SERPONG, ULTIMAGZ.com – Konglomerasi media di Indonesia sudah bukan merupakan isu semata. Untuk menampilkan fenomena nyata tersebut, sutradara Acu Agustin membuat film dokumenter berjudul “di Balik Frekuensi” yang berisi monopoli media, persaingan antar pemilik, hingga kisah miris salah satu pekerja media yang dipecat karena memperjuangkan haknya.
Film berdurasi 144 menit ini memvisualisasikan bagaimana dua media yang melabeli dirinya sebagai stasiun televisi berita, justru menyelipkan dan menampilkan subjektivitas pemilik lewat pilihan konten berita yang ditayangkan. Peran pers yang seharusnya menjadi gatekeeper bagi masyarakat, malah terlihat saling bersaing dan berusaha menjatuhkan satu sama lain, dengan kepentingan politik sebagai faktor penyebab.
Ketika jurnalis menuntut independensi
Terlepas dari para pemilik media yang memperoleh keuntungan dari monopoli media, suatu kisah miris justru dialami Luviana, mantan jurnalis Metro TV. Ia di-PHK lantaran menuntut kesejahteraannya dalam manajemen ruang redaksi yang independen, serta menggagas berdirinya serikat pekerja di Metro TV. Luviana merasa kesejahteraannya sebagai karyawan telah dilanggar, lantaran ia mendapatkan upah sebagai asisten produser sedangkan pada kenyataannya ia melakukan pekerjaan lebih dari tugas seorang asisten produser.
Namun, saat Luviana menuntut kesejahteraannya pada pihak atas, ia malah diberi pembebas tugasan tanpa alasan yang pasti. Padahal, pihak manajemen sendiri tidak bisa membuktikan kesalahan yang dilakukan oleh Luviana.
Usaha yang dilakukan oleh Luviana untuk menuntut kesejahteraan pers justru dianggap pihak manajemen telah merupakan suatu bentuk pelanggaran. Luviana dianggap telah memprovokasi para karyawan untuk memprotes pihak manajemen serta melakukan pencemaran nama perusahaan.
Dalam film ini, ditampilkan bahwa pada akhirnya Luviana berhasil bertemu dengan pemimpin Metro TV yaitu Surya Paloh. Dalam pertemuan tersebut, Luviana meminta haknya untuk kembali dipekerjakan kembali di Metro TV. Bukannya mendapat kepastian, Luviana harus menelan kekecewaan karena pertemuan tersebut berujung tanpa kejelasan dan tindak lanjut Surya Paloh.
Masih banyak kisah monopoli dan perjuangan melawan monopoli frekuensi yang ditayangkan dalam film ini. Tertarik untuk menonton dan ikut melawan monopoli media?
Penulis: Natalia Setiawan
Editor: Agustina Selviana
Foto: https://fisip.uajy.ac.id/2013/03/06/fisip-uajy-gelar-pemutaran-dan-diskusi-film-di-balik-frekuensi