SERPONG, ULTIMAGZ.com – Guna melahirkan generasi penerus pembawa nama almamater, Universitas Multimedia Nusantara (UMN), mengadakan Pesta Demokrasi pemilihan himpunan mahasiswa. Pesta demokrasi UMN berlangsung selama lima hari, terhitung dari 13-17 Oktober 2014.
Pemilihan ketua dan wakil ketua HMF, HMJ, dan BEM UMN ini sedikit mengalami perbedaan. Tidak hanya calon pemimpin saja yang akan mendapatkan poin SKKM (Sistem Kredit Kegiatan Mahasiswa), tetapi setiap mahasiswa yang menggunakan hak pilihnya juga akan mendapatkannya. Pengumuman tersebut dapat dilihat melalui euis.umn.ac.id. Begitu mahasiswa UMN masuk ke dalam website tersebut, poster berisikan ajakan untuk memilih para calon pemimpin generasi V ini akan langsung muncul di halaman pertama. Poster dengan nuansa biru itu pun lengkap bertuliskan “PESTA DEMOKRASI. Vote your Leader. Mendapatkan 1 Poin SKKM!”.
Seperti yang diketahui, SKKM merupakan poin standar yang ditetapakan UMN guna mengembangkan soft skill mahasiswanya. Kebijakan ini mulai diterapkan pada mahasiswa angkatan 2012, 2013, juga 2014. Nantinya, mahasiswa harus mengumpulkan 20 poin sebagai syarat kelulusan. Poin ini didapatkan dari keterlibatan mahasiswa dalam mengikuti organisasi atau himpunan, seminar, ataupun UKM di kampus.
Yang menjadi permasalahan adalah apakah mahasiswa UMN benar-benar menggunakan hak pilihnya karena memang mau menentukan pemimpin yang tepat? Atau hanya memilih karena ingin mendapatkan poin SKKM?
Terkait permasalahan tersebut, beberapa mahasiswa pun mengutarakan pendapatnya.
Shabrina Aulia Rahmah, mahasiswa Jurnalistik 2012 ini mengaku senang dan menjadi semangat memilih pemimpin baru. Terlebih lagapabilai karena mendapat poin SKKM. “Saya sebenarnya mau milih, tapi karena ramai jadi malas, tapi kalau memang dapet point jadi semangat mau milih juga.”
Tanggapan serupa juga datang dari Crisma Putri, mahasiswa Jurnalistik 2012, yang sudah menggunakan hak pilihnya. “Poin SKKM itu bagus buat penyemangat biar kita nggak golput, karena kadang anak-anak suka malas ngantri. Apalagi kalau harus berpacu sama jam kelas berikutnya dan harus ngantre. Jadi, dengan didapatkannya point SKKM, memicu mahasiswa untuk harus ngantre dan menggunakan suaranya, agar dapat point SKKM,” tutur Crisma.
Namun, tanggapan berbeda diungkapkan Muhammad Nauval, mahasiswa Jurnalistik 2011 yang belum menggunakan hak pilihnya. “Poin SKKM yang didapat karena memilih kandidat himpunan mahasiswa, nggak ngaruh di angkatan saya. Kalau memang saya kenal dengan kandidatnya, saya akan milih, bukan tergantung dari dapat point SKKM atau tidak,” ungkap Nauval.
Fellya Hartono pun menyuarakan hal serupa. Dalam Timeline LINE, ia mengutarakan, “Pemilu dapat SKKM? Ckckck… emang bener-bener ya, mahasiswa UMN itu mental SKKM. Kalau nggak diginiin, apatis bener.”
[divider] [/divider] [box title: “Info”]Penulis: Danielisa Putriadita
Editor: Sintia Astarina
Foto: euis.umn.ac.id