JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Jemari laki-laki itu cepat sekali menekan tuts piano mengalunkan lagunya sendiri, bahkan matanya terpejam dalam rumitnya gerakan tangan. Tubuhnya mengalun pelan, seakan sedang berada di sebuah suasana yang haru. Sesekali alunan menjadi lambat, tapi selang hitungan detik menjadi cepat kembali.
Pemain bas dan pemain harmonika yang sedang menunggunya menyelesaikan intro lagu, mulai menyusul bunyi piano. Suara bas, harmonika, dan piano itu akhirnya membentuk harmoni lagu yang bertajuk Grozny karya Dwiki Dharmawan, ditemani pemain bas Rudi Zulkarnaen, dan harmonika Rega Dauna sebagai penampil terakhir festival Jazz Buzz Salihara di teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Minggu (23/02/20).
Sebagai pianis multi-genre dan komposer yang sudah makan asam-garam dunia permusikan selama puluhan tahun, Dwiki Dharmawan memainkan lagu dari album lama maupun baru di festival ini. Hal itu dilakukan untuk meninjau perjalanan panjang karier bermusiknya.
“Lagu-lagu yang dimainkan dari album “So Far So Close” (2015), “Pasar Klewer” (2016), “Rumah Batu” (2018), dan “Hari Ketiga” yang akan dikeluarkan tahun ini. Ada evolusi bermusik saya dari tahun ke tahun yang berubah dari keempat album tersebut,” ujar Dwiki pada sesi wawancara sebelum pementasan.
Dalam lagu-lagu tersebut, Dwiki menyimpan pesan. Dia mendapatkan konsep dan inspirasi musiknya dari perjalanan yang dia lalui. Misalnya saja, waktu berkunjung ke makam seorang imam di Uzbekistan.
“Waktu itu saya diundang untuk bermain pada acara UNESCO International Jazz day di Uzbekistan. Saya berkunjung ke makamnya Imam Bukhari di kota Samarkand. Samarkand sendiri menjadi salah satu judul lagu saya di album rumah batu,” kenang Dwiki.
Sebagai musisi senior, Dwiki tidak mengekang rekan pendampingnya dalam bermusik. Dia sangat menghormati kebebasan berkreasi. Dalam konser ini Rudi dan Rega diperbolehkan untuk melakukan improvisasi yang luas. Bahkan, terkadang dia hanya menceritakan filosofi dari lagu yang ingin dimainkan.
“Kita harus punya interpretasi di tempat tentang apa yang sedang terjadi. Harus improvisasi. Jadinya seperti ada dan tidak ada batasan. Kacau tapi berstruktur,” kata Rudi menjelaskan hasil improvisasinya.
Penulis: Andrei Wilmar
Editor: Abel Pramudya
Foto: Frizki Alfian