• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Tuesday, July 1, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

Kepada Gema Suguhkan Kisah Pilu Berbalutkan Nuansa Modern

by Anindya WP
November 30, 2017
in Event
Reading Time: 2 mins read
Kepada Gema Suguhkan Kisah Pilu Berbalutkan Nuansa Modern

Prisia Nasution berperan sebagai Atisha (kiri) berjuang melawan gangguan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) saat pementasan "Kepada Gema" Sabtu (25/11/17), di Graha Bhakti Budaya, Jakarta.

0
SHARES
265
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Digelar di Graha Bhakti Budaya pada 25 dan 26 November lalu, Ruang Imaji mementaskan teater bertajuk “Kepada Gema”. Lakon yang diadaptasi dari novel metropop karya Diego Chistian ini mendapatkan respons positif dari penonton yang hadir di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Riuh tepuk tangan mengakhiri hari pertama pementasan ketiga Ruang Imaji tersebut. Sejumlah penonton bahkan terlihat menitikkan air mata di puncak konflik dalam pertunjukan yang berlangsung sekitar 2 jam.

Dalam lakon tersebut, Prisia Nasution atau yang akrab disapa Pia, berperan sebagai seorang wanita yang memiliki penyakit Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) bernama Atisha. Sebagai tokoh utama dalam pementasan ini, tentunya Atisha mendapatkan jumlah adegan paling banyak di dalamnya. Tak pelak, mengatur pergantian emosi dan busana di setiap adegan sempat menjadi tantangan sendiri untuk Pia.

“Sepanjang (pementasan) itu aku semua kan, jadi kayak bolak-balik ganti-ganti baju. Terus mesti ngapalin skrip apa segala macem, sudah lari masuk emosi yang beda,” tutur Pia.

Meski terbilang baru di dunia teater, namun penampilan pemenang Festival Film Indonesia (FFI) 2011 kategori pemeran utama wanita terbaik ini tetap mampu menyentuh emosi penonton dalam setiap adegannya. Sejak awal pentas dimulai, penonton dibuat penasaran dengan inti masalah yang menyebabkan Atisha mengidap PTSD. Segala cara ditempuh oleh keluarganya, mulai dari upaya medis hingga jalan pintas berupa bantuan paranormal dilakukan untuk menyembuhkan gangguan trauma yang dialaminya.

“Pementasan tadi itu menurut saya cukup memainkan emosi ya, terutama waktu si tokoh Atisha ini menceritakan apa yang sebenarnya menjadi alasan dia mendapat trauma itu,” ungkap Ghina, salah seorang penonton.

Lakon ini mengisahkan Atisha sebagai korban pelecehan seksual. Kehidupannya menjadi makin buruk setelah harus kehilangan sang ayah ketika mencoba menyelamatkannya, belum lagi dengan adanya permasalahan dalam kisah percintaannya. Kekasihnya, Gema (Iedil Putra) meninggalkannya tanpa kabar, kemudian hadir sosok Jesse (Abiyoga Harbunangin) yang menggantikan Gema. Di tengah hubungan mereka, Jesse meninggal dunia.

Masalah bertubi-tubi itu membuatnya semakin sulit mengatasi trauma dan berdamai dengan masa lalu. Setelah Jesse meninggal, Atisha tetap menganggap Jesse masih hidup dan hanya berhubungan secara jarak jauh. Setiap hari ia melihat video Jesse yang seolah-olah sedang berbincang dengannya.

Pementasan teater “Kepada Gema” sedikit berbeda dengan seni teater murni. Sebab, pementasan ini dibawakan secara modern. Mulai dari penataan panggung dan riasan pemain, tidak menunjukkan drama yang menonjol seperti pertunjukan teater pada umumnya. Bahasa yang digunakan pun ringan, sehingga penonton lebih mudah memahami jalan cerita. Alunan musik pengiring juga mampu dipadukan dengan baik untuk mendukung adegan.

“Kepada Gema” mengajak penonton agar lebih peka terhadap permasalahan yang dialami diri sendiri, maupun orang-orang sekitar. Teater tersebut juga menunjukkan bagaimana setiap tokoh sebenarnya memiliki permasalahannya masing-masing, dan pentingnya untuk berdamai dengan masalah di masa lalu yang menyebabkan trauma.

Penulis : Anindya Wahyu Paramita

Editor : Gilang Fajar Septian

Foto : Nadine K. Azura

Tags: iedil putrakepada gemapia nasutionprisia nasutionruang imajiTaman Ismail MarzukiTeater Modern
Anindya WP

Anindya WP

Related Posts

Nyoman Paul tampil perdana di BNI Java Jazz Festival 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Nyoman Paul Debut di Java Jazz Festival 2025 dengan Album LUAP

May 31, 2025
IMDES 2025 menggelar Student Exhibition di area Nusakara, Universitas Multimedia Nusantara, pada Kamis (15/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

IMDES 2025 Angkat Tema Keberlanjutan: Mahasiswa Tunjukkan Gagasan Inovatif

May 17, 2025
Aksi Kamisan ke-860 digelar di seberang Istana Merdeka, Kamis (08/05/25), untuk mengenang Marsinah dan menolak wacana Soeharto sebagai pahlawan nasional. (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Mengenang 32 Tahun Kematian Marsinah Lewat Aksi Kamisan Ke-860

May 14, 2025
Next Post
Bondan Winarno ‘Maknyuss’ Tutup Usia Karena Gagal Jantung

Bondan Winarno 'Maknyuss' Tutup Usia Karena Gagal Jantung

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021