SERPONG, ULTIMAGZ.com – Apakah Ultimates pernah mendengar kata paracosm? Istilah ini merupakan sebutan untuk dunia imajiner yang ada di dalam pikiran Ultimates.
Dunia ini biasanya diciptakan atas dasar kehidupan pribadi Ultimates, mulai dari lingkungan, pengalaman, hingga keinginan yang belum tercapai.
Baca juga: “Self Talk” Positif, Seni Berdialog dengan Diri Sendiri
Istilah paracosm pertama kali dikenalkan pada 1976 oleh seorang psikiater, Robert Silvey untuk menggambarkan fenomena khayalan yang terjadi pada masa kanak-kanak. Walau demikian, dunia ini juga dapat dialami oleh orang dewasa.
Para pekerja di industri kreatif, khususnya pelukis, penulis, dan sutradara film seringkali membentuk dunia fantasi ini. Sebab, diperlukan imajinasi tinggi untuk menciptakan suatu karya yang berbeda dari biasanya, seperti film bergenre science fiction (sci-fi).
Dengan menciptakan dunia imajiner, kemampuan visualisasi serta berpikir Ultimates dapat meningkat. Selain itu, Ultimates dapat meningkatkan kualitas memori karena banyaknya detail yang terjadi dalam dunia paracosm.
Berbeda dari imajinasi biasanya, paracosm terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang, selama beberapa bulan bahkan hingga tahun. Kedua kata tersebut pun berbeda dari segi kompleksitas dan detail cerita yang tercipta.
Apabila imajinasi hanya khayalan sementara dan ringan, paracosm memiliki konsistensi yang jauh lebih berat. Dalam dunia khayalan yang panjang ini, seseorang dapat membentuk sendiri karakter, lokasi, dan bahkan sejarah sesuai keinginan mereka.
Melansir dari memoryos.com, paracosm juga berfungsi sebagai mekanisme koping atau cara untuk mengatasi stres maupun masalah emosional. Dengan menciptakan dunia sesuai keinginan, Ultimates dapat merasa aman untuk merenungkan masalah sembari meningkatkan kreativitas.
Baca juga: “Twin Flame”: Cerminan Diri yang Kuat pada Seseorang
Namun, dunia khayalan ini juga dapat menyebabkan dampak negatif. Seseorang yang memiliki ketergantungan dengan paracosm akan memiliki kesulitan membedakan antara dunia asli dan dunia fiksi ciptaannya.
Keterikatan pada paracosm juga dapat memengaruhi kemampuan sosial seseorang karena terjebak dalam dunia ciptaan mereka itu. Tidak hanya itu, ketika dihadapi dengan suatu masalah, orang-orang yang terlalu sering membuat dunia imajiner ini cenderung melarikan diri daripada mencari solusinya.
Penulis: Margaretha
Editor: Cheryl Natalia
Foto: happyplayindonesia.com
Sumber: memoryos.com, indiatoday.in, thehealthyjournal.com