SERPONG, ULTIMAGZ.com — “Call me by your name, and i’ll call you by mine,” bisik Oliver di telinga Elio pada malam tengah musim panas. Itu adalah salah satu penggalan dialog Elio dan Oliver yang berpadu dalam satu cerita yang manis, hangat, dan menyentuh dalam novel karya André Aciman berjudul Call Me by Your Name.
Kosakata yang jujur nan vulgar tertulis dengan fasih oleh André Aciman dalam buku keempatnya tersebut. Pengambilan sudut pandang orang pertama menjadikan karyanya ini terlihat jujur dan kaya akan perspektif yang dimiliki oleh tokoh utama, yakni Elio.
Berkisah tentang Elio, seorang pria remaja yang menetap bersama orangtuanya di belahan
utara Italia. Kemudian, hidupnya berubah karena salah satu murid Ayahnya yang datang dari Amerika Serikat, Oliver. Ia datang untuk belajar dan mengeksplor dirinya pada pertengah musim panas selama enam minggu.
“If I could have him like this in my dreams every night of my life, I’d stake my entire life on dreams and be done with the rest (Jika aku bisa memilikinya sama seperti ini pada setiap malam mimpi-mimpiku, aku akan mempetaruhkan seluruh hidupku pada mimpi-mimpi itu dan selesai dengan semuanya),” salah satu penggalan yang ditulis menyatakan isi pikiran Elio terhadap apa yang diperbuat Oliver padanya.
Pembaca akan terbawa dengan kejeniusan sang penulis dalam mengeksplor cerita, menghadirkan tokoh-tokoh, dan percakapan yang mudah diingat akan cerita fiksi karya pria yang telah menjadi penulis sejak tahun 1995 ini. Dialog yang luar biasa tidak diekspektasikan pembaca membuat ekspresi-ekspresi terlahirkan tak diduga saat membaca buku ini.
Setiap halaman akan memberikan kesan dan membuat pembaca tersenyum-senyum bahagia, lalu hanyut dalam tangis. Kejutan-kejutan yang ada disampaikan dengan elegan dan tidak terkesan dipaksakan. Novel dengan tebal 248 halaman ini akan membawa pembaca larut pada perasaan tokoh-tokoh di dalamnya.
Fantasi Elio yang menyerupai setan dalam cerita, menolong antusiasme pembaca untuk menyelesaikan kisah Elio dan Oliver ini cepat-cepat dan tidak sabar melihat konklusi cerita. Imajinasi yang ‘sakit jiwa’ terpancar secara nyata dan menepis semua keegoisan pikiran yang dimiliki Elio. Seorang pria remaja yang masih belajar untuk mencintai seseorang secara tulus dan kisah pencarian jati diri.
Tak hanya berkelut pada kisah Elio, Aciman juga menciptakan dunia baru bagi para pemimpi untuk tidak menyerah pada satu hal, satu titik, yang membuat manusia menjadi terhenti langkahnya hanya karena imajinasi yang dimiliki tidak logis.
Perspektif-perspektif tentang cinta terungkap lewat tulisannya sendiri, secara tidak sadar, pembaca pun mengamini kalimat-kalimat, percakapan, dan penyajian fantasi dalam novel ini. Call Me by Your Name membawa dengan sangat spektakuler dan berposisi sebagai penyadar pikiran manusia sesaat; bahwa definisi cinta bukan hanya memiliki saja, melainkan juga melepaskan.
Gemilangnya respons buku yang dirilis tahun 2007 ini telah menerima penghargaan pada ajang Lambda Literary Award di tahun yang sama untuk kategori buku gay fiction. Tak ayal, buku karya pria kelahiran Alexandria ini sudah difilmkan oleh sutradara Luca Guadagnino dengan penulis skenario James Ivory, dan mengusung dua aktor terobosan: Timothée Chalamet (Elio) dan Armie Hammer (Oliver). Filmnya akan lepas rilis pada tanggal 24 November 2017 mendatang di bioskop-bioskop komersil Amerika Serikat.
Penulis : Felix H
Editor : Christoforus Ristianto
Foto : imdb.com