SERPONG, ULTIMAGZ.com – Sebagai seorang sutradara film, Timo Tjahjanto dalam acara roadshow Europe on Screen (EoS) 2016, Rabu (20/4) di Lecture Hall Universitas Multimedia Nusantara (UMN) berkata bahwa masyarakat Indonesia masih sulit untuk menerima genre film yang berbeda dari umumnya. “Sayangnya film Indo sudah ada semacam formulanya yang repetitif, kalau nggak religi, komedi, drama religi, dan seterusnya,” tutur Timo.
Timo mengatakan, saat seseorang ingin menggarap film dengan genre yang beda, kecil kemungkinannya untuk sukses di Indonesia. “Penonton sudah pesimis karena genre yang biasa mereka ‘makan’ ya, itu-itu saja,” sambungnya.
Menurut Timo, sifat pesimis ini timbul akibat imajinasi penonton yang tak pernah dilatih untuk menerima film lokal yang berbeda. Namun hal tersebut tak sepenuhnya salah penonton. Para pembuat film pun kebanyakan membuat film yang umum karena hal itu dianggap lebih aman ketimbang membuat yang berbeda.
Timo juga sempat bercerita kesulitan ia dan saudaranya, Kimo, untuk mendapatkan dana bagi film garapan mereka, The Killers yang bergenre psychological thriller. Kesulitan ini timbul akibat film yang ingin mereka tayangkan berbeda dari film Indonesia pada umumnya. Namun, sutradara yang terkenal dari film Rumah Dara ini mengaku bahwa film barunya yang akan tayang pertengahan 2016 yaitu Headshot, akan lebih mainstream.
“Karena pingin lebih diterima saja sama masyarakat, akhirnya kita membuat film bergenre action yang dapat diminati semua lapisan masyarakat,” jelasnya.
Sutradara yang mengaku gemar menonton film slasher asal Amerika ini mengaku bahwa ia tidak melihat dirinya sebagai seorang pembuat film yang harus merepresentasikan budaya Indonesia. “Gue cinta film dan tidak harus secara spesifik memperlihatkan budaya gue dari mana, dan memasukan unsur budaya itu ke semua film garapan gue,” terangnya.
Baginya, ia tak ingin membatasi dirinya sendiri dalam hal budaya. Pasalnya, dengan menyukai dan gemar menonton film, Timo dapat mempelajari budaya lain di luar Indonesia. Serta menurutnya, jarang ada film yang dapat mempertontonkan budaya asal mereka tanpa mencampur adukkan dengan unsur-unsur lain.
Salah satu contoh film yang berhasil mempromosikan budaya mereka dengan sangat murni menurut Timo adalah film aksui asal Thailand Ong Bak yang sangat kental unsur budayanya. Film tersebut juga berhasil membuat beladiri muay thai dikenal dunia.
“Gue bukan seorang filmmaker yang pro mempertontonkan budaya, tapi gue senang berada sebagai salah satu pemain yang memberikan kontribusi agar film Indonesia pada umumnya lebih berwarna,” jelas sutradara yang identik dengan genre dark dan thriller ini.
Penulis: Valerie Dante
Editor: Alif Gusti Mahardika
Foto: Debora Darmawan