SERPONG, ULTIMAGZ.com – Tahukah Ultimates bahwa Jakarta sedang berada di bawah ancaman tenggelam? Melansir World Economic Forum, akibat dari pemompaan air tanah yang berlebihan, sebagian besar kota Jakarta diprediksi akan tenggelam pada 2050.
Prediksi tersebut bukanlah hal yang baru diungkapkan. Data yang dipublikasikan oleh World Economic Forum ini telah ada sejak September 2019. Hal yang sama juga pernah disebutkan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Juli 2021.
Baca juga: Pentingnya Pemerataan Air Bersih tanpa Merusak Alam
Hal itu disampaikan dalam pidatonya di National Counterterrorism Center Liberty Crossing Intelligence Campus McLean, Virginia. Dalam pembahasan mengenai ancaman perubahan iklim, Biden meramalkan adanya pemindahan ibu kota RI karena tenggelamnya kota Jakarta, dikutip dari cnnindonesia.com.
Mengutip cnbcindonesia.com, selain Biden, Perusahaan Air Minum Jaya (PAM Jaya) juga memprediksi bahwa pada 2050 mendatang, sekitar 90 persen wilayah Jakarta khususnya di bagian Utara akan tenggelam.
Hal ini tentunya akan menimbulkan ancaman terhadap Jakarta, terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah pesisir. Namun, perlukah Ultimates khawatir akan dampak yang ditimbulkan oleh fenomena ini?
Kenaikan Suhu Bumi Jadi Salah Satu Penyebab
Dampak pemompaan air berlebihan menjadi suatu hal yang meresahkan. Disebut begitu karena bisa menyebabkan perubahan tekanan dan volume yang membuat permukaan tanah menurun.
Wilayah DKI Jakarta sendiri pun mengalami penurunan tanah sebesar 12 sampai 18 cm setiap tahunnya, dilansir dari finance.detik.com. Nyatanya pun satu dari tiga penduduk Indonesia tidak memiliki akses air pipa. Kondisi ini membuat mereka mengandalkan air sumur ilegal yang menguras air tanah yang melemahkan permukaan tanah, dilansir dari bloomberg.com.
Ultimates bisa mengamati penurunan tanah di Jakarta ini melalui sebuah tugu di Jembatan Kali Besar, Wisata Kota Tua, Jakarta Barat. Tugu tersebut menunjukkan bahwa sejak 1974, Jakarta mengalami penurunan permukaan tanah sebesar 4,5 m, dilansir dari kompas.id.
Bukan hanya penurunan permukaan tanah, tetapi kenaikan permukaan air laut juga menjadi salah satu pemicunya. Kenaikan permukaan air laut sendiri merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari karena adanya pengaruh dari pemanasan global.
Melansir bbc.com, kenaikan suhu bumi selama periode Februari 2023 hingga Januari 2024 mencapai 1,52°C. Kenaikan tersebut sudah melewati ambang 1,5°C yang ditetapkan dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Paris Agreement pada 2015.
Konvensi tersebut diadakan atas kekhawatiran terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Hasil dari konvensi tersebut adalah adanya usaha untuk menjaga agar kenaikan suhu bumi berada di bawah 2°C dan dibatasi pada 1,5°C, dilansir dari un.org.
Adapun pada periode 1902 sampai 2020, kenaikan permukaan air laut tercatat mencapai 16 cm. Melansir royalsociety.org, jika gas karbondioksida dan gas kaca lainnya tetap meningkat pada laju yang konstan seperti sekarang, maka pada 2100 diprediksi kenaikan air laut dapat mencapai 40 hingga 80 cm.
Dampak Buruk Menunggu, Khususnya bagi Penduduk Jakarta
Fenomena ini menimbulkan dampak yang mengerikan khususnya bagi penduduk Jakarta. Salah satunya adalah hilangnya tempat tinggal. Apabila bagian utara Jakarta mengalami genangan air laut permanen, dampaknya juga akan dirasakan oleh jutaan orang.
Seperti misalnya yang dialami seorang nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara. Mahardi, yang telah berlayar dari pelabuhan tersebut selama 14 tahun membagikan perspektifnya, dikutip dari bbc.com. Ia menjelaskan bahwa tanggul dengan tinggi sekitar satu meter yang dibangun di sana tidak lagi mampu menahan air laut saat pasang datang.
Mahardi juga menambahkan bahwa banjir rob di daerahnya semakin tinggi seiring berjalannya waktu. Banjir rob yang terjadi tiap tahunnya naik sekitar 5 cm dan terakhir sampai merendam melewati tanggul.
Perekonomian Negara Juga Akan Terkena Imbas
Situasi ini juga membawa dampak serius bagi perekonomian negara dalam beberapa tahun mendatang. Mengutip greenpeace.org, dampak tenggelamnya Jakarta diproyeksikan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar.
Diperkirakan bahwa potensi kerugian terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar US$ 68 miliar atau setara dengan 1.045 triliun rupiah. Angka ini pun hanya mencapai sekitar sepertiga PDRB Jakarta pada 2021.
Kiat Solusi yang Bisa Diusahakan untuk Mengatasinya
Untuk menghadapi ancaman tersebut langkah-langkah preventif harus segera dilaksanakan. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah mengurangi laju penurunan tanah di Jakarta.
Melansir cnnindonesia.com, beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu dengan adanya penyediaan air bersih yang merata melalui pipa bagi warga yang belum memiliki akses. Selain itu, pelestarian air tanah juga bisa dilaksanakan dengan membuat sumur resapan.
Melansir kawanlama.com, sumur resapan itu berfungsi untuk memastikan ketersediaan air yang berkelanjutan dari resapan air hujan yang bisa menambah cadangan air tanah. Sumur resapan juga berfungsi untuk mencegah penurunan tanah dan intrusi air laut ke daratan.
Baca juga: Padang Rumput Gunung Bromo Terbakar
Salah satu langkah yang sudah diambil pemerintah untuk mencegah hal tersebut adalah dengan dibangunnya tanggul pantai setinggi empat meter, dilansir dari detik.com. Tanggul itu mengatur debit air hujan sehingga tidak menyebabkan banjir di titik-titik rawan Jakarta.
Kesadaran akan masalah ini sangatlah penting. Dampak dari masalah ini bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Jakarta saja, tetapi kelak juga akan berdampak pada skala nasional bahkan internasional. Maka dari itu, mari bangkitkan kesadaran akan masalah ini untuk menyelamatkan lingkungan dan kesejahteraan bersama.
Penulis: Radella Dagna (Komunikasi Strategis, 2023) & Novela Chin (Teknik Fisika, 2023)
Editor: Josephine Arella
Foto: ULTIMAGZ/Kezia Awuy, Ryan Richardo
Sumber: weforum.com, cnnindonesia.com, cnbcindonesia.com, bbc.com, greenpeace.org, finance.detik.com, bloomberg.com, kompas.id, un.org, royalsociety.org, kawanlama.com, detik.com