SERPONG, ULTIMAGZ.com – Cahaya matahari menyinari seorang laki-laki yang sedang duduk membaca buku di bawah pepohonan. Pada telinga kirinya, tergantung earphone kabel putih yang sedang mengalunkan karya musisi Clairo. Setelah membalikkan lembaran buku, tangan kanannya meraih segelas matcha latte yang terletak di sisi kanan tubuhnya. Inilah ciri-ciri performative male yang sedang diincar sebagai wajah baru para laki-laki untuk menjadi green flag.
Performative male adalah istilah untuk menunjukkan laki-laki yang sadar emosional, intelektual, dan bersifat lembut, melansir cnnindonesia.com. Berbeda dengan pria maskulin yang ingin diandalkan, para performative male tidak takut untuk menunjukkan sisi lemahnya. Performative male menggunakan barang-barang yang digemari perempuan untuk menarik perhatian mereka, seperti bag charms, kamera digital, hingga buku-buku feminis.
Baca juga: Digicam Kembali ke Pasar: Dari Kesenangan Jadi Berlebihan?
Fenomena performative male menjadi sangat populer di media sosial saat ini, terutama di kalangan Gen Z. Tren ini bahkan mendorong lahirnya acara kontes performative male yang sempat viral di Amerika Serikat. Melansir idntimes.com, kontes ini pernah digelar di Taman Langsat, Jakarta Selatan, pada (02/08/25). Kontes ini menghadirkan peserta laki-laki yang memperebutkan gelar “Most Performative Male”.
Konsep pria performatif bukanlah hal yang baru, dilansir dari magdalene.co. Sama seperti laki-laki yang ingin tampil kuat dan dapat diandalkan, performative male juga menampilkan pesonanya agar mendapatkan ketertarikan perempuan. Bedanya, pesona yang mereka tunjukkan adalah pria yang lembut, cerdas, dan tidak menyeramkan.
Performative male lebih dapat diterima karena fenomena ini hadir di tengah kondisi masyarakat yang menentang perlakuan misogini. Maka dari itu, mereka yang disebut performative male umumnya akan menyuarakan tentang isu gender dan feminisme. Namun, konsep ini juga sering disalahgunakan untuk mendapat perhatian dan validasi dari perempuan. Tidak sedikit kasus yang menunjukkan pria hanya memainkan peran dengan berpura-pura menjadi pria empatik.
Baca juga: Mansplaining, Fenomena Pria Merendahi Kecerdasan Wanita
Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat laki-laki yang memang menyukai dan nyaman dengan fesyen atau atribut performative male. Bukan untuk pertunjukkan, melainkan karena ketertarikan pribadi. Melansir gq-magazine.co.uk, beberapa pria mengakui bahwa mereka menyukai minuman matcha dan musisi Clairo, Laufey, dan beabadoobee.
Performative male menunjukkan sifat manusia yang selalu mengejar validasi. Dalam fenomena ini, mereka menarik perhatian perempuan dengan menghadirkan sosok pria cerdas, ekspresif secara emosional, dan peduli dengan isu gender. Padahal, belum tentu mereka benar-benar hidup dalam nilai-nilai tersebut. Apakah Ultimates pernah bertemu dengan performative male?
Penulis: Celine Valleri
Editor: Kezia Laurencia
Foto: elle.in
Sumber: cnnindonesia.com, idntimes.com, magdalene.co, gq-magazine.co.uk, cosmopolitan.com, them.us, stuff.co.nz
pernahhhhh, temen ku