• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Wednesday, August 27, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Review

‘Call Me by Your Name’ Perspektif Cinta ala André Aciman

Christoforus by Christoforus
November 6, 2017
in Review
Reading Time: 2 mins read
‘Call Me by Your Name’ Perspektif Cinta ala André Aciman

Salah satu adegan film 'Call Me by Your Name', adaptasi dari buku novel dengan judul sama yang diperankan oleh Timothée Chalamet dan Armie Hammer.

0
SHARES
1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com — “Call me by your name, and i’ll call you by mine,” bisik Oliver di telinga Elio pada malam tengah musim panas. Itu adalah salah satu penggalan dialog Elio dan Oliver yang berpadu dalam satu cerita yang manis, hangat, dan menyentuh dalam novel karya André Aciman berjudul Call Me by Your Name.

Kosakata yang jujur nan vulgar tertulis dengan fasih oleh André Aciman dalam buku keempatnya tersebut. Pengambilan sudut pandang orang pertama menjadikan karyanya ini terlihat jujur dan kaya akan perspektif yang dimiliki oleh tokoh utama, yakni Elio.

Berkisah tentang Elio, seorang pria remaja yang menetap bersama orangtuanya di belahan
utara Italia. Kemudian, hidupnya berubah karena salah satu murid Ayahnya yang datang dari Amerika Serikat, Oliver. Ia datang untuk belajar dan mengeksplor dirinya pada pertengah musim panas selama enam minggu.

“If I could have him like this in my dreams every night of my life, I’d stake my entire life on dreams and be done with the rest (Jika aku bisa memilikinya sama seperti ini pada setiap malam mimpi-mimpiku, aku akan mempetaruhkan seluruh hidupku pada mimpi-mimpi itu dan selesai dengan semuanya),”  salah satu penggalan yang ditulis menyatakan isi pikiran Elio terhadap apa yang diperbuat Oliver padanya.

Pembaca akan terbawa dengan kejeniusan sang penulis dalam mengeksplor cerita, menghadirkan tokoh-tokoh, dan percakapan yang mudah diingat akan cerita fiksi karya pria yang telah menjadi penulis sejak tahun 1995 ini. Dialog yang luar biasa tidak diekspektasikan pembaca membuat ekspresi-ekspresi terlahirkan tak diduga saat membaca buku ini.

Setiap halaman akan memberikan kesan dan membuat pembaca tersenyum-senyum bahagia, lalu hanyut dalam tangis. Kejutan-kejutan yang ada disampaikan dengan elegan dan tidak terkesan dipaksakan. Novel dengan tebal 248 halaman ini akan membawa pembaca larut pada perasaan tokoh-tokoh di dalamnya.

Fantasi Elio yang menyerupai setan dalam cerita, menolong antusiasme pembaca untuk menyelesaikan kisah Elio dan Oliver ini cepat-cepat dan tidak sabar melihat konklusi cerita. Imajinasi yang ‘sakit jiwa’ terpancar secara nyata dan menepis semua keegoisan pikiran yang dimiliki Elio. Seorang pria remaja yang masih belajar untuk mencintai seseorang secara tulus dan kisah pencarian jati diri.

Tak hanya berkelut pada kisah Elio, Aciman juga menciptakan dunia baru bagi para pemimpi untuk tidak menyerah pada satu hal, satu titik, yang membuat manusia menjadi terhenti langkahnya hanya karena imajinasi yang dimiliki tidak logis.

Perspektif-perspektif tentang cinta terungkap lewat tulisannya sendiri, secara tidak sadar, pembaca pun mengamini kalimat-kalimat, percakapan, dan penyajian fantasi dalam novel ini. Call Me by Your Name membawa dengan sangat spektakuler dan berposisi sebagai penyadar pikiran manusia sesaat; bahwa definisi cinta bukan hanya memiliki saja, melainkan juga melepaskan.

Gemilangnya respons buku yang dirilis tahun 2007 ini telah menerima penghargaan pada ajang Lambda Literary Award di tahun yang sama untuk kategori buku gay fiction. Tak ayal, buku karya pria kelahiran Alexandria ini sudah difilmkan oleh sutradara Luca Guadagnino dengan penulis skenario James Ivory, dan mengusung dua aktor terobosan: Timothée Chalamet (Elio) dan Armie Hammer (Oliver). Filmnya akan lepas rilis pada tanggal 24 November 2017 mendatang di bioskop-bioskop komersil Amerika Serikat.

Penulis : Felix H

Editor : Christoforus Ristianto

Foto : imdb.com

Tags: André AcimanArmie Hammercall me by your namefilmLuca GuadagninoTimothée Chalamet
Christoforus

Christoforus

Related Posts

Potret Buku Surrounded by Idiots karya Thomas Erickson (penguin.com.au)
Literatur

Surrounded by Idiots: Mereka Bukan Idiot, Mereka Hanya Berbeda

May 7, 2025
Sampul buku Lolita karya Vladimir Nabokov. (dezimmer.net/Dieter E. Zimma)
Hiburan

Lolita: Sebuah Kisah Cinta Dibalut Pisau

March 17, 2025
Sang Nabi Kahlil Gibran
Literatur

Sang Nabi: Ketika Kahlil Gibran Kemas Filosofi dalam Puisi

March 12, 2025
Next Post
Tumbangkan Arsenal, City Pertahankan Rekor

Tumbangkan Arsenal, City Pertahankan Rekor

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × 2 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021