WAKATOBI, ULTIMAGZ.com – Seekor paus sperma ditemukan mati di pesisir Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara dengan sampah seberat 5,9 kilogram dalam perutnya, Senin (19/11/18). Adapun sampah tersebut terdiri dari sampah buatan pabrik yang acap digunakan manusia.
Di dalam perut mamalia laut berukuran 9,5 meter itu terdapat sejumlah sampah seperti gelas plastik seberat 750 gram (115 buah), plastik keras seberat 140 gram (19 buah), botol plastik seberat 150 gram (4 buah), kantong plastik seberat 260 gram (25 buah), serpihan kayu seberat 740 gram (6 potong), sandal jepit seberat 270 gram (2 buah), karung nilon seberat 200 gram (1 potong), tali rafia seberat 3.260 gram (lebih dari 1000 potong).
Hal serupa pernah menimpa seekor paus pilot di pesisir Thailand yang ditemukan tewas akibat mengonsumsi 80 kantong plastik. Sebab, sampah yang dikirim ke laut kerap disalahartikan oleh hewan sebagai makanan.
“Cobalah cium sepotong plastik yang Anda pungut dari air saat Anda di pantai, baunya seperti ikan,” kata ahli ekologi mikroba di Royal Netherlands Institute for Sea Research Erik Zettler dikutip dari bbc.com.
Zettler mengatakan ini karena semua plastik di air laut segera ditutupi lapisan tipis mikroba yang biasa disebut Plastisphere. Lapisan berlendir ini menyebabkan benda-benda tersebut berbau dan terasa seperti makanan. Selain itu, senyawa dimetil sulfida (DMS) pada plastik juga menarik hewan-hewan laut untuk mengonsumsi plastik tersebut.
Menurut penelitian dari Amerika Serikat dan Australia yang dipimpin oleh salah satu dosen Universitas Georgia, Dr. Jenna Jambeck, Indonesia menduduki peringkat dua pembuang sampah plastik terbanyak ke laut sebesar 187,2 juta ton. Tiongkok menempati posisi teratas dengan 262,9 juta ton dan Filipina dengan 82,4 juta ton pada posisi ketiga.
Penelitian dari University of California Davis pada tahun 2014 dan 2015 tentang pencemaran plastik mikro di dalam pencernaan ikan membuktikan bahwa 28 persen sampel ikan di pasar tradisional mengonsumsi plastik seperti dikutip dari bangazul.com. Secara global setidaknya 90 persen burung laut mengonsumsi sampah plastik, sehingga sampah laut telah menjadi isu internasional hingga saat ini.
Sebagai langkah nyata, pemerintah sudah membuat Rencana Aksi Nasional (RAN) sebagai peta jalan dalam mengatasi dan membersihkan sampah plastik di laut guna mengurangi sampah hingga 70% pada tahun 2025 seperti dikutip dari bangazul.com. Pun, program ini memerlukan partisipasi aktif masyarakat pula.
Salah satu langkah aktif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan 3R yakni reuse, reduce, recycle yang kerap digelorakan sebagai upaya penanggulangan. Sebab, penggunaan plastik di Tanah Air telah mencapai 4,5 juta ton per tahunnya, sehingga perlu diseimbangkan dengan pengelolaan yang setara.
Untuk itu, diperlukan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan air laut agar satwa laut tidak terus menerus tewas akibat memakan sampah.
Reporter: Andi Annisa Ivana Putri
Editor: Ivan Jonathan
Sumber: cnnindonesia.com, bbc.com, lingkunganhidup.co, bangazul.com
Foto: idntimes