• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Friday, November 21, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Iptek

Kenali Analysis Paralysis, Antara Berpikir Matang dan Terlalu Banyak Berpikir

Jemima Anasya Rachman by Jemima Anasya Rachman
November 21, 2025
in Iptek, Otak, Pikiran, Stress
Reading Time: 3 mins read
analysis paralysis

Ilustrasi paralisis analisis yang dialami oleh ilmuwan. (freepik)

0
SHARES
3
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Analysis paralysis merupakan istilah populer untuk kondisi yang sering seseorang alami tanpa sadar. Kondisi ini umumnya terjadi ketika seseorang ingin mengambil keputusan, tetapi berakhir berpikir secara berlebihan sampai akhirnya tidak melakukan apapun. 

Analysis paralysis acap kali muncul ketika Ultimates harus mengambil keputusan, tanpa mengetahui kepastian dari hasilnya. Beberapa contoh sederhananya seperti saat memilih pakaian sebelum ke kuliah, menentukan jurusan yang diminati, hingga menentukan menu makan malam. Banyaknya pilihan yang dapat dipertimbangkan dari segala pertanyaan membuat seseorang mampu terjebak dalam proses berpikir. Maka dari itu, yang kerap membingungkan bukan kurangnya opsi, melainkan terlalu banyak proses berpikir, dilansir dari hellosehat.com. 

Baca juga: Ada Lovelace dan Warisan Kepemimpinan Perempuan di Dunia Teknologi

Fenomena ini makin terasa di era digital, ketika setiap keputusan kecil bisa terasa penting. Seseorang dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk membandingkan ulasan produk yang ingin dibeli, membaca opini orang lain, atau memainkan media sosial untuk mencari tips terbaik. Banyaknya informasi yang diterima mengakibatkan munculnya keraguan untuk melangkah. 

Walaupun bukan merupakan gangguan kesehatan mental, analysis paralysis berkaitan dengan gejala kecemasan yaitu atelofobia, depresi, hingga Attention Deficit Disorder (ADHD). Atelofobia adalah ketakutan yang irasional untuk berbuat salah. 

Ciri-ciri kondisi ini adalah ketika orang-orang berpikiran kaku, terlalu terpaku dengan pernyataan benar atau salah, serta baik atau buruk. Mereka akan merasa bingung bila suatu masalah tidak dapat diidentifikasikan ke kategori salah satunya. Kedua adalah perfeksionis yang mana orang terlalu berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Banyak hal yang tidak dapat diprediksi hasilnya sehingga ketidakpastian tersebut akan menghantui diri. Ketiga adalah kurangnya percaya diri. Sebagian orang yang merasakan hal ini karena belum banyak berlatih, sementara beberapa orang merasakannya karena pernah terkena dampak menyakitkan dari keputusan yang buruk, dilansir dari verywellmind.com. 

Melansir ncbar.gov, menurut Laura Mahr, seorang konsultan kesejahteraan dan pelatih ketahanan mental, cara efektif untuk keluar dari analysis paralysis adalah dengan pendekatan Internal Family Systems (IFS). Metode ini menganjurkan kita untuk mengenali ‘bagian-bagian diri’ yang saling tertarik menarik ketika kita banyak berpikir. Metode tersebut terdiri dari lima langkah sederhana yaitu:

  1. Sadari ketika kita sedang terjebak. Kenali rasa seperti ragu, tegang, atau berpikir terlalu panjang tanpa keputusan, 
  2. Kenali siapa yang bersuara dalam dirimu,
  3. Tanyakan baik-baik apa yang dibutuhkan oleh diri sendiri,
  4. Tenangkan diri ketika khawatir terhadap sesuatu, dan 
  5. Mulai mengambil langkah kecil untuk maju.

Tujuannya bukan untuk menghapus rasa takut atau perfeksionisme, melainkan mengajak diri sendiri bekerja sama. Dengan itu, keputusan menjadi terasa lebih ringan, jelas, dan selaras dengan diri sendiri. 

Baca juga: Ikan Barreleye, Makhluk Laut Dalam Berkepala Transaparan

Pada akhirnya, analysis paralysis tidak hanya mengenai malas bergerak, tetapi karena ada banyak bagian diri yang berusaha melindungi diri dengan caranya masing-masing. Pendekatan IFS mengajarkan untuk berhenti sejenak dan mengakui suara-suara itu agar bisa bekerja sama. 

Ketika mulai mengalami perasaan-perasaan buruk tersebut, keputusan dapat terasa lebih ringan. Jadi, bila merasa terjebak karena terlalu banyak berpikir, ingatkan kepada diri bahwa tidak harus langsung mempunyai semua jawaban. Cukup dengarkan diri sendiri, mengambil langkah kecil, dan membiarkan kejelasan seiring waktu berjalan. 

 

 

Penulis: Jemima Anasya R.

Editor: Jessie Valencia

Foto: freepik.com. 

Sumber: hellosehat.com, verywellmind.com, ncbar.gov

Tags: distorsi pikiranKeehatan Mentalmembuka pikiranmindfulnessPikiran ManusiaPikiran Negatifstress
Jemima Anasya Rachman

Jemima Anasya Rachman

Related Posts

Petrichor, aroma khas air hujan. (freepik/wirestock)
Iptek

Kenali Petrichor, Fenomena Ilmiah yang Menenangkan Hati

November 19, 2025
niacinamide
Iptek

Mengapa Niacinamide Jadi Primadona di Dunia Kecantikan?

November 18, 2025
Ikan barreleye dengan kepala transparannya. (mbari.org)
Iptek

Ikan Barreleye, Makhluk Laut Dalam Berkepala Transparan

November 18, 2025

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

11 − 3 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021