SERPONG, ULTIMAGZ.com – Ultima Sonora kembali menggelar acara konser tunggal Kasa Baswara pada Sabtu (08/11/25) di Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP). Konser bertemakan empat musim yaitu panas, gugur, salju, dan semi tersebut menekankan fluktuasi emosi danjerih payah Ultima Sonora, dari semangat, putus asa, hingga bangkit kembali.
“Kasa” artinya musim pertama dan “Baswara” adalah bercahaya. Melalui tema ini, Ultima Sonora dengan segenap hati menunjukkan usaha latihannya di hadapan banyak audiens.
Baca juga: Post Concert Amnesia: Kehilangan Detail Ingatan Setelah Menonton Konser
Melalui musim panas, mereka menampilkan emosi semangat seperti antusias, kegigihan, dan kekuatan awal sebagai anggota Ultima Sonora. Terdapat tiga lagu yang merepresentasikan suasana tersebut, yakni “Mona Lolo Banda”, melodi asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemudian terdapat lagu tradisional asal Jepang “Soran Bushi”, dan “Paruparong Bukid”, sebuah lagu tradisional asal Filipina.
Bertransisi menjadi musim berikutnya, Ultima Sonora menggambarkan dirinya dengan semangat juang yang masih melekat, tetapi disertai perasaan ragu dan lelah. Mereka membawakan lagu “Hentakan Jiwa” dengan versi aransemen Ken Steven dan “Salutation” versi aransemen dari Ēricks Ešenvalds.
“Lagu hentakan jiwa ini sebenarnya menggambarkan antusiasme orang dalam bernyanyi yang semakin lama semakin pudar karena jiwanya tetap bernyanyi dan suka musik, tapi dia masih mau melaluinya melalui proses mencoba dan latihan”, ujar Josefa Sulia selaku Ketua dari Ultima Sonora kepada ULTIMAGZ pada Sabtu (08/11/25).

Lonjakan emosi lelah tidak berhenti. Rasa lelah berkembang menjadi diam, merenung, mengambil jedah waktu. Inilah perwujudan ekspresi yang dituangkan oleh Ultima Sonora pada musim dingin (winter). Perasaan ini diekspresikan melalui dua lagu, “Weep O Mine Eyes” dan “Conversion of Saul”.
Di setiap rasa kecemasan, terdiam, dan pasrah, selalu ada titik balik untuk menuju puncak. Di situlah perasaan restorasi dan bangkit kembali dari Ultima Sonora dideskripsikan pada musim semi (spring). Kepercayaan untuk bisa berpindah dari situasi yang gelap menjadi terang, mereka menampilkan lagu yang dikenal banyak orang yakni “Gala Bunga Matahari”.
Tidak hanya lagu itu, terdapat pula lagu lain, yakni “Paraiso” dan “Ruang Baru”. Semua lagu yang dipamerkan dari mereka memiliki makna dibaliknya.
Baca juga: Rijsttafel, Jejak Belanda dalam Kuliner Nusantara
“Saya berharap penonton bisa tahu bahwa UlSon (Ultima Sonora) memiliki kemampuan untuk mempertahankan hatinya dalam bernyanyi. Jadi angkatan-angkatan selanjutnya bisa memiliki minat melalui acara hari ini”, jelas Josefa.
Menariknya, Kasa Baswara ternyata adalah konser tunggal yang kembali diselenggarakan sejak hiatus pada 2018. Dengan penyelenggaraan konser tunggal ini kembali, para mahasiswa diharapkan akan tertarik dan menjadi bagian dari Ultima Sonora kedepannya.
Penulis: Victoria Nadine Gunawan
Editor: Jessie Valencia
Foto: Tiffany Michiko P.





