SERPONG, ULTIMAGZ.com — Nama Kurt Zouma mungkin sudah tidak asing di telinga para penggemar sepak bola, khususnya mereka yang menyukai English Premier League. Bek tengah asal Prancis tersebut baru-baru ini terjerat kontroversi lantaran mengunggah video dia sedang menendang kucing peliharaannya di Snapchat.
Video tersebut kemudian langsung viral di media sosial. Berbagai orang mengecam keras perbuatan Zouma dan menginginkannya untuk mendapat hukuman yang sepadan. Bahkan sampai dibuat petisi di situs change.org yang ditandatangani oleh lebih dari 300 ribu orang agar Zouma dituntut. Tidak hanya itu, kelompok pelindung hak hewan asal Prancis, 30 Million Friends Foundation juga berencana menuntut Zouma. Mengutip dari sport.detik.com, undang-undang Prancis mengizinkan tuntutan pidana kepada warga negaranya yang dinilai melanggar hukum di luar negeri. Hal ini dapat membuat Zouma menerima hukuman empat tahun penjara seperti dilansir dari mirror.co.uk.
Akhirnya pihak klub Zouma, West Ham United pun memberikan hukuman kepadanya atas tindakan tidak terpujinya tersebut. Melansir dari express.co.uk, pria berusia 27 tahun tersebut dijatuhi denda oleh pihak klub sebesar 250 ribu poundsterling atau setara dengan jumlah gajinya selama 2 minggu yang akan didonasikan ke badan amal kesejahteraan hewan. Selain itu, kucing peliharaan Zouma juga dibawa oleh organisasi kesejahteraan hewan di Inggris, Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA).
Baik West Ham dan Zouma juga terkena imbas dari kejadian ini. Banyak sponsor yang mengecam perbuatan pria kelahiran Lyon, Prancis tersebut. Melansir dari standard.co.uk, Adidas telah memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan Zouma. West Ham kehilangan salah satu sponsornya, Experience Kissimmee, sementara sponsor satu lagi, Vitality memutuskan untuk menangguhkan kerja sama mereka bersama klub asal London tersebut.
Baca Juga “Agresi Atlet: Adakah Kaitannya Dengan Olahraga?”
Dibandingkan dengan Rasisme
Melihat kemarahan publik terhadap situasi Zouma, Michail Antonio yang merupakan rekan setimnya di West Ham melontarkan argumen balik ketika ditanyakan mengenai kasus tersebut. “Saya punya pertanyaan untuk Anda. Apakah menurut Anda apa yang dia lakukan lebih buruk daripada rasisme?” tanya Antonio dikutip dari skysports.com.
“Saya tidak membenarkan apa yang telah dia lakukan. Saya sama sekali tidak setuju dengan apa yang telah dia lakukan. Namun, ada orang yang telah dihukum dan ditangkap karena rasisme dan bermain sepak bola setelahnya. Mereka mendapat hukuman delapan pertandingan atau semacamnya, tetapi orang-orang sekarang menyerukan agar orang-orang dipecat dan kehilangan mata pencaharian mereka,” jelas pemain timnas Jamaika tersebut.
“Saya harus mengajukan pertanyaan ini kepada semua orang di luar sana: Apakah yang dia (Zouma) lakukan lebih buruk daripada yang dilakukan orang-orang yang dihukum karena rasisme?” pungkas Antonio.
Pernyataan Antonio langsung ditanggapi oleh organisasi yang memperjuangkan kesetaraan pemain, Kick It Out. Menurut CEO mereka, Tony Burnett, membandingkan kekejaman terhadap hewan dan kelakuan diskriminatif tidaklah benar karena keduanya merupakan tindakan yang salah.
Apa yang dikatakan Burnett tidaklah salah. Kedua hal tersebut merupakan tindakan tidak terpuji dan tidak benar untuk dibandingkan. Namun, melihat bagaimana publik bereaksi terhadap kasus Zouma dengan berbagai contoh kasus rasisme yang pernah terjadi sebelumnya dapat terlihat perbedaan yang cukup besar.
Contohnya ketika insiden Suarez menghina Evra dengan kata-kata rasis pada 2011. Melansir dari bbc.com, Suarez diputuskan bersalah dan dikenakan denda sebesar 40 ribu poundsterling dan larangan bermain selama delapan pertandingan. Di samping itu? Tidak ada yang jadi masalah lagi.
Sponsor Suarez maupun Liverpool kala itu tidak ada yang memutus kontrak dengan mereka. Bahkan pihak klub malah mendukung perbuatan Suarez dengan mengenakan kaos yang berisi pesan dukungan terhadap Suarez ketika melakukan pemanasan sebelum pertandingan mereka melawan Wigan Athletic.
Insiden lainnya lagi adalah kasus John Terry yang menghina Anton Ferdinand dengan kata-kata rasis pada tahun 2011. Melansir dari goal.com, mantan kapten Chelsea tersebut diputuskan tidak bersalah di meja hijau, tetapi diberi denda sebesar 220 ribu poundsterling dan larangan bermain selama empat pertandingan. Asosiasi Sepak Bola Inggris juga mencabut status Terry sebagai kapten timnas Inggris.
Belajar dari Insiden Zouma
Insiden Zouma mengajarkan bahwa pemain sepak bola yang melakukan tindakan terpuji tidak selalu dapat lolos begitu saja tanpa menerima hukuman. Buktinya dia menerima berbagai hukuman dan ancaman hukum lainnya. Sponsor pun juga mulai bertindak tegas dan memutuskan kerja sama mereka dengan pihak terkait.
Berangkat dari kejadian tersebut, ada baiknya kita kembali ke pertanyaan Michail Antonio yang membandingkan rasisme dan kekejaman terhadap hewan. Keduanya tidak bisa dibandingkan karena keduanya merupakan tindakan tidak terpuji yang patut ditiru orang lain. Pun demikian, kita perlu melihat konsekuensi yang diterima oleh Zouma sekarang tidak separah konsekuensi rasisme yang diterima Suarez maupun Terry.
Suarez dan Terry tidak kehilangan sponsor mereka. Klub mereka pun juga tidak kehilangan sponsor. Berbagai orang menginginkan Zouma untuk diputus kontrak dengan klubnya, tetapi seperti kata Antonio, pemain yang berbuat rasis hanya dihukum paling banyak delapan pertandingan dan mereka tetap dikontrak oleh klub masing-masing.
Jika dunia persepakbolaan ingin membuat perubahan, mereka harus menggunakan insiden Zouma ini sebagai contoh bahwa segala tindakan terpuji akan dihukum seberat mungkin. Seberapa terkenal ataupun kayanya seorang pemain, mereka tidak bisa lempar batu, sembunyi tangan.
Hal tersebut tidak hanya akan memberikan efek jera pada para pelaku, tetapi memberikan contoh bagi para pemain lainnya agar tidak mengikuti tindakan tersebut. Reaksi publik terhadap perbuatan Zouma juga perlu diterapkan tidak hanya pada insiden ini saja, tetapi pada insiden lainnya ke depannya. Baik itu kasus rasisme, kekejaman pada hewan, maupun tindakan tidak terpuji lainnya. Publik perlu bersama-sama menyalahkan tindakan tersebut dan meminta para pelaku untuk menerima hukuman yang setimpal.
Penulis: Louis Brighton Putramarvino (Jurnalistik 2019)
Editor: Jessica Elisabeth
Foto: spiked-online.com, goal.com, thetimes.co.uk
Sumber: express.co.uk, standard.co.uk, sport.detik.com, mirror.co.uk, skysports.com, bbc.com, goal.com