SERPONG, ULTIMAGZ.com – Mengusung isu alam, sutradara Chairun Nissa merilis sebuah film dokumenter bertajuk SEMES7A pada Kamis (30/01/20). Diproduseri oleh Nicholas Saputra dan Mandy Marahimin, film ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia untuk melestarikan alam dengan pendekatan yang berbeda.
“Kami sangat concern dengan alam, tapi juga merasa harus mulai mencolek orang dari angle berbeda, yakni dengan mengangkat agama, kepercayaan dan budaya masing-masing. Indonesia masyarakatnya taat beragama dan di semua agama seluruh dunia mengajarkan untuk melestarikan alam,” jelas Mandy, dikutip dari detik.com.
Bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, SEMES7A mengangkat tujuh sosok inspiratif dari tujuh provinsi berbeda di Indonesia. Mereka melawan dan menyikapi perubahan iklim berdasarkan pendekatan agama dan budaya yang juga berbeda.
Cerita dimulai oleh seorang tokoh budaya di Bali, Tjokorda Raka Kerthysa. Ia menjadikan Hari Raya Nyepi sebagai jeda untuk manusia berkontemplasi serta waktu bagi alam untuk beregenerasi. Cerita dilanjutkan ke provinsi Kalimantan Barat, bersama Kepala Dusun Sungai Utik, Agustinus Pius Inam. Ia menegaskan penduduk desanya untuk mengikuti langkah tata cara adat dalam melestarikan hutan.
SEMES7A juga mengingatkan masyarakat untuk menjaga kelestarian sumber mata air . Aliran air ini menjadi solusi pemerataan listrik bagi masyarakat di pedalaman Nusa Tenggara Timur. Cerita berlanjut ke Papua Barat, yang mengekspos regenerasi biota laut yang terancam dan usaha untuk mencegahnya, yaitu dengan membuat sasi di pesisir desanya.
Kemudian, ada Muhammad Yusuf di Aceh yang kerap memperingatkan masyarakat akan praktik penebangan hutan. Hilangnya habitat gajah-gajah liar mengakibatkan mereka memasuki desa dan merusak panen. Film dilanjutkan dengan kisah hijrah Iskandar Waworuntu dari kehidupannya terdahulu. Kini, ia dan keluarganya hidup dari sebidang tanah kering yang diberinya nama Bumi Langit.
SEMES7A kemudian ditutup dengan kisah di Kebun Kumara, sebuah kebun urban di pinggiran Jakarta. Kebun ini menyediakan pelatihan tentang prinsip-prinsip belajar dari alam yang secara kreatif mengubah tanah di kota menjadi hijau kembali. Ini menyiratkan bahwa lingkungan perkotaan nan sibuk dan padat tidak seharusnya menjadi alasan untuk terputus dari alam.
Film berdurasi 88 menit ini mendorong manusia untuk memperlakukan alam sekitar dengan baik juga menegaskan bahwa keselarasan antara manusia dan alam merupakan hal yang penting. Film ini pun mengingatkan bahwa setiap agama dan kepercayaan sama-sama mengajarkan untuk menjaga alam seapik-apiknya.
SEMES7A tayang terbatas di beberapa bioskop terpilih di Indonesia, seperti Cinema 21 Blok M Plaza, Kemang Village, Metropole, Plaza Senayan, Pondok Indah 1 dan Setiabudi XXI.
Penulis: Maria Helen Oktavia
Editor: Abel Pramudya
Foto: idntimes.com, dewimagazine.com
Sumber: travel.detik.com, idntimes.com, dewimagazine.com, tirto.id, jayakartanews.com