipedia.org, bola.net.