JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Apakah di antara Ultimates ada yang pernah mendengar istilah Queen Bee Syndrome? Jika biasanya kita akrab dengan slogan “girls support girls” yang berarti perempuan saling mendukung satu sama lain, Queen Bee Syndrome justru memiliki arti sebaliknya.
“Mean Girls” adalah salah satu dari banyak contoh film yang menampilkan Queen Bee Syndrome. Di film tersebut, sosok Regina George, yang diperankan oleh Rachel McAdams, menggambarkan stereotip seorang queen bee. Regina ditunjukkan sebagai karakter yang memiliki sifat dominan, melakukan perundungan, dan membiarkan perempuan lain tunduk kepadanya.
Queen Bee Syndrome pertama kali dicetuskan oleh T. E. Jayarante, C. Tavris dan G. L. Staines pada 1973. Istilah tersebut menggambarkan sikap diskriminasi kepada sesama perempuan ketika mereka merasa tidak ingin diungguli oleh perempuan lain dalam berbagai hal seperti penampilan, kecerdasan dan status sosial. Dalam kata lain, perempuan akan menganggap perempuan lain sebagai saingan.
Dilansir dari bbcnews.com, Profesor Naomi Ellemers berpendapat bahwa Queen Bee Syndrome adalah hasil dari adanya stereotip gender yaitu seksisme. Stereotip tersebut memunculkan ketidaksetaraan dan menyebabkan perempuan harus berjuang lebih banyak untuk menempati posisi setara atau di atas laki-laki.
Ketika sudah mencapai posisi yang diinginkan, mereka cenderung merasa lebih unggul dibandingkan perempuan lain sehingga secara sadar menciptakan jarak antara diri dengan perempuan lain. Mereka yang mengidap sindrom ini akan lebih kritis pada rekan kerja atau bawahan yang sesama perempuan karena mereka menganggapnya potensial sebagai ancaman.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Gender in Management, para peneliti menemukan bahwa di dunia kerja, perempuan percaya bahwa perempuan lain adalah manajer yang baik, tetapi tidak ingin bekerja untuk mereka.
Studi tersebut menjelaskan bahwa hasilnya mungkin memiliki beberapa dasar dalam persepsi perempuan tentang manajer perempuan sebagai orang yang dominan. Manajer perempuan dilihat lebih emosional, dipandang lebih gugup dan lebih agresif daripada manajer pria.
Bisa disimpulkan bahwa Queen Bee Syndrome adalah topik kontroversial yang tidak dapat dibuktikan dengan temuan penelitian karena didasarkan pada persepsi. Queen Bee Syndrome harus dihentikan dan tidak boleh dinormalisasikan.
Bila kita melanggengkan kecenderungan apa pun yang ada bagi perempuan untuk membenci perempuan lain, bisa memperkuat gagasan bahwa mencapai nomor satu bisa dilakukan dengan menyabotase orang lain. Namun, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan perempuan karena perilaku ini terdapat campur tangan dari adanya ketidaksetaraan gender yang masih bersemayam di tengah masyarakat.
Sebaiknya, kita sama-sama mencapai paritas dan mencari solusi untuk menghilangkan sebanyak mungkin bias dan stereotip di sekitar kita. Ini akan memberikan kesempatan yang lebih adil bagi perempuan di tempat kerja, sekolah, dan lainnya, yang kemudian akan menghilangkan lingkungan beracun yang mengadu domba perempuan satu sama lain.
Penulis: Vanessa Anabelle Herlin
Editor: Alycia Catelyn
Foto: Paramount
Sumber: bbc.com, metro.co.uk, forbes.com, qz.com