• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Thursday, May 15, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

Makna Ragam Busana Women’s March Jakarta 2018

by Ariefiani Elfrida Mastina Harahap
March 6, 2018
in Event
Reading Time: 2 mins read
Makna Ragam Busana Women’s March Jakarta 2018

Peserta yang turut memeriahkan acara Women's March 2018, Sabtu (3/3/18) dengan menggunakan kostum unik seperti Darth Vader dan penari Jawa dengan filosofi mereka masing-masing untuk memberikan aspirasi mereka dalam bentuk kostum yang mereka kenakan.

0
SHARES
469
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Barisan Women’s March, Sabtu (03/03/18) turut diramaikan dengan pakaian bernuansa hijau toska dan ungu, serta kostum-kostum dengan makna tersirat dibaliknya. Pun, ragam busana yang ditampilkan dipilih untuk mendukung para pejuang kesetaraan pada pawai tersebut.

Dilansir dari akun Instagram resmi Women’s March Jakarta, warna toska dipilih karena melambangkan ketenangan dan harapan bagi para penyintas kekerasan. Sedangkan warna ungu melambangkan perdamaian, keberanian, ketahanan, kehormatan dan dedikasi untuk mengakhiri kekerasan.

Tak hanya warna, ragam busana lainnya juga memiliki makna di baliknya. Salah satu peserta parade kesetaraan tersebut, Daya, mengenakan bra dan kemeja untuk menolak pelecehan terhadap perempuan.

Daya, yang ikut menjaga tempat isi ulang minum di Taman Aspirasi, Medan Merdeka Selatan pada Women’s March 2018.

“My body, My rights. Dengan pakai baju kayak gini ya suka-suka aku, ini tubuh aku. Mau perempuan pakai baju apapun, dia berhak atas tubuhnya sendiri, dia enggak berhak diperkosa atau menerima kekerasan seksual,” ujar Daya.

Seorang mahasiswa bernama Noval Auliady pun turut memakai kostum berpola garis-garis layaknya narapidana. Kostum yang ia kenakan merupakan bentuk kekhawatirannya atas Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) yang sedang digodok.

Noval Auliady, seorang mahasiswa yang menggunakan kostum pola garis-garis sebagai bentuk kekhawatiran terhadap RKHUP yang menyimpang dengan filosofinya untuk bersiap-siap jika ia nantinya akan dipenjara.

“Kita harus siap-siap kalau misalnya RKUHP diloloskan kita semua bisa dipenjara, jadi kita siap-siap dulu aja terbiasa dengan baju seperti ini. Ini sebagai awareness, sih, kalau RKUHP itu sangat real,” pungkas Noval. Adapun RKUHP yang dimaksudkan berkaitan dengan kriminalisasi pada bab kesusilaan peraturan tersebut.

Terlihat juga beberapa kostum unik selama aksi damai berlangsung. Sebut saja Dea dari komunitas Indonesia feminis, yang menolak jika feminisme disebut produk barat dengan memakai kostum penari jawa.

“Dengan kostum  ini aku mau bilang feminisme itu bukan dari barat, fenimisme itu udah ada dari jaman dahulu kala. Jaman dulu perempuan enggak pakai atasan pun udah dihargain. Jaman sekarang harus ditutupin baru dihargain. Kan aneh, berarti ada sesuatu yang salah dari kita melihat tubuh perempuan,” ujar Dea.

Dari sisi film, tampak sosok Darth Vader dari film Star Wars yang ikut dalam pawai tersebut. Pengguna kostum tersebut, Margianta, meyakini bahwa semua orang dapat menjadi pribadi yang baik.

“Darth Vader adalah tokoh yang pertamanya baik, lalu jahat, lau baik lagi. Nah, saya percaya orang yang datang kesini atau yang ada disini juga pada dasarnya bisa menjadi seorang yang baik, asal kita enggak berhenti menyuarakan apa yang baik dan terus dengan cara yang benar juga,” ujarnya.

Selain kostum-kostum tersebut, masih banyak aksesoris lain yang digunakan peserta, seperti caping untuk mendukung petani perempuan serta aksesoris warna-warni untuk mendukung kalangan dari ragam orientasi seks.

Penulis: Ariefiani Elfrida Mastina Harahap

Editor: Ivan Jonathan

Foto: Billy Dewanda

Tags: kostumWomen's MarchWomen's March Jakarta
Ariefiani Elfrida Mastina Harahap

Ariefiani Elfrida Mastina Harahap

Related Posts

Aksi Kamisan ke-860 digelar di seberang Istana Merdeka, Kamis (08/05/25), untuk mengenang Marsinah dan menolak wacana Soeharto sebagai pahlawan nasional. (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Mengenang 32 Tahun Kematian Marsinah Lewat Aksi Kamisan Ke-860

May 14, 2025
Dokumentasi Bhikkhu Thudong berjalan kaki saat sampai di Candi Agung Borobudur pada 2024. (ANTARA/Anis Efizudin)
Event

Mengenal Tradisi Thudong, Perjalanan Spiritual Menjelang Waisak

May 13, 2025
Press conference Lomba Sihir
Event

Lomba Sihir Ajak Pendengar Refleksi Kehidupan di Album Keduanya Obrolan Jam 3 Pagi

May 8, 2025
Next Post
Jasa Peluk Gratis sebagai Kampanye Kebebasan Perempuan di Women’s March 2018

Jasa Peluk Gratis sebagai Kampanye Kebebasan Perempuan di Women’s March 2018

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021