• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Monday, June 30, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Opini

Istirahatlah Kata-Kata: Ironi di Negeri Sendiri

by Christian Karnanda Yang
February 10, 2017
in Opini, Review
Reading Time: 2 mins read
Istirahatlah Kata-Kata: Ironi di Negeri Sendiri

Istirahatlah Kata-Kata merupakan film yang mengangkat kisah Wiji Thukul, seorang aktivis dan penyair legendaris yang hilang secara misterius di akhir rezim Orde Baru. Terlihat salah satu adegan di dalam film ini, Sipon (Marissa Anita), istri Wiji Thukul yang terlihat sedang melamun dan memikirkan sesuatu.

0
SHARES
418
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Istirahatlah Kata-Kata merupakan film besutan Yosep Anggi Noen yang telah menerima berbagai apresiasi, nominasi, dan penghargaan di dalam dan luar negeri. Menjadi sebuah ironi ketika di negeri sendiri, film ini kalah saing dengan film-film komedi romantis dan drama mainstream Indonesia yang terasa dangkal dibandingkan film ini.

Berlatar di akhir rezim Orde Baru, Wiji Thukul yang diperankan oleh Gunawan Maryanto, merupakan tokoh kontroversial. Pasalnya, penyair yang juga aktivis ini vokal dalam mengkritisi rezim yang represif. Di tahun 1996, setelah kerusuhan Kudatuli yang melibatkan Partai Demokrasi Republik, Wiji dianggap menjadi salah satu dalang dari pecahnya kerusuhan.

Buron, ia dibantu rekan-rekannya lari dari rumahnya di Solo dan bersembunyi di daerah terpencil di Pontianak. Hidup dalam ketakutan sambil dibayang-bayangi rasa rindunya terhadap keluarganya membuat hidupnya dalam pelarian tidak tenang.

Wiji Thukul sendiri dinyatakan hilang satu bulan sebelum Soeharto lengser dan rezim Orde Baru tumbang, diduga tertangkap dan sengaja dihilangkan oleh pemerintahan yang berkuasa saat itu.

//

Cerita ini dikemas dalam sebuah film yang memadukan teknik sinematografi yang matang dengan berbagai komposisi gambar, skrip dengan dialog yang tepat dan tidak didramatisir, serta akting mumpuni dari aktor-aktor kawakan Indonesia seperti Melanie Subono dan Marissa Anita, yang bisa menampilkan emosi yang sesuai dengan konteks dalam setiap adegan.

Tak heran film ini diganjar berbagai nominasi dan penghargaan prestisius dari dalam dan luar negeri seperti Golden Hanoman Award di Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Apresiasi Film Indonesia 2016 dengan kategori Film Panjang Non Bioskop terbaik, serta nominasi di Hamburg Film Festival 2016, Locarno International Film Festival 2016, dan masih banyak lagi.

Namun sungguh disayangkan ketika dunia internasional memberikan perhatian dan penghargaan dalam berbagai bentuk kepada film ini, mayoritas masyarakat Indonesia tidak begitu antusias dalam menyambut film ini.

Hanya diputar di delapan kota di Indonesia, hanya enam layar di dua bioskop di Jakarta yang memutarkan Istirahatlah Kata-Kata. Kemudian, hanya ada dua sampai tiga layar yang memutarkan film ini di kota-kota luar Jakarta. Jumlah penonton setiap pemutaran pun bisa dihitung dengan jari. Seperti pada Rabu (25/01/17) di Cinema XXI Plaza Senayan, pemutaran pukul 14.50, hanya sembilan orang yang menonton Istirahatlah Kata-Kata.

Miris melihat bahwa sebuah film yang bercerita tentang tokoh yang baik secara langsung maupun tidak langsung berjasa memperjuangkan Reformasi, sebuah film yang sarat akan sejarah, dan sebuah film yang edukatif kalah populer dengan film-film Indonesia bergenre lain yang cenderung klise.

Membandingkan dengan popularitas salah satu film komedi romantis Indonesia yang tayang bersamaan dengan Istirahatlah Kata-Kata, film tersebut diputar di 35 kota di Indonesia dengan 13 layar yang disediakan di Jakarta, yang bisa dibilang hanya berupa hiburan kosong apabila dibandingkan Istirahatlah Kata-Kata.

Masyarakat Indonesia seperti terlalu sibuk untuk mengunggah tagar Melawan Lupa ketika ada konflik-konflik atau masalah-masalah yang berkaitan dengan sejarah bangsa, namun dengan acuhnya melupakan sebuah kisah sejarah yang tak patut dilupakan. Sungguh sebuah ironi di negeri sendiri.

Penulis: Christian K. Yang 

Editor: Christoforus Ristianto

Sumbe: imdb.com; qubicle.id; thejakartapost.com

Fot: hollywoodreporter.com

Tags: AnggiAnitabaruIstirahatlahKataMarissaMelanieNoenordereviewSolitudeSoloSubonoThukulWijiYosep
Christian Karnanda Yang

Christian Karnanda Yang

Nama lengkap : Christian Karnanda Yang Email : christiankarnandayang@gmail.com

Related Posts

digicam
Opini

Digicam Kembali ke Pasar: Dari Kesenangan Jadi Berlebihan?

May 23, 2025
Potret Buku Surrounded by Idiots karya Thomas Erickson (penguin.com.au)
Literatur

Surrounded by Idiots: Mereka Bukan Idiot, Mereka Hanya Berbeda

May 7, 2025
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) resmi mengesahkan revisi Rancangan Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Rapat Paripurna pada Kamis (20/03/25). (detik.com)
Opini

Pengesahan RUU TNI: Satu Langkah Menuju Bangkitnya Orde Baru?

March 24, 2025
Next Post
Tiga Tempat Bakmi Wajib Kunjung di Gading Serpong

Tiga Tempat Bakmi Wajib Kunjung di Gading Serpong

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021