SERPONG, ULTIMAGZ.com — Saat ini negara-negara di dunia berpacu dalam membangun negaranya untuk menjadi lebih baik. Dengan adanya agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDG) naungan PBB, hal ini diharapkan dapat menjadi acuan ‘rencana aksi untuk manusia, planet, dan kemakmuran’.
Sasaran ini tidak dapat dipisahkan dan mencakup dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Salah satunya hal kecil nan penting yang berdampak dahsyat bagi kehidupan kita yaitu pendidikan.
Tingkat pendidikan sendiri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap Sumber Daya Manusia (SDM). Kedua hal tersebut menjadi perhatian utama bagi bangsa Indonesia. Kualitas dan talenta yang dimiliki tiap individu kian dipandang sebagai kunci pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, dan inovasi.
Sasaran nomor empat: Mewujudkan Pendidikan yang Berkualitas
Pendidikan merupakan hak mendasar di dalam nilai kehidupan manusia. Hal ini memiliki peranan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak lepas dari pendidikan. Implementasi dan pengembangan kajian pendidikan juga harus disesuaikan dengan kondisi serta situasi sosial yang ada di masyarakat.
Mendasari hal tersebut, pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif.
Target nomor keempat ini memiliki tujuan untuk “memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua.” Selain itu, pendidikan yang berkualitas masuk ke dalam dimensi sosial yang akan membangun sumber daya manusia bagi bangsa Indonesia yang lebih baik.
Pendidikan tidak hanya berperan menciptakan generasi muda sebagai agent of change yang membawa perubahan, tetapi agent of producer yang mampu menciptakan perubahan yang nyata dalam hal pendidikan.
Namun naas, fakta berkata lain. Penemuan yang tak kalah mengejutkan, dalam sebuah survei kualitas pendidikan yang keluarkan oleh PISA pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. Selain itu, riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Sebagai generasi muda, tentunya untuk peduli pada masalah ini memerlukan keberanian yang besar. Salah satunya adalah Karina Septiani, seorang mahasiswi asal Bogor yang mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Jakarta.
Lantas, bagaimana pandangan mahasiswa pendidikan mengenai pendidikan itu sendiri?
Bagi seorang mahasiswi yang mengenyam bangku perkuliahan di jurusan Pendidikan Sejarah, gadis yang akrab disapa Karina ini banyak mempelajari bahwa pendidikan bukan hanya sekadar membagikan ilmu tentang hal-hal tertentu melainkan sebuah sarana yang baik untuk mengubah pola pikir manusia menjadi lebih baik.
Di sisi lain, Karina juga percaya bahwa pendidikan itu berlaku untuk semuanya, termasuk perempuan. Dalam pandangannya, perempuan juga perlu ‘melek’ akan pendidikan karena nantinya akan menjadi sekolah pertama bagi anak-anak dalam keluarganya kelak.
Selama mendapatkan pendidikan dalam bidang keilmuan yang ia tekuni, Karina juga sempat berbagi pendapatnya mengenai beberapa faktor yang memengaruhi pendidikan yang baik.
“Ada dua faktor yang penting sih dalam mewujudkan pendidikan yang baik. Dari yang aku pelajari, faktornya ada yang dari internal dan eksternal. Faktor internal itu lebih membahas tentang kualitas diri kita sebagai tenaga pendidik yang baik, sementara faktor eksternal terletak pada kualitas guru, perpustakaan, dan ketersediaan tenaga pendidik itu sendiri,” ujar Karina.
Meskipun bukan berasal dari kalangan ahli, Karina selalu percaya bahwa pendidikan juga bukan hanya terpatok dalam bentuk pendidikan formal saja. Ia beranggapan pendidikan dan literasi adalah cara yang cukup ampuh dalam mengubah pola pikir anak bangsa dan pendidikan inovatif yang mendorong kreativitas dan daya inovatif orang-orang di sekitarnya.
Bagi gadis asal Bogor ini, belajar itu tidak melulu bersumber dari satu bidang saja asal semua tujuan demi kebaikan diri dan bisa berguna juga bagi orang sekitarnya.
“Sebenarnya di awal aku lebih minat ke ilmu politik, tetapi ternyata belajar dan masuk di jurusan pendidikan sejarah bisa jadi tempat buat aku berkembang jadi lebih baik. Buatku, di mana pun nantinya kita ditempatkan, pasti kita akan jadi orang yang berguna juga,” ceritanya, diiringi dengan senyuman.
Dalam pandangannya, profesi guru masih kurang dihargai sehingga kurang dapat dimaksimalkan dalam kinerjanya. Karina mengungkap juga dalam meningkatkan pendidikan kuncinya terletak pada bagaimana cara pendidik dapat membangun kecintaan terhadap bidang ilmu yang diajarkan kepada orang-orang yang akan menerima pendidikan. Cara lainnya juga dengan memberikan akses pendidikan melalui sosialisasi dari orang-orang yang mampu.
Hal menarik lain yang Karina ungkapkan adalah mengenai harapannya tentang masa depan pendidikan. Selain agar sejalan dengan tujuan SDG nomor empat, gadis yang pernah terpilih sebagai Duta Genre 2021 ini mengharapkan agar pendidikan di Indonesia dapat ditingkatkan dengan pemerintah dapat lebih baik lagi dalam mendukung pendidikan di Indonesia.
Penulis: Carolyn Nathasa Dharmadhi
Editor: Andi Annisa Ivana Putri, Maria Helen, Xena Olivia
Foto: Elisha Widirga
Sumber: sdgs.un.org, sdgs.bappenas.go.id, kominfo.go.id