SERPONG, ULTIMAGZ.com – Setelah menjalani musim panjang, Juventus terpaksa harus memecat Maurizio Sarri dari kursi kepelatihan tim. Sebagai gantinya, Presiden Juventus Andrea Agnelli menunjuk Andrea Pirlo sebagai suksesor dari Sarri untuk menjadi manajer tim.
Sebenarnya, Juventus mendepak Sarri setelah hasil minor yang didapatkan tim dalam lanjutan Liga Champions. Tim Juventus memang menang 2-1 atas Olympique Lyonnais sehingga membuat skor agregat menjadi 2-2. Namun, Juve kalah agresivitas gol tandang dari Lyon dalam pertandingan di Prancis pada leg 1. Klub asal Turin tersebut harus kembali lagi mengubur asa untuk menjadi kampiun di ajang prestisius Eropa.
Selain hal-hal tersebut, penampilan Juventus di liga musim ini juga tidak baik. Meskipun berhasil merengkuh gelar juara Serie A untuk kesembilan kalinya secara beruntun, permainan tim tidak begitu konsisten. Juventus hanya terpaut satu poin saja dari Inter Milan di tabel klasemen Serie A. Selain gagal melaju di Liga Champions, Juventus juga kandas memenangi ajang domestik lainnya, seperti Coppa Italia dan Piala Super Italia.
Penunjukkan Pirlo oleh manajemen klub bukan tanpa alasan. Pirlo merupakan mantan pemain Juventus pada 2011 sampai 2015. Selama di Juventus, Pirlo berhasil mempersembahkan empat Scudetto Serie A, satu Coppa Italia, dan dua Piala Super Italia. Sang maestro juga telah bermain sebanyak 164 penampilan dengan capaian 19 gol dan 38 assist.
“Keputusan untuk mengangkat Pirlo itu sangat natural, dalam gaya Juventus. Karena dia adalah seseorang, yang seperti kami katakan hanya sepekan lalu, sudah selalu dalam kontak dengan semua orang di sini dan itu terasa natural saja,” ungkap Direktur Juventus, Fabio Paratici kepada Sky Sport Italia dikutip detik.com.
“Kami juga yakin dia ditakdirkan untuk menjadi hebat. Dia ditakdirkan hebat semasa jadi pemain dan kami berpikir dengan percaya diri, bahwa dia bisa melakukan hal yang sama sebagai pelatih.”
Pada awalnya, Juventus telah menunjuk Pirlo untuk menukangi Juventus U-23. Namun karena adanya kekosongan posisi kursi pelatih, Agnelli langsung bertemu dengan Pirlo dan menunjuknya untuk memimpin Bianconeri. Andrea Pirlo diberi kontrak oleh Juventus hingga 2022.
https://www.instagram.com/p/CDo0IU2lRsQ/?utm_source=ig_web_copy_link
Contento e orgoglioso di ricevere tanta stima e fiducia da @juventusfc.
Pronto per questa fantastica opportunità! 💪⚪️⚫️
.
I’m deeply pleased and honored to receive such respect and trust from Juventus.
Ready for this amazing opportunity! pic.twitter.com/5zTuLBq3XW— Andrea Pirlo (@Pirlo_official) August 9, 2020
Tren Mantan Gelandang Jadi Manajer
Tren mantan gelandang yang memutuskan untuk melanjutkan karir sepak bolanya menjadi seorang manajer semakin berlanjut. Teranyar, ada Andrea Pirlo yang resmi didapuk untuk menjadi pelatih dari kampiun Serie A, Juventus. Sebelum kehadiran Pirlo, banyak nama nama beken yang menjadi pelatih, meskipun awalnya berposisi gelandang selama aktif bermain.
Pep Guardiola, Zinedine Zidane, Diego Simeone merupakan mantan gelandang era 90-an yang kini berprofesi sebagai pelatih sebuah klub. Sedikit memasuki era 2000, terdapat nama gelandang-gelandang top seperti Frank Lampard, Mikel Arteta, dan mantan rekannya di AC Milan, Gennaro Gattuso.
Hal yang membuat Pirlo berbeda dibanding nama-nama di atas adalah pengalaman. Terkecuali Pirlo, setidaknya nama-nama tersebut memiliki pengalaman untuk melatih, baik sebuah klub atau tim akademi. Sementara itu, Pirlo belum memiliki pengalaman untuk melatih sebuah klub selepas pensiun pada 2017 lalu, meskipun sempat menjadi allenatore Juventus U-23.
Misalnya, Pep Guardiola memulai karir kepelatihannya dengan melatih Barcelona B. Tak lama kemudian, Pep dipromosikan menjadi pelatih utama Barcelona, menggantikan Frank Rijkaard. Begitupun dengan pelatih utama dari Real Madrid saat ini, Zinedine Zidane. Zizou memulai karir kepelatihannya dengan melatih Real Madrid Castilla.
Ada juga yang menjadi asisten pelatih terlebih dahulu sebelum akhirnya menukangi sebuah klub. Mikel Arteta, misalnya, yang menjadi asisten pelatih di Manchester City. Selain itu, ada juga Antonio Conte yang menjadi asisten pelatih Siena sebelum memulai debutnya menjadi pelatih dari Arezzo.
Frank Lampard sendiri memulai debut kepelatihannya dari divisi Championship dengan Derby County. Berbeda dengan Gennaro Gattuso memulai karier kepelatihannya dengan menjadi pemain-pelatih di Sion. Adapun Diego Simeone menjadi pelatih pertama kalinya dengan klub Argentina, Racing Club.
Menilik banyaknya mantan gelandang yang memutuskan untuk menjadi manajer rasanya dapat begitu dipahami. Kemampuan gelandang dalam mengontrol permainan, tempo, dan visi dapat menjadi nilai tambah bagi seorang manajer. Posisinya yang menjadi pusat dalam permainan juga membantu sang pelatih untuk mengatur alur permainan dari timnya.
“Andrea punya pemikiran yang sama dalam pendekatan permainan sebagai pelatih dengan saat masih jadi pemain, yakni sepakbola dengan kualitas tinggi dan kerja keras. Sosok orangnya seringkali lebih penting ketimbang sisi profesionalnya, jadi kami tidak punya keraguan apapun terhadap Pirlo sebagai seorang manusia,” sambung Paratici dilansir dari detik.com.
Patut ditunggu kiprah dari sang maestro dalam menukangi Juventus, apakah mampu meraih musim yang sukses di tahun pertamanya melatih Juventus? Apakah Pirlo akan mengikuti jejak sukses seperti gelandang-gelandang top diatas atau harus menerima noda buruk dalam karirnya di dunia sepakbola? Hal penting yang perlu dinantikan, apakah Pirlo mampu memuaskan dahaga Juventus atas gelar yang tidak dapat diraih selama 24 tahun: Liga Champions? Kita tunggu saja di musim depan.
Penulis: Frengky Tanto Wijaya
Infografik: Frengky Tanto Wijaya
Editor: Agatha Lintang
Foto: Daniele Badolato – Juventus FC/Juventus FC via Getty Images
Sumber: detik.com, transfermarkt.com, goal.com, kompas.com, theguardian.com, skysports.com