• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Friday, February 3, 2023
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

Mencari Ayah Kandung dari Swiss ke Indonesia

by Analuna
May 6, 2016
in Event, Review
Reading Time: 2 mins read
Mencari Ayah Kandung dari Swiss ke Indonesia

Salah satu scene dalam film Abi Means Papa, Armin (kiri) dan adik tirinya (kanan) dalam pencarian ayah kandung Armin.

0
SHARES
182
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – “Enjoy the movie, thankyou EoS (Europe on Screen) and the embassy for supporting us,” ucap Armin Tobler dalam sambutannya sebelum film dokumenter yang disutradarainya, Abi Means Papa ditayangkan di Erasmus Huis Jakarta, Senin (03/05) lalu.

Film tersebut menjadi salah satu film yang ditayangkan dalam festival film Europe on Screen 2016, pada 29 April hingga 8 Mei mendatang di berbagai tempat.

Film berdurasi 78 menit ini menceritakan perjalanan Armin yang merupakan laki-laki berkebangsaan Indonesia yang diadopsi oleh orangtua asal Swiss, dalam mencari ayah kandungnya di Indonesia. Selain itu, film ini juga dibuat sebagai hasil tugas akhir Armin dan kedua temannya dari sekolah film Zuricher di Swiss.

Ide cerita pencarian sosok ayah muncul dibenak Armin pada tahun 2010, setelah menceritakan pengalamannya kepada kedua temannya di Swiss, Simon dan Thomas. Akhirnya pada tahun 2011, film ini dibuat di Indonesia.

“Lima tahun lamanya film ini dibuat, itu juga tidak penuh lima tahun, karena kami masih sekolah,” jelas Simon Gutknecht yang merupakan sutradara dari film ini.

Film dimulai dengan rekaman video webcam, dimana Armin menceritakan latar belakang film dokumenter yang ia buat. Lalu, film dilanjut dengan perjalanan Armin, bersama Simon dan Thomas, ke Indonesia dan melakukan “investigasi” untuk menemukan ayah kandungnya. Dengan bantuan ibu kandung Armin, Titiek, ia bersama kedua temannya berkeliling Jakarta hingga Cibubur, mencari kerabat dekat yang mungkin bisa mempertemukannya dengan ayah kandungnya.

Perbedaan budaya Swiss dan Indonesia yang unik terlihat dari beberapa scene dalam film ini. Contohnya, cara Armin berkomunikasi dengan ibu kandung dan adik tirinya dengan bahasa Inggris yang dicampur dengan bahasa Indonesia. Hal itu menghasilkan sisi humor tersendiri pada film ini.

Armin dan Simon pun menjelaskan adegan yang menurut mereka paling menarik direkam dan di-edit pada masa pembuatan. Adegan tersebut adalah percakapan Armin dengan ibu kandungnya. “Waktu Armin sedang berbicara dengan ibu kandungnya, itu materi videonya lima jam durasinya. Jadi proses cutting-nya, pemilihannya, cukup rumit,” jelas Simon.

Meski film ini disebut untuk menyelesaikan tugas akhir sekolah, namun bukan hanya itu alasan Armin mencari ayahnya. “Ya, setelah papa yang mengadopsiku meninggal karena kanker, aku merasa aku harus mencari papa kandungku,” ujar Armin.

Film ini diputar kembali pada Rabu (5/5) di Erasmus Huis Jakarta pukul 17:00 WIB.

 

Penulis: Analuna Manullang

Editor: Alif Gusti Mahardika

Foto: www.dokfest-muenchen.de

 

 

Tags: 2016abi means papaabi means papa indonesiaEOSEOS 2016Erasmus HuisEurope on ScreenEurope On Screen 2016eventreviewultimagz
Analuna

Analuna

Related Posts

Event

Perkuat Budaya Indonesia di Tengah Modernisasi melalui Ashandya 2022

December 4, 2022
akuntansi accounting week 9
Event

Accounting Week 9: Akuntansi Miliki Peran Penting, Tidak Akan Lenyap

December 4, 2022
Prom Night
Event

Kenang Romansa Sekolah di Malam Prom oleh History

December 3, 2022
Next Post
Ranieri di Leicester, dari Dikritik hingga Jadi Pujaan

Ranieri di Leicester, dari Dikritik hingga Jadi Pujaan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three × five =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021