SERPONG, ULTIMAGZ.com – Cerita terbentuknya bank sampah dimulai ketika saya dan teman-teman berpikir untuk membuat sebuah sistem keuangan pada tingkat rumah tangga yang memungkinkan setiap orang mendapat akses pelayanan kesehatan dengan sumber daya rumah tangga.
Waktu itu, persentase masyarakat Indonesia yang memiliki asuransi kesehatan hanya 15%, artinya 85% masyarakat Indonesia harus membayar ketika berobat. Padahal, pendapatan masyarakat Indonesia yang low-middle income termasuk rendah di mana hampir 50% masyarakat Indonesia berpenghasilan kurang dari 2 US$ setiap harinya, lebih dari itu 18% masyarakat Indonesia berpenghasilan kurang dari 1 US$ setiap hari.
Penelitian yang dikeluarkan oleh Cambridge Research Institute menyebutkan bahwa salah satu masalah kesehatan yang utama adalah pembiayaan kesehatan. Penelitian itu relevan dengan data di Indonesia yang menyebutkan sejak tahun 2002 hingga 2009, biaya kesehatan meningkat tiga kali lipat. Data-data tersebut sudah merepresentasikan kualitas pembiayaan kesehatan di Indonesia.
Akhirnya, kami menemukan bahwa sampah adalah solusi terbaik untuk lingkungan dan kesehatan. Hampir setiap hari, setiap rumah, bahkan setiap orang memproduksi sampah yang tidak digunakan. Bekerja dengan konsep asuransi mikro di masyarakat low-middle income membutuhkan kesabaran, walaupun dibayar dengan sampah kita juga akan menjumpai premi macet.
Secara praktis, konsep asuransi mikro membutuhkan partisipasi yang signifikan. Tantangan terbesar adalah bagaimana kita mampu memobilisasi masyarakat melalui pendekatan komunitas guna meningkatkan partisipasi. Secara umum, program ini memberikan ketenangan dan ketentraman karena ketika ada warga yang sakit, mereka bisa pergi berobat.
Reporter: Lani Diana
Editor: Nikolaus Harbowo
Foto: Dok. Pribadi Gamal