SERPONG, ULTIMAGZ.com – Ultimates pernah diare atau nyeri perut saat makan atau minum sesuatu yang mengandung susu? Bisa jadi kamu memiliki intoleransi laktosa atau lactose intolerant.
Susu merupakan salah satu nutrisi yang penting untuk pertumbuhan. Di dalamnya, susu mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Karbohidrat yang terkandung dalam susu disebut dengan laktosa, merupakan disakarida yang terdiri dari gabungan monosakarida (senyawa karbohidrat) glukosa dan galaktosa. Laktosa adalah sumber energi yang menyuplai setengah kebutuhan kalori susu (35-45 persen). Selain itu, laktosa juga penting untuk menyerap kalsium.
Apa itu intoleransi laktosa?
Menurut dokter umum dr. Ishmah Nurul, intoleransi laktosa merupakan ketidakmampuan tubuh mencerna (gula) yang terdapat dalam susu. Hal ini disebabkan oleh tubuh yang tidak memproduksi laktase, enzim yang diperlukan untuk mencerna laktosa.
Sebagian besar kasus intoleransi laktosa terjadi pada produk susu dan olahan lainnya yang mengandung susu, seperti es krim, krimer kopi, biskuit, cokelat, permen, roti, bumbu salad, dan sebagainya. Kondisi ini bisa terjadi pada anak kecil dan orang dewasa.
Gejala-gejala yang ditimbulkan
Terdapat beberapa gejala yang dirasakan jika seseorang mempunyai intoleransi laktosa, diantaranya adalah kembung, diare, nyeri perut, dan mual. Namun, gejala yang paling sering dikeluhkan adalah diare atau nyeri perut. Pada anak kecil, gejala yang timbul juga bisa dilihat dari fesesnya yang berbau asam.
Biasanya, gejala intoleransi laktosa mulai muncul sekitar 30 menit hingga dua jam setelah makan atau minum produk yang mengandung laktosa.
Dr. Ishmah mengatakan bahwa kondisi ini merupakan sesuatu yang bisa didiagnosis sendiri. “Kalau sudah sering sekali sih, biasanya ketahuan sendiri. Cuma awalnya enggak. Nanti sadar kayak, ‘Kok tiap makan produk susu pasti diare atau kembung, ya?’. Jadi kayak curiga intoleransi laktosa. Sebatas curiga saja.”
Pun demikian, penyakit ini bukan sesuatu yang bisa disembuhkan. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah diet ketat produk yang mengandung laktosa.
“Prognosis penyakitnya baik, kok. Enggak menyebabkan kematian. Asal ketat produk laktosa, enggak bakal kambuh lagi,” katanya.
“Sebenarnya kayak disakarida (senyawa karbohidrat) lain, kok. Buat kebutuhan karbohidrat. Cuma ya banyak makanan yang mengandung produk susu atau dairy itu ‘kan, pasti ada laktosa,” tutur dr. Ishmah.
Dr. Ishmah menyarankan untuk mengganti produk susu biasa dengan produk susu non-laktosa atau non-dairy milk, seperti susu yang terbuat dari kacang-kacangan (susu almond, susu kedelai).
“Itu jumlahnya (laktosa) enggak banyak sampai bikin intoleransi laktosa seseorang kambuh,” paparnya.
Dilansir dari Health Service Executive, ada beberapa produk susu yang bisa menjadi alternatif bagi seseorang yang memiliki intoleransi laktosa. Contohnya, seperti keju yang biasanya memiliki kadar laktosa yang lebih rendah. Selain itu, produk susu hasil fermentasi seperti yoghurt juga bisa lebih mudah dicerna oleh tubuh.
Intoleransi laktosa membuat seseorang tidak bisa mengkonsumsi banyak produk susu. Hal itu berpotensi membuat orang tersebut menjadi kekurnagan kalsium. Sebagai gantinya, beberapa produk di bawah ini layak dicoba sebagai asupan kalsium pengganti susu:
- brokoli
- kubis
- okra
- kale
- buah-buahan kering
- minuman kedelai dengan tambahan kalsium
- kacang kedelai
- tahu
- kacang-kacangan (almond, kacang brazil, dan wijen)
- ikan dengan tulang yang bisa dimakan (sarden dan salmon)
Penulis: Xena Olivia
Editor: Agatha Lintang
Foto: Muhammad Dava Ferdiansyah
Sumber: repository.usu.ac.id, hse.ie