JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Nuraga 2021 merupakan sebuah acara yang mengundang tiga teman tuli berprestasi, yaitu Putri Santoso (Pengusaha Tuli), Ilham Achmad (Atlet Tuli), dan Hasna Mufida (Seniman Tuli). Lewat talkshow yang berjudul “Menginspirasi dalam Sunyi” pada Jumat (19/11/21) para peserta diajak berkenalan dan mendengar kisah inspiratif masing-masing narasumber.
Putri Santoso merupakan Co-Founder dari Kopi Tuli (koptul.id), sebuah kedai kopi yang semua pekerjanya merupakan Teman Tuli. Ada tiga tujuan dibentuk Kopi Tuli, yaitu pertama, akses pendidikan untuk mensosialisasikan bahasa isyarat kepada masyarakat sekaligus merasakan kopi yang dibuat oleh Teman Tuli.
Kedua, unsur lingkungan, membangun ruang interaksi antara teman tuli dan teman dengar. Ketiga, program kemanusiaan, memberdayakan teman-teman tuli dan membangun kesadaran komunikasi bersama teman tuli itu tidak sulit.
Lahirnya Kopi Tuli ini sendiri didasarkan karena ekspektasi Putri untuk menjadi seorang wanita pekerja, tetapi berbagai perusahaan menolaknya karena alasan komunikasi tanpa melihat kemampuannya. Penolakan ini dijadikan Putri sebagai motivasi untuk menciptakan ruang pekerjaan bagi para Teman Tuli.
Deaf International Swimmer Ilham Achmad bercerita soal pengalamannya menjadi perenang Tuli di antara banyaknya perenang Dengar ketika bertanding.
Dirinya pernah merasa terhambat dalam sebuah kompetisi, yaitu ketika tidak adanya akses informasi melalui visual atau teks sehingga dirinya harus mencari-cari tahu sendiri informasi kepada orang-orang sekitar. Atau ketika briefing, terkadang ucapan pelatih sulit untuk dipahami.
Hasna Mufida atau yang lebih akrab disapa Mufi juga bercerita perjuangannya untuk berada di titik sekarang bukanlah hal yang instan. Dahulu, ia seringkali mendapat perlakuan audism, sebuah perspektif dari masyarakat awam yang dipaksakan kepada Teman Tuli. Bahwa dirinya harus bersikap seperti ini atau seperti itu, untuk dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan Teman Dengar.
“Masyarakat seakan-akan memaksa saya harus terlihat seperti orang Dengar. Contohnya, ‘Mufi, kamu kan harus bisa ngerasain musik’, itu ‘kan harus secara oral,” ujar Mufi.
Audism ini membuat diskriminasi dan akhirnya membuat Mufi sempat tidak menjadi dirinya sendiri. Namun, pada 2017, ketika Mufi belajar dance dari seorang guru dari Inggris. Di situ, Mufi sadar akan kemampuannya. Ia menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk membangun Fantasi Tuli, sebuah komunitas untuk membuka kesempatan bagi Teman Tuli dalam bidang seni.
Melalui Nuraga 2021, ketiga cerita di atas telah membuka kesadaran bahwa di Indonesia, akses antara Teman Tuli dan Teman Dengar masih jauh berbeda. Seperti kurangnya akses seperti penerjemah teks, atau aspek visual di museum, konser, bahkan televisi.
Beberapa masyarakat awam juga masih tidak ramah disabilitas, memberikan perlakuan tidak adil yang seakan menganggap Teman Tuli sebagai seseorang yang berbeda dan akhirnya tidak diberi kesempatan yang sama. Nuraga 2021 diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Tuli itu istimewa, enggak, sih. Bahwa seakan-akan kita punya kemampuan berbeda, enggak! Keistimewaan menurut aku adalah ketika teman-teman dengar, siapa pun itu harus tahu tentang dunia tuli. Itu baru istimewa, kita saling berkomunikasi, bisa saling isyarat. Kemampuan sama, komunikasi nyambung, dan bisa bekerja sama. Akses pendidikan dan pekerjaan itu memang harus setara,” tutup Mufi.
Penulis: Keisya Librani Chandra
Editor: Xena Olivia
Foto: Velyne