SERPONG, ULTIMAGZ.com – Indonesian Culture and Nationalism 2016 mengadakan seminar bertajuk ‘Indonesia di Tanganmu’ dengan menghadirkan dua tokoh jurnalistik, Najwa Shihab dan Maman Suherman sebagai pembicara. Diadakan di Auditorium Universitas Prasetiya Mulya, Sabtu (28/5), keduanya memberikan pandangannya terkait dunia jurnalistik yang sudah digeluti mereka sejak lama.
Maman Suherman atau yang akrab disapa Kang Maman berbagi cerita mengenai bagaimana ia bisa masuk ke dunia jurnalistik. Meski berlatar belakang pendidikan bidang kriminologi, Kang Maman mengaku sempat bercita-cita menjadi seperti tokoh Tintin, seorang detektif yang juga seorang wartawan.
Kang Maman juga bercerita bahwa saat masih kecil, ia sering diajak ayahnya naik sepeda berkeliling kota Makassar. Saat melewati sebuah tempat penerbitan koran, ayahnya mengatakan bahwa di dalam sana penuh dengan orang-orang pintar. “Di dalam situ pasti penuh dengan orang-orang pintar. Orang-orang yang melanjutkan tugas kenabian,” kata Kang Maman mengutip ucapan ayahnya.
Awalnya ia tidak mengerti tugas kenabian. Saat beranjak dewasa, ayahnya menjelaskan bahwa tugas kenabian merupakan tugas menyebarkan kabar kepada orang-orang. Hingga akhirnya ayahnya turut menyampaikan bahwa tugas tersebut merupakan tugas yang tepat untuk Kang Maman, alias menjadi seorang wartawan.
Selain itu, Kang Maman juga sempat menyinggung tentang konsep jurnalisme warga yang berkembang di tengah perkembangan teknologi dan media sosial. “Wartawan saat ini tidak harus bekerja di perusahaan. Dia adalah wartawan, produser itu sendiri, pemred (pemimpin redaksi) itu sendiri, media itu sendiri dengan adanya sosial media,” ujar Kang Maman.
Ia juga menambahkan bahwa dengan menjalankan jurnalisme warga, seseorang bisa menghasilkan uang dalam jumlah besar hanya dengan mengunggah karyanya di media sosial. “Teman-teman saya yang jadi jurnalis warga, masukkan karya-karyanya di YouTube dan penghasilannya bisa 20ribu Dolar Amerika per bulan,” kata Kang Maman.
Sementara itu, Najwa Shihab juga menceritakan perjalannya hingga masuk ke dunia jurnalisme. Sejak kuliah, Najwa yang aktif berorganisasi sering berurusan dengan berbagai media. Hingga akhirnya ia tertarik dengan jurnalis pertelevisian dan memulai langkahnya dengan magang di stasiun televisi RCTI.
Setelah menjadi jurnalis, Najwa merasa beruntung karena bisa melihat berbagai peristiwa hebat dan bertemu dengan banyak orang, baik yang inspiratif maupun yang bermasalah. “Saya beruntung karena profesi ini memungkinkan saya melihat hal-hal langsung di depan mata, ” jelas Najwa.
Moderator sempat menanyakan apakah ia pernah mengalami rasa takut saat harus mewawancarai narasumber. Hal ini dikarenakan gayanya yang terlihat galak dan berani menyelidiki narasumbernya. “Tidak pernah, karena saya melakukan tugas. Kalaupun saya bertanya itu selalu yang berurusan dengan kepentingan publik. Siapapun yang saya undang, saya tidak pernah bertanya sesuatu yang di luar kepentingan orang banyak,” jelas Najwa.
Sebagai seorang jurnalis, Najwa menyadari kewajibannya untuk menyajikan informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik. Baginya, jurnalis bertugas mengawasi jalannya pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan.
“Tanggung jawab saya sebagai jurnalis, memastikan mereka tidak macam-macam dengan urusan kita. Saya tidak pernah takut bertanya keras, saya tidak pernah takut mempertanyakan kalau kita mencium ketidakberesan,” ujar Najwa sambil diiringi oleh tepuk tangan dari para peserta seminar.
Penulis : Christian Karnanda Yang
Editor : Agustina Selviana
Foto : Rosa Cindy