AMSTERDAM, ULTIMAGZ.com — Gelaran “Pride Month” sedang berlangsung hingga akhir bulan Agustus nanti. Seluruh kaum minoritas berkumpul merayakan visibilitas kejayaan mereka dalam berkarya, bekerja, dan memperingati hak kebebasan.
Kaum minoritas yang menjadi tonggak utama di acara ini adalah komunitas lesbian, gay, bisexual, transgender (LGBT). Perayaan ini kian meriah usai negara besar seperti Amerika Serikat memberikan kebebasan untuk pernikahan sesama jenis.
Mewakili kaum komunitas lesbian, gay, bisexual, transgender, queer, intersex, asexual (LGBTQIA), aktivis sekaligus pengacara asal Amsterdam Sidney Smeets memberikan gagasannya untuk gelaran acara Pride Month tahun ini.
“Komunitas kami (LGBT) dapat dirasa semakin kuat hingga saat ini,” buka Sidney saat dihubungi via kontak pesan, Selasa (05/06/18). “Meski memang masih sangat banyak rintangan yang harus kami hadapi.”
Sidney juga menceritakan bagaimana kondisi di negara-negara luar Belanda yang masih banyak terjadi diskriminasi terhadap kaum homoseksual.
“Masih banyak negara yang mengkriminalkan kaum homoseksual dan hal tersebut masuk ke dalam ranah ketidaksetaraan,” ujarnya.
Publik dalam Realitas Kehidupan
Mengenal lebih dalam, Belanda sendiri adalah negara pertama yang mengizinkan pernikahan sesama jenis di tahun 2001. Keputusan Belanda ini diikuti oleh negara-negara lain, salah satunya Australia yang menjadi negara terbaru dalam mengesahkan pernikahan sesama jenis.
“Masalahnya, meski begitu, banyak orang-orang di Belanda yang masih menolak pasangan sesama jenis berpegangan tangan, atau lebih dalamnya lagi bermesraan di publik,” tuturnya.
Ia menegaskan pula bahwa tindakan-tindakan penolakan tersebut tidak terjadi pada straight people, namun selalu terjadi pada kaum LGBT, termasuk dirinya.
Sebagai warga negara Belanda dan juga aktivis, ia pun menangkis segala bentuk diskriminasi tersebut lewat kedatangan banyak pengungsi dari luar negeri kincir angin. Sidney ingin para pengungsi merasa nyaman dengan kebijakan yang toleran antar seluruh umat manusia.
“We should celebrate diversity and embrace the differences in our community. I may not go to leather bars myself but I accept and embrace the fact that the leather community is part of our community. I may not dress up in drag but I embrace that drag queens were on the forefront of our movement.”– Sidney Smeets
Perihal “coming out of the closet“, Sidney sendiri mengatakan bahwa itu jelas sepenuhnya adalah hak individu. Terlepas dari kewajiban atau perspektif masing-masing orang.
“Itu (coming out) adalah hal yang menggelisahkan,” ujarnya. “Tetapi itu bukan kewajiban pula sebagai seorang dari kaum LGBT untuk melakukannya. Itu adalah ranah kebebasan tiap individu.”
Terpaut Ranah Kerja, Perayaan, dan Idealisme
Sebagai seorang pengacara, Sidney mengaku dirinya sangat beruntung karena berada di law firm yang menjunjung nilai keberagaman. Ia menjelaskan bahwa di Belanda sendiri, kondisi untuk ranah pekerjaan terpaut memiliki keberagaman.
“Secara umum, di Belanda, pengadilan sendiri memang berbeda (dari negara-negara lain) dan berani memasukkan para anggota yang memang secara terbuka terdefinisikan sebagai kaum LGBTQIA,” tutur pria yang sempat menjadi Ketua Dewan Holland Animation Film Festival.
Sidney mengaku semua berjalan mulus di ranah kerja. Meski pada umumnya nilai keberagaman dan toleransi harus selalu dijaga guna membangun kenyamanan bersama.
Berbicara soal Pride Month, Smeets merasa bahwa disinilah situasi yang tepat untuk merayakan kebebasan dan rasa saling menghargai. Kendati demikian, acara ini memang bukan hanya untuk kaum LGBT saja, melainkan untuk seluruh masyarakat yang mendukung visibilitas kaum minor.
“Pride adalah aktivasi dan perayaan tentang keberagaman kita, ini bukan hanya pesta bersenang-senang,” lanjutnya. “Pride adalah tentang kita, dan itu adalah sebuah keharusan untuk dirayakan.”
“We do not need a straight Pride. We have a straight Pride every single day of the year. Pride is about us, and it should be.” – Sidney Smeets
Sidney menutup dengan dalil bahwa kaum LGBT harus terus merayakan hari kebanggaan mereka sebagai anggota komunitas. Sebab, tidak ada “perlawanan” yang dapat ditunjukkan selain lewat keberanian dan kebanggaan dari masing-masing individu.
“Saya menekankan bahwa Pride ini dibuat agar ‘masyarakat harus punya kebanggaan atas diri mereka sendiri’. Terutama kaum minor yang harus didukung dan terlihat,” tutupnya.
Penulis: Felix
Editor: Gilang Fajar Septian
Foto: Krant van West-Vlaanderen dan dokumentasi pribadi Sidney Smeets