SERPONG, ULTIMAGZ.com – Tahukah Ultimates tentang perayaan Tri Suci Waisak yang diperingati oleh umat Buddha? Tahun ini, Hari Raya Tri Suci Waisak 2569 Buddhis Era (BE) jatuh pada Senin (12/05/25).
Melansir news.detik.com, hari raya ini memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama. Pertama, hari lahirnya Pangeran Siddharta (calon Buddha) di Taman Lumbini pada 623 Sebelum Masehi (SM). Selanjutnya, hari Pangeran Siddharta mencapai penerangan agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya saat usia 35 tahun pada 588 SM. Terakhir, wafatnya Buddha Gautama di Kusinara saat usia 80 tahun pada 543 SM.
Baca Juga: Mengenal Rabu Abu: Awal Perjalanan Menuju Hari Raya Paskah
Di Indonesia, Tri Suci Waisak dianggap sebagai salah satu hari keagamaan penting yang dirayakan dengan ritual suci dan doa bersama, dilansir dari liputan6.com. Apakah Ultimates penasaran dengan tradisi-tradisi yang dilakukan saat Tri Suci Waisak? Berikut adalah tradisi menarik yang dilakukan oleh umat Buddha.
1. Memandikan patung Buddha
Memandikan patung Buddha menjadi tradisi yang dilakukan umat Buddha sebagai bentuk penghormatan. Umat akan menyiramkan air bersih ke patung Buddha sambil mengucapkan doa dan paritta (ayat suci), dilansir dari jawapos.com. Tradisi ini melambangkan penyucian secara lahir dan batin selama Tri Suci Waisak, serta sebagai pengingat untuk menjaga hati dan pikiran yang bersih.
2. Pindapata
Pernahkah Ultimates mendengar istilah pindapata? Melansir suara.com, pindapata dipahami sebagai kegiatan mengumpulkan makanan dengan menggunakan mangkuk oleh para biksu dan biksuni. Pindapata bertujuan untuk melatih para biksu dan biksuni agar tetap rendah hati, serta mengingatkan umat Buddha agar melakukan kebaikan.
Tradisi ini dimulai dengan doa bersama. Selanjutnya, para biksu dan biksuni akan berjalan beriringan sambil menyanyikan kidung pujian dan membawa mangkuk. Sementara itu, umat Buddha membentuk barisan di pinggir jalan dan memasukkan pemberian ke dalam mangkuk ketika para biksu dan biksuni telah tiba.
3. Menyalakan lilin atau melepas lampion
Perayaan Tri Suci Waisak identik dengan cahaya. Biasanya, umat Buddha menyalakan lilin untuk mengusir kegelapan dan melambangkan penerangan bagi kehidupan. Biasanya, lilin yang digunakan berbentuk bunga lotus karena menggambarkan keindahan dari dunia yang berantakan, dilansir dari tempo.co.
Selain itu, tradisi pelepasan lampion menjadi bagian dari perayaan Tri Suci Waisak. Melansir jawapos.com, tradisi ini melambangkan pelepasan energi negatif sekaligus representasi doa dan harapan umat Buddha untuk menyambut masa depan yang damai.
4. Mengibarkan bendera Buddha
Saat perayaan Tri Suci Waisak, umat Buddha biasanya mengibarkan bendera Buddha di depan rumah. Bendera tersebut terdiri dari gabungan lima warna yang disebut dengan Prabhasvara, yang berarti bercahaya dengan sangat terang atau gemilang, dilansir dari detik.com.
Kelima warna yang terdapat pada bendera Buddha diambil dari warna tubuh Buddha. Pertama, warna biru yang melambangkan bakti atau pengabdian berasal dari rambut Buddha. Selanjutnya, warna kuning emas yang melambangkan kebijaksanaan berasal dari warna kulit Buddha. Selain itu, warna merah tua yang melambangkan cinta kasih berasal dari warna darah Buddha. Kemudian, warna putih yang melambangkan kesucian diambil dari warna tulang dan gigi Buddha. Terakhir, warna jingga yang melambangkan semangat diambil dari warna telapak tangan, kaki, dan bibir Buddha.
5. Menerapkan lima sila Buddha
Lima sila Buddha menjadi pedoman bagi umatnya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya saat Tri Suci Waisak. Melansir detik.com, berikut adalah kelima sila yang tercantum dalam Kitab Tripitaka.
- Panatipata veramani sikkhapadang samadiyami
Arti: Aku bertekad melatih menahan diri dari membunuh makhluk hidup.
- Adidana veramani sikkhapadang samadiyami
Arti: Aku bertekad melatih menahan diri dari mengambil barang yang tak diberikan.
- Kamesumiccharacara veramani sikkhapadang samadiyami
Arti: Aku bertekad melatih menahan diri dari perbuatan asusila.
- Musavada veramani sikkhapadang samadiyami
Arti: Aku bertekad melatih menahan diri dari bicara yang tidak benar.
- Surameraya majjapamadattana veramani sikkhapadang samadiyami
Arti: Aku bertekad melatih menahan diri dari tidak makan makanan/minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan.
Baca Juga: Lebih dari Sekadar Perayaan, Telusuri Makna Hari Perempuan Internasional
Ultimates yang beragama Buddha dapat melakukan tradisi di atas untuk merayakan Tri Suci Waisak. Selamat memperingati Tri Suci Waisak bagi Ultimates yang merayakan!
Penulis: Jocellyn Lee Kurnianto
Editor: Jessie Valencia
Foto: freepik.com
Sumber: news.detik.com, liputan6.com, jawapos.com, suara.com, tempo.co, detik.com