• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Tuesday, September 16, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

Ayu Utami: Rawat Pola Pikir Kritis dari Utan Kayu

Charlenne Kayla Roeslie by Charlenne Kayla Roeslie
November 11, 2021
in Event, Lainnya
Reading Time: 3 mins read
Ayu Utami: Rawat Pola Pikir Kritis dari Utan Kayu

Direktur Program Komunitas Utan Kayu, Ayu Utami. (KUK/Erik Prasetya)

0
SHARES
555
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Siapa yang tak kenal Ayu Utami? Sebagian dari kita mungkin mengenalnya sebagai penulis novel-novel sarat nuansa sosial-politik seperti Saman, Larung, Bilangan Fu, dan Seri Parasit Lajang. Sebagian lagi mengenalnya sebagai mantan jurnalis yang kritis terhadap pemerintahan Orde Baru dan turut serta memprakarsai berdirinya Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Namun, selain itu, Ayu juga aktif mengampanyekan pentingnya pola pikir kritis lewat kegiatan-kegiatannya di Komunitas Utan Kayu (KUK).

Berdiri pada 1996, KUK dulunya berfokus memperjuangkan kebebasan berekspresi dan kebebasan pers. Maklum, pada era Orde Baru, keduanya sangat dibatasi. Komunitas ini berusaha menyediakan ruang aman bagi orang-orang yang ingin bersuara dengan menggelar pameran, teater, dan menerbitkan buku. Pascareformasi, setelah kebebasan berekspresi dan kebebasan pers menjadi norma, KUK kini berfokus meningkatkan kemampuan berpikir kritis masyarakat.

“Sekarang semua orang bebas bersuara, tapi mutu argumennya belum terlalu bagus ternyata, masih dipenuhi dengan ujaran kebencian, hoaks, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sekarang tidak lagi fokus ke kesenian melainkan mutu pemikiran.” ujar Ayu ketika ditanya mengenai peralihan fokus ini melalui panggilan telekonferensi, Rabu (10/02/2021).

Untuk menjalankan misi ini, Ayu sebagai Direktur Program KUK memulai kelas filsafat bertajuk “Philosophy Underground” di KUK sejak 2016 lalu. Menggandeng alumni dan dosen Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara sebagai pengajar, “Philosophy Underground” mengulas pemikiran-pemikiran filsuf dalam beragam topik, mulai dari politik, moralitas, hingga pengetahuan. Selain itu, KUK juga mengadakan kelas “Sains Underground” bekerja sama dengan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Selama pandemi, kegiatan-kegiatan tersebut diadakan secara hibrida, dilaksanakan luring dengan protokol kesehatan ketat dan disiarkan secara daring.

Akhir-akhir ini, filsafat memang tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan anak muda. Hal ini terbukti dengan kemunculan komunitas diskusi filsafat seperti Schole ID, Logos, dan Lingkar Studi Filsafat Discourse. Ayu mengaku senang dengan meningkatnya ketertarikan anak muda untuk mempelajari filsafat dan sains. Sebab, jika belajar dari sejarah, meski religius dan sangat spiritual, masyarakat Indonesia sesungguhnya memiliki kemampuan berpikir kritis yang cukup baik.

“Misalnya, agama-agama yang masuk ke Nusantara itu cenderung menjadi lebih ramah dan bisa mengatasi perbedaan. Ada pemrosesan di dalam masyarakat kita ini, termasuk soal gender. Bandingkan misalnya dengan agama Hindu di India atau agama Islam di Arab. Ketika masuk ke Indonesia,  dengan ikatan kekerabatan ala Nusantara, itu jadi lebih tinggi indeks gendernya,” jelasnya.

Maka dari itu, Ayu cukup optimis dengan masa depan masyarakat Indonesia. Dengan meningkatnya ketertarikan anak muda terhadap filsafat dan sains, diharapkan nalar kritis masyarakat pun turut meningkat sebagai penyeimbang konservatisme dan dogmatisme agama yang semakin berkembang dalam dua dekade terakhir. Namun, Ayu berpesan agar dalam mempelajari filsafat dan sains, kita tidak boleh juga terjebak dalam dogmatisme dan menganggap pemikiran salah satu filsuf atau saintis sebagai kebenaran absolut.

“Sekarang ada banyak orang-orang yang beranggapan bahwa sains itu sudah paling benar, terus yang lain itu tidak benar. Harusnya, dalam kehidupan sehari-hari itu, kita perlu punya alternatif berpikir: metode berpikir lain yang menekankan pada proses, bukan hasil,” kata peraih Prince Claus Award 2000 ini.

Berkaitan dengan itu, Ayu pun mengungkapkan satu permasalahan yang ia lihat di kalangan intelektual Indonesia. Menurutnya, para cendekiawan masih kurang mengkaji sejarah intelektualitas bangsa sendiri. Hal ini juga terlihat di studi-studi kajian filsafat dan gender yang kebanyakan masih berkonteks barat. Oleh sebab itu, selain “Philosophy Underground”, pada 2021, KUK juga akan memulai program “Membaca Pemikiran Indonesia”, serangkaian seminar yang bertujuan mengkaji karya dan pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh cendekiawan Indonesia. Iterasi pertama dari program ini ialah “Membaca Goenawan Mohamad”, penyair, esais, sekaligus pendiri dan editor Majalah Tempo.

“Kebetulan beliau berulang tahun ke-80 tahun ini,” tambah Ayu.

Selain seminar, program “Membaca Pemikiran Indonesia” juga akan dilengkapi dengan undangan terbuka bagi orang-orang yang ingin membuat makalah mengenai pemikiran sang tokoh. Rencananya, program ini akan diadakan setiap satu atau dua tahun sekali. “Membaca Goenawan Mohamad” sendiri akan dimulai pada bulan Agustus mendatang.

 

Penulis: Charlenne Kayla Roeslie

Editor: Andi Annisa Ivana Putri

Foto: Timothy B. Hallatu

Tags: aliansi jurnalis independenayu utamibilangan fuFilsafatGoenawan Mohamadkomunitas utan kayularungmembaca pemikiran indonesiaparasit lajangphilosophy undergroundsainssaman
Charlenne Kayla Roeslie

Charlenne Kayla Roeslie

Related Posts

Munir saat di Jakarta. (Dok. TEMPO/Lourentius EP)
Iptek

Diracun di Udara: Mengenang Sang Aktivis HAM, Munir

September 9, 2025
Hamzah Sulaiman dengan patung Raminten. (raminten.com)
Lainnya

Hamzah Sulaiman (Raminten): Pelestari Budaya Hingga Akhir Hayat

September 9, 2025
yellow boat
Iptek

Yellow Boat of Hope: Mengayuh Harapan Pendidikan Anak Bangsa

September 8, 2025
Next Post
Poster resmi untuk serial “Obi-Wan Kenobi”. (Foto: Lucasfilm)

Disney Ungkap Pemeran Seri Star Wars Baru “Obi-Wan Kenobi”

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

15 + 2 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021