BELITUNG, ULTIMAGZ.com – Rasa kopi yang disediakan Warung Kopi Janggut mungkin tidak jauh berbeda dengan warung kopi atau kafe lainnya. Namun, warung kopi yang terletak di Pasar Berehun, Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung ini menawarkan nuansa yang unik. Di sini, kopi khas Belitung yang nikmat berhasil disajikan bersama puisi nan indah.
Warung Kopi Janggut jelas tidak pernah sepi pengunjung. Buka sejak pukul 06.00 hingga 24.00, warung kopi ini tidak hanya ramai oleh wisatawan dalam negeri. Wisatawan mancanegara dari Jerman, Inggris, dan Belanda juga kerap mampir ke warung kopi ini ketika berkunjung ke negeri Laskar Pelangi, Belitung.
Pendiri Warung Kopi Janggut ialah Diran, atau yang kerap dipanggil Pak Janggut. Bersama istrinya, ia berusaha mempertahankan warung kopi sederhana mereka di antara warung kopi dan kafe yang kini terus mengikuti perkembangan zaman. Mereka membuat dan melayani sendiri setiap pelanggan yang datang ke Warung Kopi Janggut.
Keunikan warung kopi ini adalah pembacaan puisi yang dilakukan setiap ada pelanggan baru yang datang.
“Di sini, kami menyajikan kopi citra rasa puisi. Jadi, orang baru yang datang ke sini wajib dibacakan puisi oleh saya sendiri,” ujar Diran.
Konsep seni begitu nampak pada Warung Kopi Janggut. Selain pembacaan puisi, warung kopi yang dibuat di kios terluar Pasar Berehun ini memiliki banyak lukisan dan puisi yang terpajang di dinding. Selain itu, terdapat pula deretan buku yang walaupun nampak usang, tetapi masih layak dibaca.
Selain berbisnis dan mencurahkan kecintaannya pada seni, Diran juga menyertakan jiwa sosialnya dalam Warung Kopi Janggut. Tersedia deretan buku yang terpajang untuk dibaca oleh semua orang, tidak hanya pelanggannya. Tidak semua buku tersebut ia sediakan sendiri. Banyak pula relawan yang secara suka rela mengirimkan buku-bukunya dari berbagai kota di Indonesia.

Tidak jarang, Warung Kopi Janggut mengadakan aksi donor darah. “Kita infokan ke orang-orang jika ada aksi donor darah. Banyak yang antusias. Kita kasih cuma-cuma sebagai cadangan maupun untuk orang yang membutuhkan,” ungkap Diran.
Dari secangkir kopi yang dibeli, pelanggan juga secara otomatis memberi subsidi bagi pendidikan anak-anak di sekitar daerah tersebut. Sebagian uang tersebut dimanfaatkan untuk membeli kertas dan alat tulis untuk siapapun yang ingin menulis dan menggambar di Warung Kopi Janggut.
Setiap tiga bulan sekali, Warung Kopi Janggut mengadakan lomba membuat dan membaca puisi. Lomba tersebut diikuti oleh siswa SD, SMP, SMA, dan umum. Menariknya, hadiah berupa piala dan piagam dibuat sendiri oleh Diran dan istrinya.
“Kami tentu berharap warung kopi ini bisa lebih besar lagi. Paling tidak ya, sebenarnya untuk para pelancong pasti menganggap tempat ini masih sangat kurang (layak). Tetapi, ini saya bangun dengan kekuatan kebersamaan. Doakan saja,” harap Diran.
Penulis: Geofanni Nerissa Arviana
Editor: Hilel Hodawya
Fotografer: Geofanni Nerissa Arviana