• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Saturday, May 31, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Opini

Digicam Kembali ke Pasar: Dari Kesenangan Jadi Berlebihan?

by Belva Putri Paramitha
May 23, 2025
in Opini
Reading Time: 5 mins read
digicam

Kumpulan tipe kamera digital (digicam). (digitalcamerakuwait.com)

0
SHARES
21
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Tren kamera digital (digicam) sedang naik daun di media sosial. Estetika khas awal 2000-an lebih memberikan sentuhan nostalgik daripada kamera telepon genggam. Maka dari itu, digicam menjadi pilihan baru untuk mengabadikan momen dengan cara yang lebih personal dan unik.

Melansir nypost.com, hasil gambar dengan nuansa grainy, warna pudar, dan komposisi khas awal 2000-an membuat digicam berhasil menarik perhatian banyak orang. Keunikan bentuk serta rasa nostalgia memberikan kesan otentik dan berbeda dari foto-foto yang dihasilkan oleh telepon genggam. Oleh karena itu, tak heran jika alat elektronik zaman dulu ini mulai dipandang lagi oleh generasi muda. 

Baca juga: Kenali Jenis-Jenis Kamera Analog yang Tengah Populer

Melansir kompas.com, pasar digicam diperkirakan tumbuh sekitar 2 persen per tahun hingga 2028. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki andil besar dalam kebangkitan tren digicam.

Awal Mula Tren Digicam

Naiknya popularitas kamera ini berawal dari naiknya popularitas tren Y2K dalam fesyen dan nostalgia terhadap nuansa awal 2000-an. Melansir idntimes.com, Y2K merupakan akronim dari Year of 2000. Tren ini menampilkan kembali berbagai unsur populer 2000-an, seperti crop tops, celana low-rise, warna cerah mencolok, dan juga kamera digital.

Tren ini juga semakin diperkuat oleh pengaruh selebritas dan influencer di media sosial. Bella Hadid, Devon Lee Carlson, dan beberapa artis K-Pop terlihat sering mengunggah foto hasil digicam. Tak heran jika media sosial seperti Instagram serta TikTok dipenuhi dengan unggahan “photo dump” yang menampilkan suasana candid dan spontan dari kamera digital klasik ini.

Bagi Gen Z, digicam juga menghadirkan pengalaman fotografi yang lebih personal dan menyenangkan. Melansir pantau.com, digicam lama justru menghadirkan suasana kasual dan hangat, tidak seperti kamera smartphone yang selalu mengutamakan ketajaman serta kejernihan. Terdapat kesenangan tersendiri dalam mengambil gambar tanpa harus khawatir dengan detail teknis yang terlalu rumit.

Nilai Positif Tren Digicam

Selain menghadirkan nuansa visual yang unik, digicam juga membawa pengalaman berbeda bagi penggunanya. Melansir themarketeers.com, banyak yang merasa bahwa digicam mengingatkan mereka akan berbagai cara sederhana dalam mengabadikan momen. 

Digicam memberikan pengalaman fotografi yang terasa lebih jujur, tanpa filter dan, tanpa editan. Melansir kompas.com, pengalaman ini menciptakan kepuasan tersendiri karena pengguna tidak langsung melihat hasil jepretan, berbeda dengan kamera ponsel yang serba instan.

Hasil foto digicam juga memberikan ruang untuk mengekspresikan diri penggunanya secara lebih bebas. Ciri khas foto yang spontan dan candid membuat pengguna lebih menikmati momen daripada mengejar kesempurnaan gambar. 

Melansir kombi.id, proses penggunaan digicam yang tidak instan menciptakan efek delayed gratification. Pengalaman ini memberikan efek kesenangan karena pengguna dapat menikmati proses fotografi dengan lebih bermakna.

Tidak hanya mengambil foto-foto estetik, tren ini juga memiliki dampak positif dalam meningkatkan kesadaran untuk mengurangi limbah elektronik. Melansir remind.co.id, jumlah limbah elektronik Indonesia mencapai 2 juta ton pada 2021 dan bertambah 15% setiap tahunnya. 

Dengan menghidupkan kembali kamera yang dianggap usang, tren ini membuat barang-barang elektronik zaman dulu digunakan kembali, alih-alih dibuang begitu saja. Tren digicam bahkan dikaitkan dengan gerakan peduli lingkungan melalui pemanfaatan barang yang masih dapat digunakan.

Awal dari Perubahan

Seiring berjalannya waktu, tren ini mulai mengalami perubahan yang cukup signifikan. Awalnya, penggunaan barang-barang elektronik zaman dulu secara tidak langsung dipopulerkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi konsumsi dan menekan limbah elektronik. 

Namun, kini banyak orang yang membeli beberapa kamera sekaligus demi alasan estetika. Popularitas digicam yang meningkat pesat di media sosial, terutama di kalangan influencer dan selebriti, telah mendorong munculnya tren FOMO (fear of missing out). Banyak orang yang terdorong untuk memiliki lebih dari satu kamera agar mereka dapat menciptakan tampilan visual tertentu, bukan karena kebutuhan fungsional semata.

Melansir wired.com, tren ini bahkan berdampak langsung pada pasar perangkat elektronik, di mana harga kamera digital lawas melonjak setelah dibahas dalam video oleh kreator konten populer. Pernyataan ini menunjukkan bahwa popularitas digicam di media sosial dapat memengaruhi permintaan dan harga pasar kamera tersebut. 

Perubahan ini mencerminkan pergeseran dari gerakan yang awalnya berfokus pada keberlanjutan menjadi bentuk konsumsi dengan orientasi estetika dan status. Alih-alih memanfaatkan perangkat lama secara sadar, sebagian pengguna justru membanjiri pasar dengan permintaan yang tidak didasari oleh pemahaman atau penghargaan terhadap fungsi asli digicam.

Baca juga: Kenali Impulsive Buying dan Doom Spending, Fenomena Konsumtif dalam Kehidupan Modern

Tren digicam yang sedang naik daun di media sosial memberikan makna baru terhadap barang elektronik lama. Hal ini menyuguhkan pengalaman baru dalam mengambil gambar dan mengabadikan sebuah memori bagi para pengguna. Namun, popularitasnya yang meningkat terlalu cepat mengakibatkan sifat konsumerisme berlebihan. 

Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dalam mengkonsumsi barang atau tren apapun agar segalanya dilakukan dalam moderasi. Bagaimana Ultimates, apakah kalian juga sependapat?

 

 

Penulis: Belva Putri P.

Editor: Jessica Kannitha

Foto: digitalcamerakuwait.com

Sumber: nypost.com, kompas.com, idntimes.com, pantau.com, themarketeers.com, kombi.id, remind.co.id, wired.com

Tags: 2000elektronikkamerakamera Digitalkonsumerismemedia sosialover konsumerismetrenVintageY2K
Belva Putri Paramitha

Belva Putri Paramitha

Related Posts

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) resmi mengesahkan revisi Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Rapat Paripurna pada Kamis (20/03/25). (detik.com)
Opini

Pengesahan RUU TNI: Satu Langkah Menuju Bangkitnya Orde Baru?

March 24, 2025
Ilustrasi #KaburAjaDulu
Opini

#KaburAjaDulu: Kurang Cinta Tanah Air atau Perasaan Terkhianati

March 15, 2025
harapan
Opini

Mahasiswa Turun ke Jalan: Harapan bagi Demokrasi Indonesia yang Gelap

February 27, 2025
Next Post
Kopi yang berasal dari feses gajah. (antaranews.com)

Dari Feses Gajah ke Cangkir Kopi: Cerita di Balik Kopi Ivory

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021