• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Friday, May 9, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

Tari Likurai, Ritual Prajurit Perang untuk Menjunjung Persahabatan

by Agatha Lintang
February 7, 2020
in Event
Reading Time: 2 mins read
Tari Likurai, Ritual Prajurit Perang untuk Menjunjung Persahabatan

Ekspresi para penari yang sangat mengayati tarian ibuibu belu bodies of borders, acara Gladi Resik ini berlangsung pada Rabu (05/02/19) di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan. (ULTIMAGZ/Kevin Oei jaya)

0
SHARES
795
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Lampu ruang pentas gedung teater Salihara dimatikan untuk mengawali pertunjukkan malam itu. Selang beberapa waktu, lampu di depan panggung menyala, diikuti enam orang perempuan yang menunjukkan diri di depan penonton. 

Mereka berjalan mengelilingi panggung tanpa suara. Tiba-tiba, satu diantara penampil tersebut memecah keheningan, bernyanyi dengan lantang. Tihar (kendang kecil) pun dikeluarkan dari dalam kain warna-warni yang membungkus tubuh mereka. Keenam penampil masih berjalan dan menyanyi bersahut-sahutan.  

Seperti itu gambaran kecil dari pertunjukkan ‘IBUIBU BELU: Bodies of Borders’. Selaku koreografer, Eko Supriyanto ingin menampilkan kedekatan budaya dari masyarakat yang sudah dipisahkan secara politik. 

“Mereka dipisahkan antara Indonesia dan Timor Leste, padahal kan mereka satu keluarga. Ini yang menjadi subjek utama saya sebenarnya, batas itu bisa disatukan oleh tarian Likurai,” ujar Eko kepada Ultimagz, pada Kamis (06/02/20). 

Tarian Likurai sendiri dilakukan oleh masyarakat Timor yang terbelah ketika Timor Leste memerdekakan diri dan meninggalkan NTT untuk bagian Indonesia. Oleh karena itu, pada awalnya tarian ini bertujuan untuk menyambut pahlawan perang yang pulang. 

Setelah tidak ada lagi peperangan, tarian ini mengalami alih fungsi untuk upacara adat, menyambut tamu penting, bahkan pertunjukan seni dan budaya. 

Umumnya, tarian Likurai hanya diiringi ritme dari Tihar dan hentakan kaki para penari. Namun, Eko melakukan sedikit modifikasi. Pendiri sekaligus Direktur Artistik dari EkosDance Company ini menambahkan nada yang saling bertabrakan untuk menggambarkan kekacauan. 

“Nada itu untuk menggambarkan bahwa semuanya indah, tapi tahu sendiri waktu perebutan Indonesia dan Timor Leste berantakannya seperti apa, bagaimana mau enggak chaos kalau kita ngomongin masalah batas?” jelas Eko. 

Pertunjukkan di gedung teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu berangkat dari Festival Likurai yang diikuti enam ribu penari. Kemudian, Eko secara intens melatih enam penari non-profesional dari Belu. 

Menariknya, enam penari tersebut tidak punya latar belakang menari sama sekali. Dua orang di antara mereka adalah guru sejarah dan guru agama. Namun, latihan keras membuahkan beberapa panggung bergengsi untuk mereka, seperti HUT ke-74 Republik Indonesia dan Pembukaan Asian Games pada 2018.

Dengan usaha mempersatukan nilai sejarah dari kehidupan masing-masing penari, Eko juga memilih satu orang warga negara Timor Leste untuk menjadi bagian dari pertunjukkan. 

“Saya mengajak satu penari dari Timor Leste untuk bisa bergabung dengan kita. Pada akhirnya, kita bisa bicara kalau sudah tidak ada lagi batas sekat di antara kita, dua keluarga sudah menjadi satu.” 

Pertunjukkan ‘IBUIBU BELU: BODIES OF BORDERS’ menggambarkan persahabatan dua daerah yang secara tubuh sudah terpisah oleh politik, tetapi bisa bersatu dengan tarian ritual penyambutan pahlawan perang. 

Penulis: Andrei Wilmar

Editor: Agatha Lintang

Foto: Kevin Oei Jaya

 

Tags: event 2020event februarikomunitas saliharapentas tarisaliharaseni taritari likuraiTimor Leste
Agatha Lintang

Agatha Lintang

Related Posts

Press conference Lomba Sihir
Event

Lomba Sihir Ajak Pendengar Refleksi Kehidupan di Album Keduanya Obrolan Jam 3 Pagi

May 8, 2025
Ilustrasi makanan yang dijual sebagai takjil. (baznas.go.id)
Lifestyle

Takjil di Bulan Ramadan: Tradisi Wajib Menjelang Berbuka Puasa

March 25, 2025
Beberapa foto berjudul "Tanah yang Hilang" oleh Mamuk Ismantoro di Galeri Semesta, Rabu (19/03/25). (ULTIMAGZ/Gabri Perboire)
Event

Nusakara Tampilkan Isu Sosial dan Lingkungan Melalui Pameran Tanah Air

March 21, 2025
Next Post
Farmhouse Susu Lembang, Surganya Foto Instagrammable

Farmhouse Susu Lembang, Surganya Foto Instagrammable

Comments 1

  1. Code of your destiny says:
    3 weeks ago

    I am really impressed along with your writing talents as smartly as with the format to your blog. Is this a paid subject or did you customize it your self? Anyway keep up the excellent quality writing, it is rare to look a nice blog like this one today!

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021