SERPONG, ULTIMAGZ.com – Ransomware bernama WannaCry menggemparkan dunia sejak penyebarannya pada Jumat (12/05/17). Kemampuannya mengenkripsi data-data penting yang dimiliki sejumlah rumah sakit di Inggris dan Indonesia menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Belum usai semua kehebohan, muncul versi kedua dari virus komputer yang memeras korbannya ini.
Dilansir dari Okezone.com Ketua Tim Koordinasi dan Mitigasi Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Siber Nasional Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Gildas Deograt Lumy mendeteksi munculnya WannaCry versi dua yang sedang dipelajari oleh pihaknya.
Meskipun demikian, kemiripannya dengan versi pertamalah yang membuat masyarakat harus lebih memperhatikan dan mewaspadai penyebaran virus versi pertama.
“Kami mulai tahu kemarin malam juga, tapi yang masih krusial versi yang pertama,” kata Gildas dalam konferensi pers di Gedung Utama Kominfo, Jakarta, Minggu (14/05/17).
WannaCry sendiri diyakini dibuat National Security Agent United States of America (NSA) dengan tujuan melakukan spionase seperti yang dikatakan oleh mantan kontraktor NSA tahun 2013, Edward Snowden.
Bocor di dunia maya, Alat peretas yang awalnya disebut Eternal Blue ini disebarluaskan oleh kelompok peretas yang menyebut dirinya Shadow Broker pada April lalu.
200 ribu jaringan komputer terinfeksi di 150 negara seperti yang diberitakan oleh Kompas TV, Senin (12/05/17).
Prosesnya, para peretas menyerang komputer dan laptop yang menggunakan sistem operasi Windows lewat jaringan internet. Ini merupakan salah satu alasan mengapa malware ini dengan cepat menyebar. Saat satu komputer terinfeksi maka komputer lain yang masih terhubung dalam satu jaringan dengan komputer tersebut akan terserang juga.
Hingga saat ini sudah lebih dari 200 ribu jaringan komputer di 150 negara terinfeksi virus ini seperti yang diberitakan Kompas TV, Senin (12/05/17).
Sebenarnya Microsoft telah berupaya mencegah penyebaran virus ini dengan memberikan update untuk para penggunanya pada Maret 2017, namun ternyata celah inilah yang digunakan para peretas untuk menjebol komputer atau laptop karena banyak dari pengguna yang tidak memperbaharui versi keamanan Windows terbaru.
Jenis Windows yang rentan terserang pun beragam, mulai dari Windows XP hingga Windows 10. Sistem operasi lain seperti Mac dan Linux bukan menjadi target sasaran karena bukanlah sistem operasi yang umum digunakan oleh berbagai instansi dan sektor penting dunia yang memiliki data penting.
Penulis: Stefanny
Editor: Christian Karnanda Yang
Foto: sciencealert.com, google.com
Sumber: Kompas TV, metrotvnews.com, kompas.com, okezone.com, antaranews.com, liputan6.com