SERPONG, ULTIMAGZ.com – Inovasi yang terus berkembang di zaman sekarang sudah tidak asing lagi digunakan. Namun, ternyata masih ada sekelompok masyarakat yang tidak tertarik dengan hal tersebut yaitu suku Badui.
Suku Badui merupakan kelompok masyarakat ras Sunda kuno yang hidup di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Walaupun tinggal dekat dengan perkotaan, suku ini masih bersifat tradisional.
Baca juga: Suriname: Negara yang Dihuni Suku Jawa dari Indonesia
Melansir republika.co.id, masyarakat suku ini menolak segala hal modern mulai dari peralatan elektronik, penerangan listrik, bahan pembersih, dan jalan beraspal. Penolakan ini disebabkan oleh konsep pikukuh yang dianut oleh masyarakat.
Konsep pikukuh merupakan pedoman Badui yang menekankan pada kesederhanaan tanpa ada perubahan, baik bagi alam maupun hidup masyarakatnya. Namun, tidak semua orang mampu menekuni konsep tersebut. Oleh karena itu, suku Badui terpisah menjadi dua kelompok, yakni Badui Dalam dan Badui Luar.
Badui Dalam meliputi masyarakat yang masih menekuni konsep pikukuh, sehingga kehidupan sehari-harinya tidak dipengaruhi modern. Sementara itu, Badui Luar berisi masyarakat yang mulai mengikuti dan menggunakan inovasi baru untuk menunjang kehidupan sehari-hari mereka.
Pada awalnya, mayoritas masyarakat Badui bekerja sebagai petani ladang. Namun, budaya modern yang mempengaruhi sebagian masyarakat juga membuat pekerjaan mereka menjadi lebih bervariasi. Profesi ini menyangkut berdagang, menenun, dan membuat kerajinan.
Baca juga: Perlukah Suku Pedalaman di Indonesia Mengikuti Modernisasi?
Perbedaan kedua golongan ini cukup terlihat. Selain dari gaya hidup dan pekerjaan, pakaian masyarakatnya juga berbeda. Warna putih yang melambangkan kesucian untuk Badui Dalam dan warna hitam untuk Badui Luar.
Melansir indonesiakaya.com, karena keunikannya, wilayah suku Badui telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah daerah Lebak pada 1990. Namun, sampai saat ini, hanya wisatawan lokal yang diperbolehkan untuk mengunjungi wilayah tersebut.
Penulis: Margaretha
Editor: Vellanda
Foto: cnn.com
Sumber: tempo.co, tribunnews.com, republika.co.id, indonesiakaya.com