• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Sunday, October 19, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

KPI: Perempuan Cenderung Jadi Korban Perkawinan Anak

Nabila Jayanti by Nabila Jayanti
March 7, 2018
in Event
Reading Time: 2 mins read
KPI: Perempuan Cenderung Jadi Korban Perkawinan Anak

Aksi Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) menuntut penghapusan perkawinan anak dalam rangka Women’s March pada Sabtu (03/03/2018) di Monumen Nasional, Jakarta Pusat.

0
SHARES
215
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Penghapusan perkawinan usia anak menjadi salah satu perkara penting yang belum tuntas. Melalui acara Women’s March Jakarta 2018, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) menyuarakan pendapatnya tentang perkawinan anak di bawah umur yang masih ditemui di berbagai daerah. KPI juga turut mendesak agar pemerintah segera membuat regulasi yang jelas.

Poster bertuliskan “Ijazah Dulu, baru Buku Nikah” terpampang nyata dalam kelompok berseragam hijau dan ungu. Sekumpulan perempuan yang tergabung dalam KPI itu menjadi corong penggerak, mewakili suara korban perkawinan anak yang ‘terpaksa’ menikah.

“Kalau menurut saya (perkawinan anak sebagai) sebuah kejahatan. Yang paling bahaya, kan, anak-anak masih butuh sekolah gitu, kan, secara dipaksa untuk menikah, dipaksa untuk jadi ibu rumah tangga,” tutur Sekretaris Wilayah Koalisi Perempuan Indonesia Jawa Barat Darwini saat ditemui usai pawai Sabtu (03/03/18) silam.

Lebih lanjut Darwini mengungkapkan perempuan lebih mudah menjadi korban. Organ reproduksi yang belum sempurna, membuatnya mudah terkena penyakit serius yang berhubungan dengan persalinan dini. Bahkan berpotensi menaikkan angka kematian ibu dan anak.

“Di sisi lain kalau dia selamat dari melahirkan anaknya, masih usia anak dia harus menggendong anaknya dengan melihat teman-teman yang lain. Dia – miris sekali haknya (sebagai) anak-anak dirampas. Tapi sampai hari ini peran pemerintah belum kelihatan komitmennya seperti apa,” imbuh Darwini.

Berdasarkan laporan UNICEF dan BPS berjudul Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia yang diterbitkan tahun 2016, prevalensi perkawinan usia anak mengalami penurunan lebih dari dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir tetapi masih jadi salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Sekitar 340 ribu anak perempuan setiap tahunnya atau  lebih dari seperenam anak perempuan menikah sebelum mencapai usia 18 tahun. Meski demikian prevalensi tersebut telah kembali meningkat.

Di provinsi Jawa Barat, ada lima kabupaten dengan angka perkawinan anak tinggi yakni Indramayu, Kabupaten Bandung, Sukabumi, Bogor, dan Cirebon. Hal ini diperkuat oleh budaya perkawinan anak yang lumrah dilakukan di daerah setempat, terutama di desa-desa.

Mengubah pemikiran masyarakat masih jadi pekerjaan rumah bagi seluruh pihak. Mereka sering menganggap anak sebagai aset yang dapat mendongkrak keadaan ekonomi keluarganya yang kurang. Alasan lainnya untuk melegalkan perkawinan anak adalah menghindari zina. Menurut Darwini, hal tersebut tidaklah tepat.

“Karena setelah kami bertemu dengan korban-korban perkawinan anak, ternyata mereka menyesal, kok. Makanya dalam hal ini sebenarnya komitmen kita bersama, pemerintah juga masyarakat juga harus terlibat aktif dalam persoalan perkawinan anak, karena kalau kami koalisi perempuan aja yang bergerak, sementara jaringan-jaringan yang lain tidak menyuarakan, (sulit) untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa ini bahaya sekali mengawinkan anak-anak,” jelasnya.

Sebuah harapan besar ada dalam benak Darwini dan KPI, bahwa perempuan harus punya derajat yang setara. Kalau misalkan dalam Undang-undang disebutkan batas usia minimal menikah untuk anak laki-laki 19 tahun, maka anak perempuan juga semestinya pada batas yang sama.

“Harapannya gini, semua Undang-undang tidak diskriminatif terhadap perempuan. Karena sampai hari ini kemiskinan masih berwajah perempuan. Kekerasan juga yang jadi korban adalah perempuan. Harapannya pemerintah melindungi perempuan, sudah saatnya posisinya sama dengan laki-laki. Kami tidak menuntut melebihi laki-laki, tapi minimal ya kami setara,” pukas Darwini.

 

Penulis: Nabila Ulfa Jayanti

Editor: Hilel Hodawya

Foto: Nadine K. Azura

Tags: 2018eventhak-hakkoalisi perempuan indonesiakpiperempuanperkawinan anakultimagzWomen's Marchwomen's march 2018Women's March Jakarta
Nabila Jayanti

Nabila Jayanti

Related Posts

NCT DREAM berfoto dengan ribuan NCTzen pada hari kedua THE DREAM SHOW 4 di Jakarta. (X/@NCTsmtown_DREAM)
Event

NCT DREAM Kembali Sapa Jakarta dalam THE DREAM SHOW 4

October 3, 2025
Mentor saat Mentor saat menjelaskan materi kepada Mentee dalam sesi kedua kegiatan Mentoring UMN 2025 pada Sabtu (27/09/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)materi kepada mentee di sesi kedua dari kegiatan Mentoring UMN 2025 pada Sabtu (27/09/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Berita Kampus

Pekan Kedua Mentoring 2025 “At Drie Celina” Tanamkan Tiga Nilai 5C pada Mentee

October 2, 2025
Malam Puncak Euforia 2025
Event

Malam Puncak Euforia 2025 Meledak dengan Penampilan Spektakuler Pamungkas dan Lomba Sihir

September 24, 2025
Next Post
Indonesia Kita Lambangkan Fenomena Indonesia Lewat ‘Preman Parlente’

Indonesia Kita Lambangkan Fenomena Indonesia Lewat 'Preman Parlente'

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 − 3 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021