SERPONG, ULTIMAGZ.com – Penanaman nilai Pancasila merupakan modal penting untuk menyatukan perbedaan dan membentuk kemampuan berkolaborasi di zaman ini. Hal tersebut dipaparkan oleh aktivis kenegaraan Yudi Latif saat menyampaikan orasi ilmiah pada Wisuda XII Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Sabtu (02/12/17), di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang Selatan.
“Tanpa Pancasila, kita ini kehilangan titik temu. Sehebat apapun pencapaian pribadi tidak akan menjadi pembawa kemakmuran bersama kalau kita tidak punya titik temu,” ujar aktivis yang belum lama ini dilantik menjadi Ketua Unit Kerja Presiden bagian Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).
Mengawali orasinya dengan menyerukan salam Pancasila, Yudi mengajak wisudawan untuk dapat menanamkan jiwa Pancasilais dan menerapkan ilmu yang didapat untuk memajukan bangsa. Menurutnya, Pancasila merupakan satu hal yang dapat menyatukan berbagai potensi yang dimiliki bangsa. Jika potensi yang dimiliki anak-anak bangsa dapat diwujudkan dengan baik, maka akan terwujud pula kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.
Negara, lanjut Yudi, sudah seharusnya menyusun visi kenegaraan yang mampu mewujudkan kebahagiaan bangsa. Hal ini berkaitan dengan kesetaraan hak setiap warga negara dan persatuan bangsa. Kemajemukan yang dimiliki Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan untuk memperkuat bangsa.
“Perbedaan bukan pangkal pertikaian, tapi perbedaan justru memperkuat kesejahteraan dan kemakmuran kita,” tuturnya.
Mengutip pernyataan Bung Hatta mengenai pembangunan negara yang berlandaskan kebahagiaan, Yudi menegaskan, kebahagiaan sebuah bangsa tidak terpaku pada keberhasilan ekonominya saja. Sebagai contoh, negara-negara seperti Singapura, Korea Selatan, dan Tiongkok memiliki Produk Nasional Bruto (PNB) yang tinggi. Akan tetapi, angka bunuh diri masyarakatnya juga tinggi.
Berkaitan dengan fakta tersebut, menurutnya, kebahagiaan bangsa akan terwujud apabila masyarakat mampu menunjukan sikap toleransi dan saling menghargai. Sayangnya, hal ini masih menjadi permasalahan di Tanah Air.
Yudi menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia memiliki kecerdasan individu yang luar biasa. Hal ini terbukti dari keberhasilan Indonesia dalam olimpiade dunia di berbagai bidang dalam 10 tahun terakhir. Sayangnya, kemampuan dalam hal kerja sama dan kolaborasi tim masih rendah.
Maka dari itu, tutur Yudi, institusi pendidikan perlu menciptakan lingkungan yang kolaboratif. Dengan demikian, lulusan yang dihasilkan akan memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan potensi dan ilmu yang dimilikinya guna kesejahteraan orang banyak, bukan pribadi semata. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat perubahan dalam sistem pengajaran agar menghasilkan lulusan dengan kemampuan yang berkualitas.
“Universitas-universitas masa depan tidak bisa lagi hanya berbasis class central learning yang menyeragamkan manusia oleh satu ukuran kecerdasan,” ujarnya.
Menutup orasi ilmiahnya, aktivis yang menerima gelar Sarjana di Universitas Padjajaran tersebut berharap UMN mampu mengasah kecerdasan secara individual dan kolektif mahasiswanya guna mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia.
Penulis: Anindya Wahyu Paramita
Editor: Geofanni Nerissa Arviana
Foto: Rebeca Olivia / UMN Documentation