JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Pertunjukan seni tari kolaborasi oleh perupa asal Indonesia Jompet Kuswidananto dengan koreografer Jerman Meg Stuart mengusung tema sorrow (duka) diadakan pada Sabtu (07/09/19) di Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Seni tari yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam tersebut diperankan oleh tiga orang penari dan dua musisi. Di penghujung pertunjukan, para pemain menyanyikan lagu “Hati yang Luka” milik Betharia Sonata.
Berawal dari ketertarikan Meg pada fenomena kerasukan dalam bentuk kesenian dan kisah zaman kediktatoran saat lagu-lagu sedih tertentu dilarang pada zaman itu. Celestial Sorrow diperankan oleh tiga penari asal Berlin (Jule Flierl, Gaetan Rusquet dan Claire Vivianne) dan dua musisi asal Jepang dan Indonesia (Mieko Suzuku dan Ikbal Simamora Lubys).
Pertunjukan dimulai dengan efek suara mencekam, tiap penari menghampiri satu penonton dan menggenggam tangannya untuk berjalan perlahan-lahan mengitari area pertujukan dan bertukar tempat duduk satu sama lain. Di sela penghujung acara, lampu yang terpancar hanya berasal dari kostum salah satu penari yang mengitari area pertunjukan dan diiringi oleh seluruh pemain sambil menyanyikan lagu “Hati yang Luka” milik Betharia Sonata. Lagu dengan lirik yang khas “Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku” tersebut serentak membuat para penonton yang hadir ikut menyanyikan lagu tersebut.
“Senang, seakan [pemain] nyuruh aku buat ngebayangin tempat-tempat atau hal indah. Pengalaman banget buat aku,” tutur salah satu penonton yang bertukar tempat duduk, Ardila Salsabila (20).

Permintaan dari para artis, penonton yang hendak menyaksikan pertunjukan diminta untuk mematikan segala jenis perangkat (gadget) yang dibawa sebelum memasuki Black Box Theater Salihara.
Celestial Sorrow diselenggarakan di 10 kota bagian Eropa, Amerika Serikat dan Asia seperti Brussels, Frankfurt, Minneapolis, Vienna, Berlin dan Jakarta.
Penulis: Hanasya Shabrina
Editor: Nabila Ulfa Jayanti
Foto: youtube.com/Goethe-Institut Indonesien