SERPONG, ULTIMAGZ.com – Ultimagz kembali mengadakan acara Diskusi Jumat (Disjum) pada Jumat (18/2) berlokasi di kantin Gedung C Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Mengangkat tema “Konvergensi Media”, disjum kali ini dihadiri oleh dua narasumber, yaitu reporter Tempo yang juga alumni UMN, Istman Musaharun Pramadiba, serta seorang pengamat media yang juga merupakan dosen di Akademi Televisi Indonesia, Agus Sudibyo.
Salah satu bahasan pada disjum kali ini, mengenai kesiapan konvergensi di media kampus, khususnya bagi media kampus UMN. Dengan tiga media kampus, Ultimagz, UMN Radio, dan UMN TV, Firqha Andjani, selaku moderator mengajukan pertanyaan kepada kedua narasumber.
“Apakah menggabungkan ketiga media kampus ini adalah sesuatu yang mungkin dilakukan ketiga media ini?” ujar Firqha.
Menurut Istman, konvergensi media kampus bukanlah sesuatu yang harus segera dilakukan. Ia menyarankan lebih baik mahasiswa meningkatkan kemampuannya di bidang jurnalistik sebelum memikirkan konvergensi.
“Menurut saya, konvergensi jangan terburu-buru saja, ya. Kalau mahasiswa, bagusin skill jurnalistiknya saja dulu,” ujar Istman.
Ia menambahkan, mahasiswa memilih bentuk media yang disukai dan diinginkan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan jurnalistiknya yang sesuai dengan media yang dipilihnya.
“Kalau misalnya sukanya di radio, bagusin radionya. Kalau misalnya di televisi, bagusin televisinya. Kalau cetak dan online, bagusin di segi penulisannya,” tambah Istman.
Hal senada juga dirasakan oleh Agus. Ia berpendapat, memang baik adanya bila setiap media diberi kesempatan untuk berkembang secara independen sebelum sampai ke tahap konvergensi.
“Lebih baik otonom dulu, masing-masing berkembang sendiri-sendiri. Mengembangkan kecenderungannya sendiri-sendiri,” ujar Agus.
Istman kembali menambahkan, keputusan konvergensi ada di tangan mereka yang menjalankan media. Ia juga turut memberi saran tentang bagaimana langkah yang bisa ditempuh jika memang media-media kampus ingin dikonvergensikan.
“Sebenarnya, kalau ini mau dikonvergensikan, agar tidak saling memakan satu sama lain, agar tetap satu tujuan, satu berita. Kira-kira dari radio mau ambil angle apa, korannya (cetak) mau ambil angle apa, dan televisinya mau ambil angle apa,” ujar Istman.
Ia menekankan lebih baik fokus ke dalam sebuah berita besar yang digarap bersama-sama dengan satu tujuan untuk mempertahankan kekhasan dan identitas dari masing-masing media.
“Jadi ketika datang kepada kemungkinan, kontennya tetap varatif, tetap satu tujuan, satu berita besar. Tetapi bentuk medianya punya ciri khasnya sendiri dan memaksimalkan ciri khasnya,” ujar Istman.
Penulis : Christian Karnanda Yang
Editor : Petrus Tomy
Foto : Ignatia M. Adeline