SERPONG, ULTIMAGZ.com – Selama beberapa tahun terakhir, gangguan makan (eating disorder) telah disorot sebagai kondisi kesehatan yang nyata dan seringkali mengancam jiwa. Kurus tidak lagi diagungkan karena semakin banyak orang yang sadar atas keberadaan gangguan anoreksia dan bulimia.
Banyak orang (dan media) mengasosiasikan gangguan makan dengan menjadi kurus. Seringkali gambaran yang diperlihatkan adalah wujud gadis remaja yang memiliki citra tubuh negatif dan menolak untuk makan. Namun, tidak semua orang dengan gangguan makan berwujud dan memiliki diagnosa yang sama. Contohnya adalah binge eating disorder (BED).
Menurut survei nasional healthline.com, binge eating disorder adalah gangguan makan yang paling umum di Amerika Serikat. BED mempengaruhi sekitar 2,8 juta orang, jumlah yang lebih banyak dibanding gabungan dari penderita anoreksia dan bulimia.
Mengetahui hal tersebut, mengapa BED tidak lebih banyak dibicarakan?
Binge eating disorder adalah gangguan makan ketika penderitanya cenderung mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang sangat banyak dan sulit menahan dorongan untuk makan. BED berpotensi besar menimbulkan penyakit serius, seperti obesitas, diabetes, gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi, dan bahkan penyakit jantung.
Namun, salah satu efek terbesar yang seringkali dialami penderitanya adalah perasaan malu, menyesal, dan kebencian terhadap diri sendiri. Menurut therapis dan penulis buku Brain Over Binge, Katheryn Hansen, “BED bisa membuat Anda terisolasi dan bisa membuat orang yang paling penting dalam hidup Anda menghilang ke latar belakang.” Maka dari itu, tidaklah jarang, seorang pengidap binge eating disorder memilih untuk diam-diam bergumul sendiri.
Adanya kabut tabu ini membuat BED semakin jarang dibahas di muka publik. Ditambah lagi dengan banyaknya miskonsepsi terhadap gangguan mental tersebut.
Bukan Isu Kedisiplinan
Miskonsepsi yang paling umum terhadap BED adalah kurangnya kemampuan seseorang dalam mengontrol diri.
Tom Quinn, direktur badan amal Beat Eating Disorder menentang miskonsepsi tersebut dengan, mengatakan, “Binge eating disorder adalah penyakit mental yang serius. Ini bukan tentang pilihan, juga bukan orang yang menderita itu hanya ‘memanjakan’ diri. BED itu jauh dari menyenangkan dan sangat menyusahkan, penderita akan merasa sulit untuk berhenti saat episode ini terjadi, bahkan jika mereka mau.”
Nyatanya, binge eating disorder adalah gangguan makan yang disebabkan oleh keresahan psikis yang serius. Seseorang yang melakukan binge eating dapat dipicu oleh stress, depresi, kegelisahan, kurangnya percaya diri, dan bahkan perfeksionisme atau OCD. Maka dari itu, meremehkan gangguan mental ini hanya akan menyebabkan efek bumerang terhadap si penderita.
Tidak Seharusnya Diabaikan
Rasa malu yang menyelimuti BED menyebabkan kurangnya keterbukaan tentang masalah ini. Melansir self.com, sekitar 57 persen penderita BED memilih untuk tidak mendapatkan pengobatan dan bantuan dari tenaga professional.
Seorang penderita BED mungkin memilih untuk mengabaikan isu tersebut dikarenakan minimnya pengetahuan dan rasa isolasi yang menutup mereka. Hal ini sungguh disayangkan dikarenakan BED juga merupakan spektrum gangguan mental yang berarti dan pantas untuk mendapatkan perawatan yang sejajar dengan gangguan mental lainnya.
Oleh karena itu, perlu diingatkan bagi seseorang yang menderita BED bahwa pengalaman mereka valid dan mereka layak untuk mendapat pertolongan yang pantas. Selain itu, adanya keterbukaan terhadap isu ini akan membantu meminimalisir rasa malu dan kesendirian bagi para penderita sehingga menghilangkan miskonsepsi yang menutupi gangguan makan tersebut.
Penulis: Arienne Clerissa
Editor: Andi Annisa Ivana Putri
Sumber: Healthline.com, Center For Change, Webmd.com, Brain Over Binge
Foto: Flare.com