SERPONG, ULTIMAGZ.com – Air merupakan salah satu kebutuhan paling penting bagi manusia, baik sebagai kebutuhan sanitasi, kesehatan, hingga sumber makanan. Naasnya, masih banyak permasalahan mengenai akses air bersih di Indonesia.
Di antaranya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018, hanya sekitar 74% penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap air bersih, angka tersebut semakin menurun untuk penduduk di luar daerah metropolitan yang membuktikan ketersediaan air bersih masih belum merata. Sistem pengolahan air yang belum maksimal, menurut Kementrian Lingkungan Hidup, pencemaran laut Indonesia masih tinggi karena berasal dari limbah domestik dan industri.
Untuk wilayah Jakarta, berdasarkan data yang didapat dari Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, jumlah penggunaan air tanah di Jakarta sebesar 6.693.949 m3 hingga bulan September 2019 membuktikan bahwa angka penyedotan air tanah masih tinggi sehingga dapat berpotensi merusak lingkungan.
Sustainable Development Goals (SDG) atau Agenda Tujuan Pembangunan merupakan upaya dari seluruh negara yang dinaungi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Program ini melibatkan keterlibatan seluruh negara dan seluruh aktor pembangunan, seperti pemerintah, Civil Society Organization (CSO), sektor swasta, akademisi, dan sebagainya.
Setiap poin dari SDG memiliki peran dan programnya masing-masing untuk mencapai target. Dari 17 poin yang disampaikan pada SDG, poin nomor 6 berfokus kepada permasalahan air bersih dan sanitasi. Poin Clean Water and Sanitation ini memiliki tujuan memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan juga sanitasi bagi setiap orang.
Artha Envirotama merupakan perusahaan teknik yang berfokus dalam bidang air, pengolahan air limbah menjadi energi, pemulihan sumber daya, dan pengendalian polusi. Perusahaan ini menjual sistem yang dapat membersihkan air kotor menjadi air bersih, membuat air keran menjadi air siap minum, menghilangkan bakteri dalam air, dan pengolahan air limbah.
Menurut salah satu perwakilan PT. Artha Envirotama, Bapak Wesley Arfianto, terdapat kemungkinan air bersih dapat habis jika manusia tidak dapat mengolahnya dengan baik.
“Bisa, jika kita tidak bisa mengolah air dengan baik. Nantinya, biaya air akan semakin naik karena air tidak diolah dengan baik, membuatnya semakin tercemar sehingga akan berdampak pada tingginya biaya pengolahan air tersebut,” ujarnya
Dengan adanya kemungkinan air bersih akan habis, teknologi pembersih air kotor dan tercemar menjadi air yang bersih dan layak digunakan merupakan teknologi yang sangat diperlukan bagi masyarakat di masa yang akan datang. Apalagi mengingat bahwa saat ini, sebagian masyarakat Indonesia, terutama daerah Jakarta masih terus-menerus mengeksploitasi pengeboran air tanah sebagai sumber air bersih.
“Sistem pembersihan air atau filter air dapat digunakan untuk “mendaur ulang” air yang kotor menjadi bersih kembali, membuat air keran menjadi air siap minum, membersihkan bakteri menggunakan sinar UV, dan juga meminimalisir penyedotan air tanah,” ujar Bapak Wesley.
Melansir republika.co.id, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan DKI Jakarta, Heru Hermawanto, pengadaan air dari saluran perpipaan belum menjangkau seluruh kawasan di Jakarta sehingga ketergantungan pada air tanah pun masih dilakukan oleh masyarakat.
Tentu saja hal ini memprihatinkan, mengingat bahwa DKI Jakarta merupakan ibukota yang seharusnya dapat lebih berkembang, terutama dalam urusan kebutuhan pokok seperti akses air bagi masyarakatnya.
Ketergantungan warga terhadap air dari tanah sangat berdampak bagi lingkungan, menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah, pencemaran air tanah, kemiringan bangunan atau jalan, dan perembesan air asin. Yang lebih parah, dampak-dampak ini dapat semakin menjurus ke hal yang lebih buruk lagi seperti tenggelamnya pulau-pulau, keselamatan yang terancam, dan rusaknya kandungan air bersih.
Ditambah lagi, pengolahan air limbah di Indonesia, terutama dari pihak industri yang masih buruk menyebabkan kasus pencemaran lingkungan semakin tinggi dari hari ke hari.
Mengingat semua dampak buruk yang telah terjadi, penting usaha lebih dari pemerintah untuk mengupayakan bukan hanya akses air bersih kepada seluruh masyarakat Indonesia, tetapi juga mengolah limbah secara benar dan membuat peraturan yang adil dan tegas bagi masyarakat untuk berhenti melakukan pengeboran air tanah secara ilegal.
“Perlu peran seluruh pihak, termasuk pemerintah untuk memberikan subsidi harga air PAM sehingga air PAM sebanding atau bahkan lebih murah daripada biaya yang dikeluarkan untuk menyedot air tanah,” kata Bapak Wesley.
Selain itu, perlu juga peran perusahaan swasta dalam mendukung usaha pemerintah dengan cara terus berinovasi, membuat teknologi yang dapat membantu pemerintah dalam menjalankan program-programnya.
“Berinovasi dalam melakukan pengembangan teknologi pengolahan air yang handal, murah, sederhana, dan berkualitas adalah salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan swasta dalam memberikan kontribusi menyediakan air bersih tanpa harus merusak alam,” ucap Bapak Wesley.
Faktanya, teknologi telah memungkinkan air dapat ‘didaur ulang’ atau proses pembersihan kembali air yang kotor menjadi air bersih. Maka dari itu, sebagai negara yang menempati peringkat kedua terendah sebagai negara dalam hal sanitasi di Asia Tenggara, sudah saatnya Indonesia bergerak menuju perubahan.
Dimulai dari kontribusi setiap masyarakat untuk menggunakan air secara bijak, perusahaan yang terus melakukan inovasi, mendukung pemerintah, membuang limbah pabrik dengan aman, dan juga pemerintah yang perlu memulai untuk berpikir jauh ke depan dalam mengolah air bersih, menyediakan akses air bersih tanpa perlu merusak alam.
Sumber: PT. Artha Envirotama, Republika.co.id, BBC.com, Clapyeronmedia.com, Kompas.com, Indonesiabaik.id
Penulis: Keisya Librani Chandra
Editor: Andi Annisa Ivana Putri, Xena Olivia, Maria Helen Oktavia
Fotografer: Melati Pramesthi