• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Monday, June 23, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

Budaya Victim Blaming: Ketika Perilaku Korban Terdengar Salah

by Andrei Wilmar
November 8, 2020
in Event
Reading Time: 2 mins read
victim blaming

Partisipasi organisasi International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) dalam merayakan Hari Perempuan Internasional di Women's March Jakarta 2020 di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) pada Minggu (08/03/2020). (ULTIMAGZ/Elisha Imanuella Widirga)

0
SHARES
732
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Pintu geser kereta bergerak ke arah berlawanan, terbelah sehingga penumpang selanjutnya bisa masuk. Zarlia -bukan nama sebenarnya- baru saja ingin kembali ke tempat tinggalnya malam itu, perempuan yang bekerja dalam divisi pra cetak desainer di sebuah perusahaan ini, masuk ke dalam kereta. Melihat tempat duduk sudah penuh dia pun mengambil posisi berdiri.

Tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang janggal di belakangnya. Ternyata itu hanya seorang laki-laki yang usianya berkisar 50 tahun. Tidak ada yang aneh sampai laki-laki itu melakukan hal yang membuatnya tidak nyaman. Zarlia merasakan gesekan yang tidak senonoh di bagian belakang tubuhnya.

Dia terdiam tak bisa melawan. Tubuhnya kaku, lidahnya kelu membisu, pelecehan itu membuat jasmani dan rohaninya tidak bekerja dalam sekejap. Ketika laki-laki itu melangsungkan aksi mesumnya sampai Zarlia keluar dari kereta, memang tidak terlihat tanda-tanda kerusakan batin.

Namun, kejadian yang menimpanya membuat Zarlia merasa rendah dan tidak berdaya. Sesampainya di rumah, dia mengeluarkan air mata, psikologisnya terserang. Alih-alih mendapat dukungan pascakejadian, orang-orang terdekat yang dipercaya malah menyalahkan ketika mendengar kejadian yang menimpanya.

“Salah lu sendiri, pulang malem. Salah lu sendiri, enggak teriak waktu pelaku ngelakuin itu,” kata mereka yang mendengar cerita Zarlia.

Kejadian itu masih segar di ingatan Zarlia, setahun kemudian dia berdiri di tengah kerumunan orang mengikuti pawai Hari Perempuan Internasional. Dengan menggenggam poster bertuliskan ‘Untuk para penyintas kekerasan seksual, jangan berkecil hati dan menyalahkan diri sendiri’ dibawahnya ada tiga kata yang sengaja ditulis besar ‘Stop Victim Blaming’.

Menuntut lingkungan yang lebih mendukung, Zarlia mengatakan bahwa dengan adanya gerakan seperti ini, dia seperti menemukan kembali yang hilang dari dirinya, semangat memperjuangankan haknya untuk melawan budaya victim blaming.

“Lewat kontribusi kecil di pergerakan seperti ini, kita harus meluruskan kalau yang namanya pelaku ya pelaku, itu yang salah, bukan korban” ujar Zarlia.

Zarlia mengatakan bahwa korban kekerasan seksual pada umumnya tidak melawan karena adanya tonic immobility. Itu adalah sebuah keadaan di mana korban merasa kaget dan tidak bisa melakukan pembelaan.

“Waktu kejadian itu, karena terlalu kaget saya tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan nafas saja enggak bisa,” jelasnya.

Victim blaming memang sudah menjadi kebiasaan buruk sebagian besar masyarakat Indonesia. Lembaga non-pemerintah, Internasional NGO Forum On Indonesian Development (INFID) menilai bahwa budaya patriarki menyebabkan masyarakat malah menyalahkan korban pelecehan.

“Masyarakat itu melihatnya dengan sudut pandang yang moralis, contohnya ‘wah pasti korban ini pakai bajunya minim-minim ini, pasti dia yang merayu duluan’. Padahal faktanya tidak seperti itu,” ujar Anggota INFID Intan Kusuma.

Women's March Jakarta 2020
Intan Kusuma, internship-writer International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menyampaikan pendapatnya mengenai Victim Blaming di Women’s March Jakarta 2020 pada Minggu (08/03/2020). (ULTIMAGZ/Elisha Imanuella Widirga)

Intan yang pernah menjadi anggota lembaga Woman Crisis ini juga mengatakan ada tiga pemulihan korban pelecehan, yakni sosial, ekonomi, dan psikologis. Pemulihan psikologis merupakan penanganan untuk memperbaiki mental korban yang memakan waktu dua sampai tiga tahun, sedangkan penanganan sosial adalah pengembalian korban kepada masyarakat.

“Penanganan sosial adalah proses kembalinya korban kepada masyarakat yang selama ini melakukan victim blaming, menganggap korban sebagai pendosa,” kata Intan.

Intan juga menambahkan bahwa jika Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) diresmikan maka hak korban yang selama ini diabaikan akan lebih terpenuhi. Hal tersebut dengan adanya regulasi pengatur penanganan, perlindungan, dan pemulihan korban pelecehan.

Merujuk substansi RUU yang digagas oleh Komnas Perempuan ini, melalu bab VI sangat jelas hak-hak korban yang harus terpenuhi. Secara gamblang di pasal 22 ayat satu peraturan ini menunjukkan apa saja hak korban tersebut.

“Hak korban meliputi: hak atas penanganan, perlindungan, dan pemulihan,” tertulis di RUU yang masih diperjuangkan itu.

Penulis: Andrei Wilmar

Editor: Abel Pramudya

Foto: Elisha Imanuella Widirga

Tags: #artikelseriesedukasiseks
Andrei Wilmar

Andrei Wilmar

Related Posts

Nyoman Paul tampil perdana di BNI Java Jazz Festival 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Nyoman Paul Debut di Java Jazz Festival 2025 dengan Album LUAP

May 31, 2025
IMDES 2025 menggelar Student Exhibition di area Nusakara, Universitas Multimedia Nusantara, pada Kamis (15/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

IMDES 2025 Angkat Tema Keberlanjutan: Mahasiswa Tunjukkan Gagasan Inovatif

May 17, 2025
Aksi Kamisan ke-860 digelar di seberang Istana Merdeka, Kamis (08/05/25), untuk mengenang Marsinah dan menolak wacana Soeharto sebagai pahlawan nasional. (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Mengenang 32 Tahun Kematian Marsinah Lewat Aksi Kamisan Ke-860

May 14, 2025
Next Post

RUU KK Dinilai Batasi Perempuan dalam Ranah Domestik

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021