SERPONG, ULTIMAGZ.com – Dalam acara Green Building and Energy Management Seminar (GEMS) 2016, Rabu (20/4) di Lecture Hall, Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Naning Adiwoso selaku chairperson Green Building Council Indonesia menjelaskan pentingnya konsep green building diterapkan di negeri ini. Menurutnya, efisiensi energi bangunan di Indonesia masih buruk.
“Kita harus berpikir dan berjuang keras, bagaimana caranya kita bisa mengurangi energi dalam bangunan-bangunan kita,” terang Naning yang telah menjabat sebagai chairperson sejak 2008 silam.
Naning menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia sudah harus mulai memikirkan pembangunan yang tak hanya untuk masa kini, namun juga untuk masa depan, serta memperhitungkan pengeluaran energi bangunan. Jika sebuah bangunan bisa selesai dalam satu sampai dua tahun, biaya pengoperasiannya pasti membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun. Hal tersebut lantas akan memakan banyak energi.
Dalam acara ini, ia juga menjelaskan mengenai filosofi green building yang mencakup kesehatan manusia dan lingkungan yang akan menghasilkan pembangunan ramah lingkungan.
“Tujuan dari menjadi green adalah untuk menjadikan manusia dan bumi ini sehat. Kalau kita bicara green building atau green movement, kita berbicara mengenai kesehatan,” tuturnya.
Menurut Naning, sekitar 85% manusia akan berada dalam bangunan. Maka dari itu, kesehatan dalam bangunan menjadi penting. Bangunan harus bisa “ramah” akan manusia dan tetap digunakan untuk generasi ke depan.
Kesehatan dalam bangunan juga dilihat dari interior atau produk yang digunakan di dalamnya. Maka, produk atau materi bangunan pun kini harus disertifikasi oleh Green Product Council untuk menyatakan bahwa produk tersebut bebas racun. “Bangunan menggunakan banyak energi untuk beroperasi. Energi keluarnya emisi, air bersih keluarnya air kotor, barang keluarnya sampah. We have to be able to manage it,” ungkap Naning.
Salah satu cara mengukurnya adalah dengan menggunakan energy meter atau submeter yang dapat membantu dalam mengukur energi, air, dan kualitas daya tahan bangunan dan produk yang digunakan.
Ia kemudian menjelaskan bahwa ada green design, sebuah desain dengan konsep berkelanjutan dan menimbang bagaimana bangunan dapat berkontribusi dalam perbaikan dunia. Ide ini mulai populer di kalangan masyarakat ketika adanya World Green Building Council (GBC) pada tahun 2004.
Menurut Naning, para arsitek dan insinyur juga memiliki peran penting dalam mengurangi penggunaan energi pada bangunan. Arsitek bertugas memikirkan bagaimana membangun sebuah bangunan yang indah namun tak boros energi, dan insinyur akan membantu dalam merealisasikan hal itu. Inilah yang dinamakan passive design.
Prinsip dari desain pasif ini adalah untuk memanfaatkan alam agar hunian nyaman. Contohnya seperti menanam tumbuhan, serta menggunakan cahaya matahari ketimbang lampu bohlam sebagai sumber cahaya.
“If you can measure it, you can manage it. Kalau kita tidak bisa mengukur bangunan, bagaimana kita dapat mengukur keberhasilan konsep green building di masa depan?” ujar Naning.
Penulis: Valerie Dante
Editor: Alif Gusti Mahardika
Foto: Aditya Bhagas