JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Salah satu sesi acara yang ditawarkan Sinergi Muda dalam acara tahunannya, Indonesian Youth Conference (IYC) di Annex Building, Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Sabtu (8/11/2014) adalah seminar media dan jurnalisme. Sesi ini membahas tentang peran media dalam demokrasi bangsa.
Pembicara yang hadir diantaranya adalah praktisi media yaitu, Desi Anwar (MetroTV), Sapto Anggoro (Merdeka.com), dan Ulin Yusron. Sebagai pengantar, Ario Astungkoro Hendraatmadja (broadcaster Hardrock FM) selaku moderator membuka sesi dengan isu terabaikannya kepentingan publik di TV dan peran masyarakat sendiri mulai pasif untuk mengontrol media massa.
Terkait pernyataan tersebut, Desi Anwar tidak sependapat dengan Ario. Menurutnya, tidak ada istilah masyarakat pasif. “Indonesia semakin kaya bukan karena banyak produk yang dibuat, melainkan karena banyak masyarakat yang berperan sebagai konsumen, terutama mengonsumsi media,” jelasnya pembawa acara TV Face to Face
Selain memberikan pandangannya tentang pegaruh masyarakat pada media, Desi menceritakan sejarah berkembangnya media TV di Indonesia yang dimulai dengan munculnya TVRI pada 1990. Kemudian, pada 1995 lima media TV hadir mewarnai pertelevisian Indonesia, yakni TVRI, RCTI, SCTV, INDOSIAR, dan TPI. Benang merah dari pertumbuhan media televisi yang cepat ini adalah perkembangan teknologi.
Ia menambahkan, saat ini mainstream media justru mengikuti media online. Media online kini menjadi driver utama media-media mainstream seperti TV, radio, dan media cetak.
[divider] [/divider]
[box title=”Info”]Penulis: Lani Diana
Editor : Ghina Ghaliya
Foto: Lani Diana
[/box]