SERPONG, ULTIMAGZ.com — Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau yang lazim dikenal sebagai Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Nyatanya, tidak hanya menjadi kewajiban dokter ataupun perawat untuk memelajari CPR karena semua orang dapat melakukannya.
Berkaca dari tragedi Itaewon pada 31 Oktober 2022, terdapat ratusan orang meninggal usai dilaporkan mengalami henti jantung karena berdesakan saat perayaan Halloween.
Saat tragedi terjadi, sejumlah orang dimintai bantuan oleh petugas gawat darurat hingga polisi setempat untuk membantu para korban yang mengalami henti jantung dengan melakukan RJP atau CPR.
Sekalipun beberapa tidak berujung manis, CPR yang dilakukan secara sukarela dapat membantu para petugas yang berada di tempat kejadian. Terlebih, membantu korban dengan kemampuan CPR yang dimiliki sukarelawan.
Baca juga: Insiden Halloween Itaewon Berujung Tragedi
Sebuah penelitian baru-baru ini menguji siswa kelas enam dan kapasitas mereka untuk menggunakan CPR Hands-Only untuk menyelamatkan nyawa, dikutip dari situs resmi Asosiasi Jantung Amerika cpr.heart.org.
Studi ini menemukan bahwa sebagian besar anak-anak dapat melakukan CPR di lokasi yang benar dan pada tingkat kompresi yang sesuai, menjadikan ini kelompok yang layak untuk dilatih guna membantu menyelamatkan nyawa.
Apa itu CPR?
Melansir alodokter.com, CPR atau dikenal juga dengan sebutan RJP adalah upaya pertolongan medis untuk mengembalikan kemampuan bernapas dan sirkulasi darah dalam tubuh.
Aliran darah atau pernapasan yang berhenti dapat memicu kerusakan otak sehingga mengakibatkan seseorang dapat meninggal dalam hitungan delapan sampai sepuluh menit.
Dengan pemberian CPR, aliran darah yang mengandung oksigen akan tetap tersalurkan ke otak dan seluruh tubuh hingga orang tersebut mendapatkan bantuan medis lebih lanjut.
Melansir dari detik.com, Deby Marvira dari Indonesian Escorting Ambulance Jakarta Selatan menyebutkan, hal pertama yang harus dipastikan saat akan melakukan resusitasi jantung paru adalah pasien atau korban benar-benar tidak henti nafas atau jantung.
Jika kondisi pasien sedang berada di luar ruangan dan dalam kondisi ramai, pindahkan pasien dari kerumunan. Pasien henti jantung membutuhkan suplai oksigen cukup.
Baca Juga: “Maladaptive Daydreaming”: Melamun Berlebihan Sampai Lupa Keadaan
Bagaimana cara melakukan CPR?
Mengutip dari alodokter.com, terdapat 3 tahapan CPR yang bisa dilakukan kepada orang dewasa.
Untuk mempermudah Ultimates mengingatnya, teknik ini terbagi menjadi tiga tahapan yang dikenal dengan istilah C-A-B (compression, airways, breathing).
1. Tahapan Kompresi Dada (compression)
Bila korban tidak sadarkan diri dan denyut jantungnya tidak terdeteksi, langkah awal CPR dapat dilakukan dengan tindakan kompresi dada.
Berikut ini adalah cara melakukannya mengutip dari alodokter.com.
- Baringkan tubuh korban di atas permukaan yang keras dan datar, lalu posisikan diri Ultimates berlutut di samping leher dan bahu korban.
- Letakkan satu telapak tangan Ultimates di bagian tengah dada pasien, tepatnya di antara payudara.
- Posisikan telapak tangan Ultimates yang lain di atas tangan pertama. Pastikan posisi siku lurus dan bahu berada tepat di atas tangan.
- Tekan dada korban setidaknya 100–120 kali per menit, dengan kecepatan 1–2 tekanan per detik.
- Saat menekan, gunakan kekuatan tubuh bagian atas. Jangan hanya mengandalkan kekuatan lengan agar tekanan yang dihasilkan lebih kuat.
2. Tahap Membuka Jalur Napas (airways)
Tahap ini biasanya dilakukan setelah tindakan kompresi.
Untuk membuka jalur napas pasien, Ultimates bisa mencoba untuk mendongakkan kepalanya, kemudian letakkan tangan Ultimates di dahinya.
Selanjutnya, angkat dagu pasien secara perlahan untuk membuka saluran napas.
3. Tahap Pemberian Napas Buatan dari Mulut ke Mulut (breathing)
Setelah mengamankan saluran pernapasan korban, Ultimates bisa mulai memberikan napas buatan. Namun, langkah ini hanya dilakukan apabila Ultimates sudah terlatih.
Pemberian napas buatan bisa dilakukan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung, terutama jika mulut terluka parah atau tidak bisa dibuka.
Cara memberikan napas buatan adalah sebagai berikut:
- jepit hidung korban, lalu tempatkan mulut Ultimates ke mulutnya,
- berikan napas atau udara dari mulut Ultimates sebanyak 2 kali sambil melihat apakah bagian dadanya terangkat seperti orang bernapas atau belum. Jika belum, coba perbaiki posisi lehernya atau periksa kembali apakah terdapat sumbatan pada jalan napasnya,
- ulangi proses kompresi dada sebanyak 30 kali yang diikuti oleh 2 kali pemberian napas buatan.
Baca Juga: Apakah Gula Cokelat, Gula Merah, dan Gula Aren Sama Saja?
Tentu, mulai belajar pertolongan seperti ini menjadi sesuatu yang tepat untuk dilakukan. Meskipun perlu diingat, Ultimates tetap membutuhkan pertolongan profesional dengan segera menelpon ambulans atau klinik kesehatan terdekat jika terjadi sesuatu.
Apabila tertarik untuk belajar lebih dalam, Ultimates dapat mencoba mengikuti salah satu pelatihan yang terdapat di 3 institusi dengan mengklik tautan berikut.
- Basic First Aid (BFA) CPR yang diadakan oleh PT ORD Rekacipta Dinamika
- Pelatihan CPR oleh Quartoro Group
- CPR Training oleh AED.co.id
Prioritas kesehatan dan kesanggupan diri sendiri menjadi utama sebelum orang lain. Tentu besar harapan, dengan belajar teknik pertolongan pertama ini dapat membantu Ultimates di situasi-situasi tidak terduga untuk orang-orang yang terkasih.
Penulis: Andia Christy
Editor: Jessica Elisabeth Gunawan
Foto: alodokter.com
Sumber: detik.com, alodokter.com, cpr.heart.org
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.