SERPONG, ULTIMAGZ.com – Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) kembali menoreh prestasi. Salah satu mahasiswa Jurnalistik 2016, Wirawan dinobatkan sebagai Duta Bahasa Banten 2018. Terdiri dari dua perwakilan anak muda berusia 18-25 tahun, gelar ini sebelumnya disandang oleh salah satu mahasiswa UMN juga, yakni Diana Valencia, Jurnalistik 2015.
Rangkaian pemilihan telah dimulai sejak 26 April lalu. Mengakhiri langkah yang panjang, Wirawan (UMN) dan Ananda Musdalifah (Universitas Sultan Agung Tirtayasa) resmi berstatus Duta Bahasa Banten 2018 pada Rabu (09/05/18). Keputusan tersebut dibuat atas diskusi juri bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Meski belum ada Visi dan Misi resmi sebagai Duta Bahasa, namun keduanya memiliki tujuan untuk mengampanyekan kecintaan atas bahasa Indonesia. Implementasinya adalah dengan bangga berbahasa Indonesia.
Berikut merupakan rangkuman wawancara antara tim Ultimagz dengan Wirawan.
Apa saja tahapan yang dilalui Wirawan?
Tanggal 26 April batas pengumpulan formulir pendaftaran yang merupakan seleksi tahap pertama, administrasi. Kemudian pada 27 April pengumuman yang lolos seleksi administrasi. Tanggal 8 Mei seleksi tahap kedua berupa tes UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia) alias TOEFL versi bahasa Indonesia, serta tes wawasan kebahasaan dan kesastraan. Lalu seleksi tahap 3 yang terdiri atas tes wawancara; presentasi krida, kebahasaan, dan kesastraan; serta unjuk bakat pada tanggal 9 Mei.
Menurut Wirawan, apa saja kriteria untuk sebagai seorang duta?
Kriteria seorang Duta Bahasa tentunya seorang yang menaruh minat, hati, dan antusias pada bahasa. Selain itu, duta bahasa harus percaya diri, memiliki sikap yang baik, dan mampu menjadi teladan bagi sesama.
Apa yang memotivasi Wira untuk ikut pemilihan Duta Bahasa?
Sebenarnya menjadi peserta pemilihan duta bahasa sudah menjadi impian saya sejak SMA. Hanya saja kala itu usia belum mencukupi. Saya termotivasi menjadi duta karena sudah terlanjur jatuh hati dengan bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Saya mau menyebarkan rasa cinta itu khususnya kepada generasi muda. Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa cinta dengan bahasa bisa kita wujudkan dengan gemar membaca.
Apakah tantangan terbesar seorang Duta Bahasa Indonesia bagi Wira?
Tantangan terbesarnya, minat baca orang Indonesia yang masih rendah jika dibandingkan negara lain. Padahal, salah satu cara untuk mencintai bahasa adalah dengan membaca. Selain mengutamakan bahasa Indonesia, seorang duta bahasa harus menguasai bahasa asing dan setidaknya bisa bahasa daerah. Nah, bahasa daerah menurut saya pribadi adalah hal yang lebih sulit dipelajari karena sarana pembelajarannya juga terbatas, apalagi saya bukan orang asli Banten. Selain itu, minat baca orang Indonesia yang masih rendah juga menjadi tantangan terberat kami.
Apa saja yang Wira lakukan agar menjadi Duta Bahasa Indonesia?
Membaca, membaca, dan membaca. Jika ada latihan kedua, tidak lain dan tidak bukan adalah berlatih, berlatih, dan berlatih. Saya memperbanyak baca buku tentang bahasa Indonesia dan belatih cara menjawab pertanyaan dengan teman-teman yang sudah lebih berpengalaman.
Apa saja pesan, kesan, juga harapan bagi Wira sebagai yang menjabat Duta Bahasa tahun ini?
Tentu senang dan bangga sekali bisa menjadi bagian dari pelaksanaan ajang bergengsi ini. Pemilihan Duta Bahasa menjadi wadah bagi pemuda untuk menumpahkan kepeduliaannya terhadap bahasa. Di ajang ini, saya bisa bertemu puluhan pecinta bahasa lainnya dan menjalin hubungan pertemanan yang lebih luas. Untuk teman-teman lain, jangan takut untuk ikut kompetisi yang kamu suka. Ikut kompetisi bukan untuk pembuktian siapa hebat atau bukan. Ikut kompetisi untuk mengukur sejauh mana kita telah belajar dan berlatih. Menang adalah bonusnya. Jika teman-teman tertarik pada bahasa, teman-teman boleh ikut pemilihan duta bahasa tahun depan.
Apa itu Duta Bahasa Banten Bagi Wirawan?
Menurut saya pribadi, Duta Bahasa Banten adalah orang-orang yang mau mengampanyekan kebanggaan berbahasa Indonesia kepada masyarakat Banten. Ia juga harus memberi teladan untuk berani belajar bahasa asing dan melestarikan bahasa daerah, dalam hal ini bahasa daerah di Banten.
Penulis: Gabrielle Alicia Wynne Pribadi
Editor: Ivan Jonathan
Foto: Bonaventura Ezra Pradipta